Sejak tahun 2005 sosok ganteng ini mulai wara-wiri di halaman media cetak dan online. Menurut Saya, secara fisik bolehlah dia disejajarkan dengan ikon ganteng yang sudah ada seperti Arie Wibowo, Nicholas Saputra atau Iko Uwais walau mungkin kharismanya belum selevel figur-figur terganteng luar negeri seperti Brad Pitt, Keanu Reeves atau Shah Rukh Khan.Â
Selain ganteng dia juga pengusaha sukses yang pastinya tajir melintir. Dialah Sandiaga Uno, pengusaha muda anak pemilik Sekolah Kepribadian Mien R. Uno. Versi majalah Forbes, Sandi dinobatkan sebagai orang terkaya ke-37 di Indonesia dan versi majalah Globe Asia, Sandi diberi urutan ke-85 orang terkaya di Indonesia.Â
Sebagai pengusaha muda, dia juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2005 hingga 2008. Bayangkan, ganteng, keren, kaya raya pulak..! Sungguh sebuah figur yang layak diidolakan, tapi bukan oleh saya loh ya, hehe...
Sayangnya, sejak 'nyemplung' ke ranah politik sejak tahun 2015, kegantengan seorang Sandiaga berangsur terkontaminasi oleh pro kontra atas sikap dan gaya politiknya sendiri.
Sandiaga bergabung dengan partai Gerindra di tahun 2015, tak tanggung-tanggung, begitu bergabung langsung diberi jabatan sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina. Jelas saja, pengusaha bermodal besar seperti beliau dengan sepak terjang pendidikan dan pekerjaan di luar negeri sayang sekali jika hanya diberi jabatan di level pemula. Disinyalir sejak awal Sandi bergabung dengan Gerindra dia sudah menjadi salah satu penyokong dana partai.Â
Sebelum bergabung dengan Gerindra, Sandi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur di PT. Adaro Energy, Tbk. Sandi juga diketahui beberapa kali menjual saham perusahaan-perusahaan miliknya demi kepentingan politik Prabowo dan partai Gerindra.Â
Pada tahun 2017 Anies Baswedan dan Sandiaga berhasil memenangkan pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Tak bisa dipungkiri bahwa kemenangan Anies dan Sandi di pilkada DKI juga sebenarnya 'terbantu' oleh kasus Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama dalam hal penistaan agama. Sederetan aksi masa yang digerakkan oleh Habib Rizieq Shihab mengawal terpilihnya mereka berdua di kursi pemimpin DKI Jakarta.Â
Seorang Ahok yang elektabilitasnya jauh di atas kandidat lainnya harus tenggelam di kertas suara pemilih. Kemenangan Sandi pun semakin 'lengkap' dengan dijebloskannya Ahok ke penjara pada vonis kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Februari 2017.
Sepuluh bulan Sandi menjabat sebagai Wakil Gubernur, pada Agustus 2018 hal mengejutkan terjadi, Sandi mengundurkan diri dari Partai Gerindra untuk maju sebagai Cawapres mendampingi Prabowo. Wow! Sebesar itukah kepercayaan diri seorang Sandiaga yang baru 10 bulan merasakan kursi birokrat di level propinsi untuk maju sebagai cawapres?
Menjelang penetapan capres cawapres pada kubu Prabowo sebenarnya sudah ada beberapa nama lain yang digadang-gadang maju sebagai cawapres. Nama-nama tersebut diklaim diambil dari unsur ulama. Ijtima ulama pun mereka gelar untuk menentukan nama tunggal cawapres. Ternyata Sandilah yang Prabowo pilih. Memaksa Sandi mundur dari Gerindra pun jadi pilihan kala terjepit.
Perseteruan yang sempat terjadi antara Demokrat dengan Gerindra sempat mewarnai penetapan Sandi sebagai cawapres. Isu jenderal kardus dilemparkan seorang Andi Arief yang mengetahui bahwa Sandi datang ke koalisi sungguh tidak dengan tangan kosong. Satu trilyun digelontorkan seorang Sandiaga untuk masuk ke kantong dua partai koalisi Prabowo yaitu PAN dan PKS.Â