Mohon tunggu...
Lia Sukriati
Lia Sukriati Mohon Tunggu... Freelancer - ghostwriter, web content writer, copywriter

Seorang ibu yang banyak tinggal di rumah, menghabiskan waktu di depan laptop, keluar rumah hanya untuk antar anak ke sekolah, hobi travelling, baca, menulis, dan belanja online, suka skip resep masakan tapi jarang dipraktekkin

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Murah Selama New Normal, Sebuah Cerita

15 Juli 2020   00:33 Diperbarui: 15 Juli 2020   00:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurang lebih sama dengan wisata petik strawberry yang terletak di Ciwidey. Hanya saja perkebunan-perkebunan ini adalah milik pribadi, dan tidak dijadikan tempat wisata, hanya kebetulan saja kami lewat sana, dan melakukan tawar menawar dengan petani disana. Alhasil, pulang ke rumah, kami menjinjing plastik besar berisi macam-macam sayuran. 

Jenis sayuran yang umumnya ditanam di sekitar Lembang adalah kentang, kol, selada, tomat, cabe, cabe rawit, brokoli serta bawang merah dan bawang daun. Lumayan lah untuk sekedar wisata sambil belanja keperluan dapur, setidaknya tidak perlu belanja ke pasar, dan bocah pun terlihat senang karena bisa berlarian di sekitar perkebunan, asal jangan sampai merusak kebun saja..

Untuk liburan selanjutnya, kami berencana mencari tempat wisata yang minim pengunjung. Tapi  ternyata tidak ada satupun  tempat wisata di Bandung yang sepi pengunjung, walaupun di masa transisi new normal ini, bahkan wisata bertema alam sekalipun. Alhasil, kami hanya menemukan perkebunan teh. Itupun jaraknya yang lumayan jauh dari yang biasanya dikunjungi wisatawan. Sebelumnya kami membeli makanan di perjalanan, itupun di tempat yang sekiranya sepi, dan dengan sistem bungkus, tidak dine in atau makan di tempat..

Baru setelah tiba di lokasi, kami tinggal menggelar tikar dan taraaa.. jadilah kita piknik ala-ala kita. Namun ternyata, bukan kami saja yang berada disana, ada banyak orang-orang yang melakukan hal yang sama dengan yang kami lakukan, menggelar tikar dan piknik bersama. Namun dengan jarak yang lumayan jauh antara kelompok satu dengan yang lainnya. 

Umumnya mereka membawa keluarga inti saja, seperti kami. Jadi tidak berkumpul secara bergerombol. Dan semua memang berpikiran sama, bagaimana mengajak keluarga mereka wisata, tanpa harus berada di keramaian, dan tentunya irit biaya...

Hingga saat inipun, kami belum berani mengajak anak kami ke tempat bermain, apalagi yang letaknya di dalam mall, bukan apa-apa, karena menurut kami new normal transisi itu bukan dimaksudkan untuk bebas melakukan aktivitas seperti sebelum ada si coronna ini, ada hal-hal yang tetap harus dilakukan dengan tanpa meninggalkan protokol kesehatan. 

Dan setiap kami berpergian dan berwisata, tak lupa kami membawa peralatan makan sendiri, walaupun kami membeli dengan cara take away, juga tak lupa menyediakan air untuk mencuci tangan serta hand sanitizer, membawa peralatan sembahyang sendiri dari rumah, serta tetap memakai masker dan membawa sarung tangan untuk jaga-jaga. 

Karena kita tidak tahu kapan wabah ini akan berakhir, jika tidak dimulai dari kesadaran diri sendiri, maka bukan tidak mungkin wabah ini akan sulit untuk dimusnahkan. Sedangkan dalam pikiran kami saat ini, sudah banyak rencana liburan/wisata yang menunggu untuk diwujudkan, setidaknya ke pantai ataupun keluar kota lagi,  yang mungkin rencana itu akan ambyar lagi, jika si coronna ini masih tetap betah tinggal di Indonesia dan belahan bumi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun