Era BJ Habibie, Gus Dur dan Megawati (Awal Era Reformasi)
Masuk era Reformasi, BJ Habibie pun memimpin negeri ini. Mantan menristek di zaman pemerintahan Soeharto ini adalah tokoh yang punya kecerdasan tinggi dan sudah diakui sebagai penerbang dan insinyur perakit pesawat terbang terpercaya oleh perusahaan penerbangan dan pemerintah Jerman. Banyak masalah yang ditinggalkan pemerintahan Orde Baru dan status BJ Habibie sebagai mantan Wakil Presiden Soeharto membuatnya tak leluasa dalam mengelola pemerintahan RI. Antara ingin menjadi pengantar fase reformasi dengan kroni Orde Baru membuat BJ Habibie tak terpilih lagi oleh Pemilu MPR yang kemudian menetapkan Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjadi Presiden RI yang ke-4.
Suhu politik menggiring Gus Dur sempat dituduh menyalahgunakan Dana Yanatera Bulog dan bantuan Sultan Brunei Kala itu oleh lawan-lawan politiknya. Beberapa pernyataan kontroversial Gus Dur pun jadi sorotan. Sebagai perlawanan atas tuduhan penyalahgunaan dana, Gus Dur sempat berniat membubarkan DPR yang berniat melakukan impeachment terhadap dirinya. Gus Dur menilai DPR mulai cenderung radikal. Persaingan sejak pemilu 1999 dengan Megawati dan adanya pemain strategi di Dewan, Amien Rais sebagai Ketua MPR pun menggiring Sidang Istimewa yang memvoting kembali suara anggota dewan untuk menentukan apakah Gus Dur tetap berlanjut menjabat posisinya. Akhirnya mayoritas suara memilih Gus Dur untuk mundur dan digantikan oleh wakilnya, Megawati. Hingga kini tuduhan mengenai penyalahgunaan dana itu tidak terbukti dan Gus Dur dinilai bersih oleh sejumlah pengamat.
Megawati pun memimpin Republik Indonesia hingga periode pemilu berikutnya. Pandangan patriarkhis yang masih kuat di negeri kita membuat kepemimpinan seorang perempuan seringkali menimbulkan sikap kontra. Padahal, Megawati merampihkan administratif pemerintahan dengan sangat teliti. Selain itu, kasus 'curhat'nya SBY di depan wartawan karena tidak dilibatkan dalam rapat dan kunjugan kabinet yang dikomentari oleh Taufik Kiemas "jenderal yang kekanak-kanakan" telah membuat SBY tampil mengambil simpati rakyat sebagai orang yang dizalimi. Di pemilu 2004, pemilu pertama yang memungut suara langsung dari rakyat, Megawati yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi kalah suara dari pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jusuf Kalla.
Era Soesilo Bambang Yudhoyono
SBY memerintah selama 5 tahun dan kemudian di tahun 2009 SBY yang berpasangan dengan Budhiono kembali terpilih dalam pemilihan presiden. Sepuluh tahun SBY memimpin Indonesia memang sekilas segala sesuatunya berjalan normal, harga bahan bakar minyak dan listrik masih disubsidi nilai rupiah pun sempat menyentuh angka 9.000 per US Dollar dalam jangka waktu cukup lama meskipun berimbas pada krisis nilai rupiah di masa selanjutnya. Tetapi jika ditelisik lebih jeli, kasus korupsi di zaman SBY meningkat tajam dengan penyelesaian kasus yang minim. Bahkan petinggi partainya sendiri banyak terjaring KPK. Tak ada terobosan pembangunan atas pertumbuhan GDP yang baik. Bahkan di periode keduanya tidak banyak program pembangunannya yang tuntas hingga bersisa menjadi proyek mangkrak. Sang jendral dari Cikeas belakangan sibuk dengan tur kelilingnya demi penghargaan dan pengakuan dunia. Meskipun begitu, SBY diakui berhasil mengakhiri konflik Aceh dengan penandatanganan MoU Helsinsky di tahun 2006 atas lobi yang dilakukan Jusuf Kalla, wakilnya.
Era Joko WidodoÂ
Masuk ke era Jokowi, banyak ditemukan proyek mangkrak sejak zaman SBY yang kembali dilanjutkan pengerjaannya. Di luar itu, bahkan ia membuat banyak program baru seperti pemerataan harga BBM hingga ke Papua, penyambungan listrik di wilayah terpencil dan perbatasan, pembangunan bendungan untuk panen dua kali setahun, pembangunan bandara-bandara di lokasi berpotensi pariwisata dan bisnis, jalan tol, jalan-jalan lintas baru, pasar dan rumah sakit. Subsidi BBM dihapuskan untuk konsumsi masyarakat menengah ke atas (jenis BBM tertentu) dan alokasi subsidi digunakan untuk kepentingan pembangunan tadi. Program Keluarga Harapan yang digagasnya kini sudah berjalan baik bagi keluarga tidak mampu. Kini lebih dari satu juta rumah bersubsidi dinikmati oleh rakyat kecil.
Mengapa Jokowi menekankan pembangunan infrastruktur pada program-programnya di periode ini? Jokowi mengakui bahwa sejak masa kampanye pemilihan presiden ia telah mempersiapkan grand design mengenai pengelolaan negeri ini. Hal utama yang langsung terlintas olehnya adalah infrastruktur.
Menurut Jokowi, negara manapun di dunia akan melakukan ini untuk menggenjot kemajuan ekonomi mereka. Pembangunan infrastruktur adalah syarat dasar sebuah negara untuk berkembang. Ia mewanti-wanti agar kita tidak perlu takut mengenai resiko biayanya karena jika pembangunan tidak dikejar saat ini maka Indonesia akan makin jauh tertinggal dibanding bangsa lain. Jokowi sadar betul bahwa pilihannya adalah bukan pilihan populer. Bahkan apa yang dipersiapkan Jokowi bisa dinikmati oleh pemimpin Indonesia penerusnya.
Yang Mesti Disyukuri Hari Ini