Apa yang terpikirkan ketika seseorang bekerja di tambak udang? Setiap hari makan udang? Atau setiap hari melihat sunset langsung dari pantai? Tentunya, ada fakta-fakta menarik ketika berkarir di tambak udang.
Pengalaman ini saya dapatkan langsung ketika magang di tambak udang selama empat bulan. Tambak udang tersebut terletak di Garut, Jawa Barat. Tambak udang tersebut merupakan tambak udang vaname atau biasa dikenal udang putih (Litopenaeus vannamei). Meski belum berkarir di sana, setidaknya kegiatan magang ini menggambarkan pengalaman-pengalaman yang akan terjadi jika berkarir di tambak udang. Simak, tujuh fakta terjadi jika berkarir di tambak udang.Â
1. Didominasi laki-laki
Bukan suatu hal yang mengejutkan jika lingkungan kerja tambak udang didominasi oleh kaum pria. Wajar saja karena pekerjaannya memang membebankan fisik. Industri tambak udang membutuhkan banyak tenaga dalam prosesnya, mulai dari penebaran benur hingga pemanenan.Â
Kebetulan tambak udang tempat magang tersebut luasnya rata-rata 2500-4300 m2. Setiap pekerja umumnya diberi amanah memegang satu kolam. Beberapa kegiatan sehari-hari yang dikerjakan seperti mengangkut pakan, memberi pakan, sipon, dan melakukan pengisian air. Maka, bisa dibayangkan apabila setiap hari melakukan aktivitas tersebut secara rutin. Tentu, membutuhkan tenaga lebih dan laki-laki memang ideal untuk pekerjaan tersebut.Â
Ini tidak bermaksud mendiskrimasi kaum perempuan atau menganggapnya tidak mampu. Hanya saja, pekerjaan di tambak udang bukan sekadar memerlukan tenaga tapi juga fisik yang kuat.Â
2. Kulit jadi eksotis
Jangan harap bekerja di tambak udang akan membuat kulit makin bercahaya. Alih-alih glow up, yang ada malah sebaliknya. Namun, tidak perlu khawatir karena secara tidak langsung akan membuat tubuh kian eksotis.Â
Kondisi cuaca di tambak sangatlah terik karena dekat dengan pesisir atau bahkan berbatasan langsung dengan area pantai. Cuaca panas tentu sudah menjadi sahabat tersendiri. Awal mulanya mungkin akan terasa begitu sulit, tapi ketika sudah terbiasa akan menikmatinya.Â
3. Tinggal di mess
Jika bekerja di tambak udang, maka siap-siap untuk tinggal di mess. Bahkan, meski pekerja tersebut berasal dari daerah yang sama dan dekat rumahnya tetap saja harus tinggal di lokasi tambak. Hal ini sangatlah diwajibkan mengingat setiap pekerja bertanggungjawab mengelola  tambak.Â
Jika para pekerja pulang pergi (pp), lalu siapa yang akan menjaga udang-udang tersebut? Bagaimana jika terjadi masalah di lapang? Sebab itu, semua pekerja di tambak wajib tinggal di mess agar siap siaga apabila terjadi kejadian tertentu.Â
Meski demikian, jangan khawatir jika terjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Para pekerja diizinkan untuk libur sementara dalam jangka waktu tertentu tergantung dari ketentuan yang berlaku dan situasi yang terjadi.Â
4. Tidak mengenal tanggal merah
Salah satu yang perlu menjadi perhitungan ketika bekerja di tambak udang, yakni tidak adanya tanggal merah. Artinya, setiap hari bekerja. Semisal hari Raya Idul Fitri pun, para pekerja harus tetap bekerja. Jika pekerja libur pada tanggal merah atau hari raya tertentu, lalu siapa yang akan memberi makan udang?Â
Namun, tenang saja karena para pekerja akan mendapat libur sesuai panen. Apabila dalam satu tahun dilakukan panen sebanyak tiga kali, maka masa liburnya juga tiga kali.Â
Lalu, ketika libur apakah tambak udang tersebut berhenti beroperasi? Tentu saja tidak. Masa libur di tambak udang tersebut digunakan untuk melakukan tahap persiapan, yakni pembersihan. Biasanya dilakukan oleh para pekerja di luar tambak atau menyewa pekerja harian. Untuk masa liburnya tiap tambak bisa berbeda-beda tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.Â
5. Dapat bonus
Inilah yang menarik dan menggiurkan ketika bekerja di tambak udang, yakni mendapat bonus setiap akhir siklus (panen). Bonus yang didapatkan setiap pekerja yang mengelola tambak bisa mencapai 10 juta lebih menyesuaikan keuntungan dan target yang dicapai. Sayangnya, bonus tersebut hanya diperoleh apabila tambak yang dikelola mencapai target panen.
6. Setiap hari makan udang, itu hoax
Bekerja di tambak udang, pasti sering makan udang. Kata siapa? Meski bekerja di tambak udang, tidak lantas membuat para pekerja sering mengonsumsi udang. Jika udangnya dimakan, lalu apa yang dipanen?Â
Di sisi lain, para pekerja juga tetap bisa menikmati udang hasil panen. Dari hasil pengalaman selama magang, udang-udang yang masuk dalam kategori below standard (BS) tersebut tidak dijual dan dibagikan. Terkadang, udang-udang tersebut juga dimasak oleh ibu kantin (pengelola dapur tambak udang) dan dijadikan menu pada hari itu. Jadi, tak perlu khawatir bekerja di tambak udang tidak pernah mencicipi udang.Â
7. Panorama pantai dan sunset
Jangan dikira bekerja di tambak tidak ada pemandangan yang indah. Justru hampir setiap hari pemandangan pantai dan sunset adalah hal biasa. Selama langit tidak mendung, sunset akan hadir kala senja tiba. Bagi penikmat senja, tentu momen-momen tersebut sangatlah dinantikan. Sambil menunggu waktu pemberian pakan pada sore hari, bisa sekaligus ngopi sembari memandangi terbenamnya matahari. Jadi, tidak perlu jauh-jauh pergi bertamasya untuk melihat sunset.Â
Itulah beberapa fakta menarik tentang kehidupan di tambak. Apapun jenis pekerjaan itu ada plus minusnya. Semuanya tergantung bagaimana cara menikmati dan menjalani setiap prosesnya.Â
Di samping itu, bekerja di tambak dan memelihara udang bukanlah sekadar pekerjaan biasa. Merawat udang dari fase benur hingga jadi udang dewasa tentu menghabiskan banyak tenaga. Ada do'a dan harapan pastinya agar udang-udang tersebut tumbuh besar dan sehat sehingga target panen tercapai. Untuk itu, bekerja di tambak bukan sekadar bekerja saja. Namun, turut berbahagia agar udang-udang tersebut juga tumbuh optimal layaknya sang pemeliharanya yang senang merawatnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H