Edo masih berusaha mempertahankan pendapatnya walaupun mulai terlihat melunak. Saya mencoba mengambil sudut pandang lain. Jika ia sulit menemukan kelebihan kedua paslon untuk jadi alasan untuk dipilih lalu saya memintanya menimbang keburukan di antara kedua paslon yang paling harus ia hindari untuk kebaikan masa depan negeri ini.
Lalu Edo pun dengan mengalir begitu saja menyebutkan kekhawatirannya terhadap salah satu pasangan kandidat. Ia melihat siapa kalangan yang ada di belakang pasangan calon itu dengan indikasi misi yang mereka miliki kelak di Indonesia ini. Ia tidak ingin salah satu kandidat itu menjadi pemenang pemilu kali ini dan harus memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan.
Ia pun mulai mempunyai pilihan yang mantap meskipun gamang akan proses administrasi pemilih pemula sepertinya dan ber-KTP luar daerah yang tidak sempat pulang kampung demi pemilu 2019 ini.
Saya mencoba mencari informasi pelacakan nama di DPT secara online dan informasi mengenai bagaimana pemilih dengan KTP di sebuah daerah agar bisa memilih di daerah lainnya. Edo pun mulai mantap untuk berpartisipasi di 17 April 2019 mendatang.
Ini hanya sebuah contoh kasus bagaimana seorang pemilih pemula yang masih polos mencerna situasi politik dan kondisi bangsa kita. Kemendagri mencatat setidaknya ada lima juta (5.035.887) pemilih pemula dalam Daftar Pemilih Potensial Pemilu (DP4) 2019.Â
Pemilih pemula adalah pemilih dengan jangkauan usia 17 hingga 21 tahun. Mereka dalam kisaran usia ini masih gamang dan terombang-ambing dalam mengambil keputusan.
Dari contoh Edo dan Davi tadi saya melihat mereka melihat prestasi tetapi terpengaruh dengan simpang siurnya informasi yang mereka terima. Hoaks yang bertebaran dan perang tudingan antar kedua kubu membuat mereka seringkali kehilangan figur panutan. Ini di antara alasan mengapa pemilih pemula jadi enggan untuk ikut mencoblos di TPS.
Di tahun 2014 malah KPU mencatat jumlah pemilih pemula yang masuk dalam DPT adalah sebesar 52 juta jiwa atau sekitar 25% dari DPT. Survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas di bulan Maret 2019 menyatakan bahwa Paslon Prabowo-Sandi unggul dalam konsentrasi pemilih kategori Gen-Z (usia 17-21 tahun) dengan angka sebesar 47% dan Paslon Jokowi-Ma'ruf sebesar 42,2%.
Sementara itu paslon Jokowi-Ma'ruf Amin unggul di kategori usia milenilal muda (22-30 tahun), milenial matang (31-40 tahun) dan kategori Gen-X (41-52 tahun). Diperkirakan pemilih pemula ini adalah mereka yang masih menyukai kebaruan dan menilai pilihannya lebih banyak karena pengaruh lingkungan sekitar.
Setiap kalangan usia butuh perlakuan yang berbeda dan ini harus jadi perhatian bagi kedua kubu paslon. Pemilih pemula adalah jumlah pemilih yang potensial memengaruhi kemenangan kedua paslon. Pemilih pemula cenderung kurang memahami sepak terjang setiap calon baik itu dalam Pilpres maupun Pileg.
Oleh karena itu tim kampanye harus bekerja keras dalam merangkul dan meyakini pemilih pemula ini agar potensi golput bisa ditekan semaksimal mungkin.