Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Lainnya - A Science and Pop Culture Enthusiast

Passionate on environment content, science, Korea and Japanese culture.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Life Goals On "Man Jadda Wajada"

20 Maret 2022   19:50 Diperbarui: 28 Maret 2022   17:15 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Impian atau sering dikenal pula dengan mimpi-mimpi adalah dua hal yang memiliki makna hampir sama, namun tidak serupa. Mimpi identik dengan khayalan atau keinginan yang masih berwujud bayangan atau sekadar angan-angan yang terkadang hadir dalam tidur seseorang. 

Sementara impian lebih dekat dengan tujuan atau capaian yang ingin diperoleh selama hidup, dapat dikatakan pula sebagai tujuan hidup atau cita-cita. Baik impian atau mimpi keduanya bukanlah dua hal yang perlu diperdebatkan, tetapi suatu hal yang harus direalisasikan.

Sejak kecil pula istilah tersebut menjadi pertanyaan yang menjadi gambaran profesi atau pekerjaan yang ingin diraih di masa depan. Pertanyaan tersebut secara umum mudah terjawab oleh anak-anak ketika ditanya mengenai cita-citanya ketika tumbuh besar nantinya. 

Secara spontan, berbagai profesi seperti menjadi polisi, dokter, tentara, guru, astronot, dan lainnya adalah beberapa gambaran bahwa cita-cita generasi Indonesia masih tergolong dalam lingkup yang sama. 

Seiring berkembangnya teknologi dan perubahan zaman menjadikan cita-cita tersebut mulai beragam, bahkan realisasinya di masa dewasa tidak jarang cukup jauh dengan impian masa kecil. 

Perubahan tersebut menandakan bahwa impian atau cita-cita adalah tujuan hidup yang sifatnya tidak mutlak sama. Hal inilah yang terjadi pada saya ketika kecil sangat mendambakan menjadi seorang guru karena sosok gurulah yang menginspirasi saya untuk terus menuntut ilmu. 

Berjalannya waktu dengan semakin berkembangnya lingkungan dan pengetahuan yang semakin luas, cita-cita saya tersebut kini beralih menjadi seorang peneliti.

Di sisi lain, ketika tumbuh dewasa juga seringkali mengalami degradasi atau kehilangan arah dalam meraih impian hidup. Berbagai kegagalan dan hambatan yang menjadi tembok besar hingga berakhir dalam masa keputusasaan pada akhirnya membuat impian tersebut menjadi angan belaka. 

Meski demikian, tidak semua pemuda Indonesia membiarkan takdirnya mati oleh keputusasaan hidup. Pemuda memiliki kesempatan besar untuk mengubah hal tersebut, termasuk saya.

Saya merupakan seorang pemuda yang berani keluar dan bermimpi besar sejak SMP hingga akhirnya satu-persatu membuktikan impian tersebut. Salah satu impian tersebut adalah menempuh pendidikan tinggi di salah satu kampus terbaik di Indonesia, yakni di Insitut Pertanian Bogor. 

Dimulai dari titik inilah, impian saya menjadi seorang peneliti mulai mengarah sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Bidang tersebut adalah Manajemen Sumberdaya Perairan. 

Setelah menempuh pendidikan kurang lebih tiga tahun di kampus, tentunya telah banyak pengetahuan, pengalaman hidup, dan gambaran mengenai masa depan.

Sebagai manusia, kita adalah perencana terbaik meskipun Allah SWT yang menentukan berhasil atau tidaknya takdir tersebut. Meskipun demikian, kesuksesan di masa depan bukanlah sebuah keberuntungan hidup atau hadiah dadakan seperti kejutan hidup. 

Masa depan sudah selayaknya direncanakan agar tergambar jelas alur dan strategi dalam menaiki setiap anak tangga untuk menggapai masa depan tersebut. 

Maka dari itu, rencana dibutuhkan untuk merangkai impian tersebut walaupun berhasil atau tidaknya masih menjadi misteri masa depan. 

Berikut adalah tahapan atau rencana saya dimulai dari suatu hal yang saya inginkan hingga pencapaian yang dapat saya lakukan agar bermanfaat dan berkontribusi bagi sekitar.

Pertama adalah DOING

Hal utama yang ingin saya lakukan setelah menyelesaikan karya tulis ini adalah melanjutkan amanah akademik saya, yakni menyusun tugas akhir atau skripsi. Ada berbagai kegiatan yang ingin saya lakukan guna menunjang skill setelah lulus kedepannya. 

Kegiatan tersebut di antaranya, pelatihan pemrograman R software, menjadi freelance copywriter, dan mengikuti program NGO Learning Intership dari Sompo Environment Foundation (SEF). Beberapa kegiatan tersebut memang masih belum pasti saya diterima atau tidaknya, tetapi kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang memang ingin saya jalani di sisa tingkat akhir sebagai mahasiswa ini.

Kegiatan tersebut saya pilih karena ketiganya sangat menunjang dan berkorelasi dengan hal yang saya inginkan kedepannya. Belajar mengenai R software merupakan salah satu model penting dalam pengelolaan perikanan seperti bidang yang saya tekuni. 

Adapun menjadi copywriter adalah aktivitas tambahan yang dapat mengasah skill menulis saya, di samping memperoleh penghasilan tambahan.

Sejak SMA saya telah menggeluti kegiatan menulis melalui ekstrakurikuler jurnalistik. Hal inilah yang tetap menjadi minat saya untuk terus mengembangkan kreativitas dalam menulis.

 Sementara itu, mengikuti program magang di SEF merupakan program magang yang erat kaitannya dengan lingkungan. Program tersebut sama dengan minat saya yang ingin menjadi peneliti ataupun ahli lingkungan, khususnya di sektor perairan dan perikanan.

Kegiatan akademik di kampus memang memberikan pengetahuan dalam berdialektika teori, namun pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. 

Maka dari itu, saya akan mencoba berbagai kegiatan apapun selama hal tersebut bermanfaat dan meningkatkan skill sehingga menjadi produktif berkelanjutan. 

Kegiatan yang saya inginkan juga bukan sekadar kegiatan peningkatan softskill, tetapi hal-hal yang setidaknya menjadi minat ataupun bidang yang mendukung kemampuan serta meningkatkan kapasitas sebagai seorang pemuda sekaligus fresh graduate kedepannya. 

Jika pun kesempatan mengikuti beberapa kegiatan tersebut belum dapat saya peroleh, tentunya hal tersebut tidak membatasi saya dan semakin memperluas kesempatan untuk mengexplore lainnya pula.

Kedua adalah BEING 

Seperti pemaparan sebelumnya, saat masih belia saya ingin menjadi seorang guru hingga cita-cita tersebut kini bertransformasi menjadi seorang peneliti. Kehidupan akademik kampus banyak memberikan insight baru terhadap saya, khususnya mengenai seorang ilmuwan. 

Kegiatan belajar di akademik yang banyak saya lakukan di laboratorium memberikan daya tarik dan rasa semangat untuk bekerja di bidang yang sama.

Intinya, saya menyukai hal-hal yang berkaitan dengan ilmiah tentang lingkungan dengan harapan ke depan saya mampu memberikan sebuah inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Setiap profesi memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing dan setiap profesi atau pekerjaan intinya adalah menghasilkan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Tidak ada pekerjaan yang tidak berguna atau tidak layak, karena pekerjaan itu ada sebagai kebutuhan bukan sekadar profesi saja. 

Selain itu, profesi bukanlah suatu tolak ukur derajat hidup seseorang tersebut berada akan tetapi menjadi penanda bahwa inilah kontribusi yang dapat diberikan. Meskipun terkadang profesi atau pekerjaan tersebut berbeda jauh dengan hal yang diinginkan atau diwujudkan.

Sama halnya menjadi seorang scientist atau peneliti, bukanlah suatu profesi yang menjadi penanda tingginya pendidikan seseorang ataupun banyaknya gelar yang telah diraih. 

Suatu kalimat yang selalu menjadi pengingat saya akan cita-cita ini adalah "Seorang scientist itu boleh salah, tetapi seorang scientist tidak boleh berbohong". Ini adalah nasehat penting yang memang harus diimplementasikan setiap scientist.

Hal tersebut dikarenakan, seorang scientist merupakan seseorang yang melakukan penelitian yang berbasis riset ilmiah yang tidak dapat dicurangi dengan pemalsuan data ataupun kegiatan penelitian. 

Apabila hal ini terjadi, sama saja dengan mencederai nilai-nilai seorang ilmuwan termasuk dunia keilmiahan. Ditambah lagi, setiap pekerjaan tersebut memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Semenjak mengetahui nasehat tersebut, saya selalu meyakinkan diri saya bahwa sebagai pemuda sekaligus akademisi sudah sepatutnya menjadi diri sendiri dan tidak berbohong dalam menekuni suatu bidang.

Ketiga adalah HAVING 

Maknanya adalah hal yang saya miliki atau yang telah saya peroleh sejauh ini. Terkait hal tersebut, di usia saya yang telah menginjak 20 tahun dan mendekati tingkat akhir memang belum banyak capaian ataupun target yang telah saya peroleh. Bukan berarti saya diam dan tidak mengusahakannya. 

Awal mula masuk kampus, hampir setiap mahasiswa baru pasti sering dikenalkan dalam acara kampus dengan sosok atau figure mahasiswa yang berprestasi dan berkontribusi di kampusnya. 

Saya juga termasuk mahasiswa tersebut hingga saya memutuskan untuk mengikuti sebuah organisasi kampus bernama Forum Scientific for Studies (Forces). Melalui organisasi ini, saya menemukan bakat dan kemampuan menulis terutama dalam kepenulisan karya ilmiah.

Berbagai lomba menulis ilmiah juga saya ikuti dan semuanya berakhir gagal atau hanya menjadi peserta. Kegagalan tersebut terus saya ulangi hingga kurang lebih satu semester, namun pada akhirnya rasa gagal bosan menemani saya. 

Tepat di semester tiga, saya memulai debut sebagai finalis lomba esai ilmiah meskipun saya juga gagal membawa kemenangan sebagai juara. 

Sering dikecewakan oleh kegagalan kompetisi menjadikan hal tersebut sudah biasa saya terima. Saya juga tidak lelah mencoba lagi, lagi, dan lagi hingga berhasil meraih juara 3 lomba esai nasional. 

Inilah yang dinamakan penempaan diri dan tidak ada yang instan dalam sebuah keberhasilan. Sejak itu, saya semakin dengan kemampuan menulis saya.

Berburu info lomba menulis di sosial media kini menjadi rutinitas yang masih saya lakukan. Info lomba menulis gratis dan berhadiah adalah salah satu kompetisi favorit saya karena tidak perlu melakukan pembayaran sebagai syarat registrasi. 

Beberapa lomba menulis menarik dengan hadiah ke luar negeri juga menjadi informasi penting karena saya bercita-cita ke luar negeri dengan fully funded.

Beberapa lomba seperti itu biasanya membutuhkan biaya cukup mahal atau berkisar Rp 50.000. Oleh sebab itu, saya memiliki strategi khusus agar saya tetap dapat menyisihkan uang untuk mengikuti lomba tersebut. 

Caranya adalah dengan rajin mengikuti perlombaan menulis yang gratis dan berhadiah, kemudian apabila menang hasilnya ditabung dan disisihkan untuk mengikuti perlombaan menulis yang berbayar. Strategi ini masih saya terapkan hingga sekarang, dengan demikian saya tidak merepotkan orang tua untuk meminta biaya perlombaan menulis.

Di samping itu, saya juga meraih beberapa prestasi lainnya seperti Juara 1 Lomba Menulis Opini Unsyiah, Juara 3 LKTI FBBN, Juara 2 Lomba Esai MTM UNJ, dan sebagainya. 

Kehidupan kampu saya tidak hanya berputar pada akademik, perlombaan menulis, dan organisasi di Forces. Saya terkadang juga mengikuti kegiatan seperti volunteering, program kepemimpinan, dan program lainnya yang sifatnya gratis tapi berkualitas, karena budget mahasiswa memang tidak banyak. 

Ini adalah peluang besar untuk meningkatkan skill dengan cara gratis tetapi harus melalui tahapan seleksi. Beberapa kegiatan tersebut adalah Six Innitiative Japan-Indonesia (SUIJI-SLP), IPB Goes to Field (IGTF), Young Leader (Youlead), dan Oustanding College (Outsco). 

Inilah beberapa pencapaian yang saya peroleh dan saya sadari bahwa semua pencapaian tersebut adalah hasil kerja keras dalam berkarya. Karya yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan dan membawa langkah demi langkah saya menuju impian tersebut.

Keempat adalah CREATING

Creating bermakna suatu hal yang ingin saya ciptakan. Menciptakan suatu karya sangatlah luas jangkauannya, termasuk dalam berkarya dari sisi ilmiah.

Semasa kuliah saya lebih banyak menghasilkan karya berupa karya tulis ilmiah dan terdapat salah satu karya tersebut saya coba realisasikan dalam bentuk produk. 

Karya tersebut adalah biodegradable plastic wrap untuk kemasan buah ataupun sayur yang dibuat dari limbah kulit singkong. 

Meskipun karya tersebut tidak sepenuhnya sempurna menjadi produk kemasan, tetapi saya berhasil membuktikan bahwa sebenarnya inovasi ini layak untuk diimplementasikan dalam industri kemasan yang didominasi oleh plastik non-biodegradable.

Di samping itu, kaitannya salah satu inovasi tersebut adalah saya ingin karya tersebut mampu berkontribusi untuk lingkungan yang ramah terutama kondisi perairan yang semakin buruk oleh pencemaran sampah plastik. 

Tentunya, saya ingin menciptakan berbagai karya karena pengetahuan akan semakin maju dan berkembang sehingga dengan inovasi saya bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. 

Beberapa hal yang ingin saya ciptakan tersebut di antaranya, pengelolaan sampah terpadu di kawasan pesisir melalui program Ecology Ship (Ecoship), sebuah organisasi penyalur beasiswa bagi anak-anak pesisir bernama Aquatic Foundation, dan membuat inovasi sebuah alat yang dapat menyerap mikroplastik di perairan.

Kelima adalah EXPERIENCE 

Saya mengakui sebagai pemuda masih minim pengalaman yang saya dapatkan, meskipun beberapa kegiatan di luar seperti volunteering, magang, dan pelatihan tertentu telah saya jalani. 

Saya pikir tidak ada kata "cukup" untuk terus belajar sehingga kedepannya saya ingin mengikuti kegiatan sosial project atau volunteering di daerah perbatasan di Indonesia. Memiliki pengalaman hidup yang keluar dari zona nyaman adalah kesempatan luas biasa yang dapat mengajarkan saya berbagai sisi kehidupan dengan meninjau secara langsung di lapang. 

Tidak hanya itu, mampu mengikuti program exchange secara fully funded adalah impian saya sejak tingkat pertama. Saya menyukai belajar, terutama ilmu baru yang hanya saya dapatkan di negara tertentu. 

Terkait hal tersebut, saya ingin melanjutkan cita-cita saya menjadi peneliti dengan melanjutkan S2 di Jepang melalui beasiswa Monbukagakusho. Saya juga sedang mempersiapkannya dengan belajar bahasa Jepang dan meningkatkan skill bahasa Inggris.

Terakhir, yakni CONTRIBUTING 

Hal yang dapat saya berikan dan kontribusikan bagi masyarakat. Sebagai pemuda memang belum banyak karya ataupun kontribusi yang saya hasilkan untuk masyarakat, namun saya meyakini bahwa setiap insan memiliki kontribusi masing-masing dengan caranya masing-masing pula. 

Kontribusi tersebut memiliki sifat luas dan dapat diimplementasikan dalam berbagai cara. Kontribusi yang ingin saya berikan adalah pengetahuan dan merealisasikan program yang ada pada pemaparan kelima, yakni CREATING.

Jalan yang harus saya tempuh memang masih panjang dan di usia sekarang bukan lagi waktunya membandingkan suatu pencapaian diri dengan orang lain. Sudah sepatutnya tetap fokus pada tujuan dengan menjadi diri sendiri menghasilkan karya untuk manfaat bersama. 

Saya percaya tidak ada impian yang terlalu tinggi, jikapun harus terjatuh saya akan terjatuh di antara bintang-bintang. Inilah kutipan dari Ir. Soekarno yang selalu membakar semangat saya. 

Impian saya juga memang terbilang biasa saja, tetapi itulah karakteristik dari diri saya. Selalu terukir dalam strategi dalam meraih impian adalah "Man jadda wajada".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun