Akhir tahun 2018 adalah hari-hari terberat yang aku jalani. Dimana ketika hati dan akal tidak sejalan, hati dan mulut tidak bisa di ajak kompromi serta jiwa yang terasa terombang-ambing dengan derasnya ombak. Segala ujian dan cobaan berhasil aku lewati tapi untuk satu ujian ini aku merasa gagal dalam menghadapinya, aku terjerumus kedalamnya dan aku terhasut dalam bisikannya. Terlepas dari itu semua aku tetap merasa jika aku adalah salah satu orang yang paling beruntung bisa terlepas dari bisikannya dalam waktu tiga bulan.
Aku tak pernah menyesal atas waktu dan tempat yang telah mempertemukan kita, aku juga tak pernah menyesal karena aku telah mengenalmu. Namun, ada satu yang aku sesali mengapa kesadaran itu datang setelah tiga bulan lamanya. Mungkin, bagi orang itu adalah waktu yang singkat, namun bagiku itu adalah waktu terpanjang yang telah aku habiskan untuk hal yang sia-sia. Aku tak pernah membencimu dan menyalahkanmu untuk hal ini, Bahkan aku sempat berpikir kalau kamu adalah orang yang dikirim tuhan untuk memberikanku pengalaman serta pelajaran hidupku.
Masih ku ingat hari dimana kita di temukan dalam satu ruang dan waktu, aku pun tak tahu bisikan dari mana yang bisa mendorongku untuk membuka percakapan antara aku dan kamu. Saat itu aku duduk berdua dengan sahabatku Zahra namanya, kala itu kami memang sudah ada janji dengan Kak Bram untuk membahas soal ulangan akhir semester mata pelajaran ekonomi dengan salah satu tutor ekonomi disalah satu tempat bimbingan belajar ternama. Pada saat itu kamu duduk di sebelah kak Bram tengah membicarakan sesuatu, hingga tiba saat aku dan sahabatku pun datang menghampiri kalian.
"Assalamualaikum, kak" Sapa ku.
"Wa'alaikumsallam, dek" Jawab kak Bram.
"Kita diskusinya bareng aja yaa sama Zaki," Pinta kak Bram.
"oke kak" Jawab aku bersama sahabatku.
Setelah melakukan diskusi panjang dan membahas banyak soal-soal ekonomi aku dengan mudahnya menyapamu dan mengajakmu berkenalan.
"Nama kakak siapa? Namaku Fathia kelas 10 IPA," Ungkapku.
"Zaki, kelas 12 IPS," Jawabnya.
Setelah lama bercengkrama memperkenalkan satu sama lain antara aku dan temanku. Aku pun tidak tahu hasutan dan bisakan dari mana yang membuatku mengambil handphonenya secara tiba-tiba dan memasukkan nomor WhatsApp ku, sungguh ini tidak sopan.