Mohon tunggu...
Lia Wardah
Lia Wardah Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau Baru

Kalo ngomong belepotan, kalo nulis kewalahan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menjawab Pertanyaan Menaggalkan Jilbab

26 Agustus 2024   22:30 Diperbarui: 26 Agustus 2024   22:39 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seleksi CPNS Tahun 2024 mulai dibuka. Sudah bingung milih formasi apa? Beberapa teman kembali bertanya, bagaimana seleksi yang berhasil aku lewati. Mungkin mereka berminat menemani? Menjadi perantau baru di jantung ibu kota negara. 

Masih teringat beberapa pengalaman seleksi CPNS yang bisa diceritakan. Salah satunya tentang wawancara wawasan kebangsaan dan pemahaman keagamaan. 

Saat mengikuti Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Kemenag Tahun 2019, aku mendapatkan pertanyaan yang cukup menarik dari Sesditjen Bimas Islam: "Saudara adalah seorang pegawai perusahaan yang diberi tugas khusus ke suatu daerah. Akan tetapi, tugas tersebut membuat Saudara menanggalkan jilbab. Apa yang akan Saudara lakukan?"


Bagaikan peserta kontes Puteri Indonesia yang diberi waktu singkat untuk berpikir, aku hanya memiliki beberapa detik untuk memutuskan bagaimana cara menjawab. Apakah harus menjawab dengan dalil agama, padahal ingatanku tentang dalil itu tidak sempurna, atau aku menggunakan jawaban lain tanpa dalil-dalil?

Dengan yakin, aku menjawab, "Jika saya dihadapkan pada keadaan seperti itu, saya akan mengonfirmasi terlebih dahulu kepada pimpinan, apakah memang harus saya yang menjalankan tugas khusus tersebut. Jika ketidakhadiran saya dalam tugas ini akan menimbulkan mudarat yang lebih besar, maka saya akan melaksanakan tugas tersebut dengan menerima segala konsekuensi yang ada."

Jawaban itu membuat pewawancara bertanya lagi, "Sejak kapan Saudara mengenakan jilbab?"

Aku pun mulai menceritakan pengalaman pertama kali mengenakan jilbab, yang terjadi saat aku duduk di kelas 6 SD, sekitar tahun 2006. "Awalnya, saya mulai mengenakan jilbab di sekolah secara tidak sengaja. Saya mendapatkan jilbab instan berwarna putih yang sedang tren pada masa itu sebagai hadiah dari seorang tetangga. Hadiah itu diberikan setelah saya berbohong tentang tanggal lahir saya kepada tetangga tersebut. Karena jilbab itu sedang populer, saya memutuskan untuk memakainya. Sejak saat itu, saya merasa malu untuk melepaskannya, dan akhirnya jilbab menjadi bagian dari penampilan saya sehari-hari."

Setelah mendengar cerita ini, pewawancara tidak memberikan pertanyaan lanjutan tentang jilbab.

Jika kamu mendapat pertanyaan serupa tentang memakai jilbab di tempat kerja, jawabanku ini bisa menjadi alternatif jawaban tanpa dalil agama. Walaupun demikian, jawaban ini menunjukkan sikap yang profesional dan bijaksana. Dengan mempertimbangkan diskusi terlebih dahulu dengan atasan, kita menunjukkan bahwa kita terbuka untuk mencari solusi terbaik dan tidak langsung menolak atau menerima tanpa pertimbangan. Jawaban ini juga tetap mempertahankan prinsip pribadi itu penting, tetapi jawaban ini juga menunjukkan fleksibilitas dalam menghadapi situasi. Terakhir, pendekatan ini membantu menjaga suasana tetap positif dan saling menghargai. Jadi, tanpa kehilangan jati diri, kita tetap bisa bersikap cerdas dan tenang dalam menghadapi tantangan seperti ini. Yang punya jawaban lain, bisa share di kolom komentar ya. 

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun