Bagaimana tidak, kubu Prabowo tercatat cukup sering memberi kritik perihal pembangunan energi, distribusi pangan maupun pembangunan infrastruktur di zaman Jokowi. Di pidato kebangsaan yang Prabowo gelar beberapa waktu kemarin saja ia memberikan kritik terhadap pemerintah dalam segi kebijakan-kebijakan ekonomi. Meskipun begitu, banyak poin dari kritikannya yang terbantahkan langsung oleh publik.
Peristiwa pengalihan 51 persen saham Freeport ke BUMN Indonesia di satu sisi dipandang sebagai prestasi tetapi tidak bagi kubu Prabowo. Mereka menganggap bahwa secara otomatis pada masa berakhirnya kontrak kerjasama Indonesia dengan Freeport maka perusahaan tambang itu otomatis menjadi milik Indonesia. Ini kemungkinan akan diangkat oleh Prabowo dalam isu energi. Tetapi ia mesti berhati-hati dengan blunder yang akan dibuatnya sendiri karena sejak awal perjanjian kerjasama adalah hanya pengolahan lahan, perusahaan Freeport dan semua peralatannya adalah tetap milik Amerika Serikat.Â
Amunisi lain yang juga kemungkinan besar dipakai oleh Prabowo adalah kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik akibat dikuranginya subsidi. Selama ini oposisi menilai pemerintahan Jokowi telah mempersulit rakyat kecil dengan kebijakan menaikkan tarif dasar listrik dan BBMnya. Walaupun Jokowi telah berkali-kali menjelaskan bahwa subsidi dialihkan pada kebutuhan rakyat yang lebih mendesak tetap saja naiknya tarif listrik dan BBM ini jadi senjata utama untuk menyerang kebijakan pemerintah.
Dalam soal pangan, Prabowo mungkin akan mengangkat kasus-kasus kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Itu hal yang paling menyentuh sisi humanis pemirsa debat nantinya. Dalam hal ini Prabowo harus memverifikasi dengan teliti setiap kasus yang diangkatnya dan perlu penelusuran langsung ke lapangan, bukan seperti pola sebelum-sebelumnya yang hanya mendengar laporan atau bisikan dari pihak lain. Tak jarang ucapan blunder Prabowo viral di media sosial dan jadi bulan-bulanan kubu pro Jokowi. Walaupun dalam debat diharuskan persaingan untuk meyakinkan, rakyat harus dicerdaskan dengan fakta-fakta yang bisa dipertanggungjawabkan.Â
Soal infrastruktur kubu Prabowo berpeluang besar untuk mengangkat masalah hutang pemerintah dalam proyek infrastruktur dan rencana pengalihan sebagian saham pengelolaan infrastruktur ke pihak swasta. Mereka menyebutnya dengan "penjualan infrastruktur ke pihak asing." Cukup naif didengar karena saya yang tak begitu paham istilah ekonomi saja mengerti apa yang dimaksud dengan menjual saham infrastruktur seperti jalan tol misalnya. Selain itu, pastinya soal teknis kegagalan di beberapa proyek pembangunan yang sedang berjalan serta dampaknya akan jadi perhatian menarik bagi kubu Prabowo. Semoga saja mereka betul-betul turun ke lapangan untuk mengecek ini. Toh ini bisa jadi masukan positif untuk jajaran Presiden, menteri, kepala dinas hingga pelaksana proyek, bukan?
Persaingan Trah Orde Baru dan Trah Milenial
Di debat nanti, Jokowi bisa saja memainkan isu Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh keluarga Cendana yang menghancurkan tatanan ekonomi negeri kita sampai hari ini tapi kini justru didukung oleh kubu Prabowo. Dan, Prabowo bisa saja mengangkat kondisi stabilitas ekonomi dan keamanan yang di zaman Orde Baru cenderung lebih stabil walau menukik tajam pada akhirnya. "Penak zamanku toh?" , slogan viral dari pendukung Orde Baru yang membandingkan secara serampangan kondisi era Orde Baru dengan saat ini jadi ide utama amunisi Prabowo.Â
Persoalan utang negara seringkali dijadikan landasan Titik Soeharto cs untuk membuktikan bahwa Jokowi telah gagal. Itu menjadi senjata yang seolah ampuh bagi kubu Prabowo walaupun memancing blunder ketika dijelaskan bahwa PKS kelak akan menghapuskan pajak kendaraan bermotor yang berarti pengeluaran APBN besar-besaran untuk mengsubsidi kendaraan bermotor.
Secara garis besar, ini adalah persaingan antara trah Orde Baru dan trah Milenial. Saya mengatakan trah milenial karena salah satu tokoh utama reformasi, Amien Rais, toh justru bergabung dengan keluarga Cendana untuk menghidupkan lagi iklim Orde Baru. Blunder bukan?
Jokowi dan Prabowo, mereka adalah dua orang yang tadinya erat layaknya sahabat bahkan saudara. Di tahun 2012 mereka adalah dua insan yang berada dalam sebuah perahu politik yang menyepakati visi dan misinya bersama.Â
Mereka punya kesamaan visi dalam pembangunan suatu wilayah. Hanya saja, Jokowi telah lebih dulu memiliki kesempatan menduduki kursi birokrasi sejak di kota Solo. Kontestasi politik memaksa keduanya bersaing dan saling menyerang karakter lawan. Hingga akhirnya, mereka dipertemukan di arena debat, satu lawan satu.Â