Di Indonesia, istilah kepariwisataan yang berkelanjutan (sustainable tourism) sepertinya merupakan istilah yang masih asing di telinga. Banyak publik yang bertanya apa artinya istilah tersebut ? Apalagi disaat Menteri Pariwisata Arief Yahya mengemukakan istilah tersebut untuk pertama kalinya dalam sebuah diskusi umum pada bulan Maret 2019 lalu, seketika banyak orang yang menggunakan mesin penelusur google untuk mencari arti kata tersebut, dan tentu saja menjadikan tema "Sustainable Tourism/Pariwisata Berkelanjutan" ini menempati posisi teratas di daftar pencarian google, sebagai tema yang paling banyak dicari.
Secara lebih sederhana, pariwisata berkelanjutan ini bisa diartikan mengunjungi suatu tempat untuk tujuan wisata namun mempunyai pengaruh positif terhadap tempat/lingkungan yang kita kunjungi, terutama setelah kita pergi meninggalkan tempat tersebut. Pengaruh positif ini bisa meliputi bidang ekonomi, transportasi, sumber daya manusia serta sumber daya alam, dan tentu saja lingkungan sekitar tempat wisata tersebut berada.
Selain dampak positif, selama ini pariwisata juga mau tak mau tidak terlepas dari pengaruh yang berdampak buruk terhadap lingkungan, baik itu sebagai wisatawan ataupun pelaku usaha bidang pariwisata. Diantaranya, dengan kesadaran wisatawan yang masih minim menyebabkan banyak sampah yang tertinggal ataupun sengaja ditinggalkan di tempat wisata, bahkan adanya kerusakan alam akibat dari ketidakhati-hatian wisatawan. Untuk pelaku usaha pariwisata sendiri yaitu ketergantungan pariwisata terhadap bahan bakar fosil yang digunakan sebagai alat transportasi maupun sarana pendukung lainnya. Ini berkaitan dengan limbah dan polusi sebagai penyumbang gas-gas emisi serta CO2, Â yang berpotensi juga terhadap perubahan iklim.
Maka dari itu, konsep Pariwisata yang berkelanjutan ini dimaksudkan untuk mengembangkan serta melestarikan pariwisata yang berdampak positif serta menguntungkan, baik itu dari segi lingkungan, ekonomi, serta sosial kemasyarakatan.
Berdasarkan konsep ini pula lah yang sekarang sedang digencarkan oleh kementrian Kepariwisataan, apalagi di saat era new normal ini, dimana sebelum-sebelumnya, banyak tempat wisata yang tidak beroperasi selama PSBB, sebagai akibat dari adanya pandemi covid 19. New Normal ini bisa dianggap sebagai angin segar bagi dunia pariwisata untuk berbenah dalam memulai membuka kembali destinasi wisata dengan menjalankan pariwisata yang berkelanjutan, khususnya yang berkaitan langsung terhadap lingkungan.
Sebenarnya Indonesia tertinggal dengan negara-negara lain, yang sudah terlebih dahulu menerapkan Pariwisata Berkelanjutan ini.Â
Namun dengan potensi pariwisata Indonesia yang lebih baik dari negara-negara lainnya, khususnya jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, dalam hal pengadaan destinasi wisata. Maka diharapkan denga penerapan Pariwisata Berkelanjutan ini, pariwisata Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain, sebagai destinasi wisata yang patut diperhitungkan serta layak untuk dikunjungi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Pariwisata Berkelanjutan yang mempengaruhi lingkungan ini, diantaranya :
1. Â Asfek Planet, artinya lingkungan tempat wisata tersebut berada, meliputi lingkungan alamnya, cagar budaya, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Ini berkaitan dengan cara kita menjaga dan melestarikan alam sekitar. Contohnya, dengan memberikan pemahaman kepada para wisatawan agar selalu melestarikan alam dan menjaga budaya yang terdapat di tempat wisata tersebut, disamping hanya mengunjungi serta menikmati destinasi wisata tersebut. Dengan istilah lain, "travel, enjoy and respect".
2. Â Asfek People, artinya dengan Pariwisata ini bisa berdampak baik terhadap pembangunan manusia di sekitar tempat wisata. Baik itu dari segi pengetahuan, keterampilan dan budaya, yang meliputi bagaimana cara kita memperlakukan wisatawan, yang berarti memikirkan dan memahami keinginan wisatawan. Baik itu dengan membangun/memperbaharui destinasi wisata yang diminati banyak wisatawan, juga termasuk membangun sarana prasana penunjang, misalnya akses dan transportasi untuk menuju ke objek/tempat wisata.
Contoh lainnya bisa dilihat dari destinasi pulau dewata, yang termasuk kedalam daftar sepuluh besar destinasi populer di dunia. Ada beberapa alasan mengapa Pulau Bali masuk dalam daftar tersebut, diantaranya karena adat dan budayanya yang unik, ini tidak dapat dilepaskan dari adat masyarakat setempat yang masih tetap menjunjung budaya Bali sebagai adat istiadat leluhur, walaupun disekitarnya sudah banyak budaya luar yang masuk. Alasan lainnya, disana telah banyak dibangun destinasi-destinasi wisata modern yang banyak diminati para wisatawan, baik domestik serta mancanegara, selain pemandangan alamnya yang indah tentunya. Dengan alasan-alasan tersebut membuktikan bahwa destinasi wisata bisa memadukan antara unsur kebudayaan lokal, pemandangan alam serta kehidupan modern.
Namun bukan Bali saja, di Indonesia saat ini sudah banyak daerah-daerah lain di Nusantara yang mengikuti jejak Pulau dewata ini dalam memajukan kepariwisataan mereka tanpa melupakan adat istiadat daerah setempat.
3.   Prosperity, artinya menyejahterakan. Artinya bagaimana caranya agar pariwisata bisa  menyejahterakan penduduk setempat baik itu di bidang ekonomi dan penghasilan, yang berpengaruh terhadap taraf hidup,  pengetahuan hingga keterampilan. Lebih jauh lagi, bagaimana cara Pariwisata bisa meningkatkan devisa/sumber pendapatan negara.
Untuk hal terakhir, sudah terbukti bahwa memang Kepariwisataan selama ini telah menyumbang sebagian dari seluruh devisa negara. Ini bisa dilihat dari "Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata tahun 2015". Disana disebutkan bahwa Pariwisata Indonesia selama tahun 2015 telah menyumbang devisa negara sebesar 144 trilyun dengan rincian jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia selama tahun 2015 sebanyak 10,4 juta jiwa, jauh melampaui target sebelumnya yaitu sebanyak 10 juta wisatawan. ( sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata tahun 2015).