Psikolog, M. Farouk Radwan. Msc, menyebutkan, rasa ingin tahu terhadap urusan orang lain ini muncul karena kebiasaan suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Maka jika kepo sudah mencapai tingkat yang parah akan berakibat pada FoMO.
FoMO singkatan dari Fear of Missing Out. Sindrom FoMO ini bisa terjadi ketika kita sedang asik bermain dengan situs jejaring sosial, dan orang-orang atau teman-teman kita sedang asik membicarakan sesuatu.
Akhirnya kita merasa sedih atau takut ketika ternyata ketinggalan informasi tersebut meski informasi itu tidak penting. Sejak dari situ kita  mulai gila informasi, terutama yang berhubungan dengan pengalaman orang lain.
Menurut ketua tim peneliti, psikolog Dr. Andy Przybylski, FoMO sendiri sebenarnya bukanlah hal baru."Yang baru adalah peningkatan penggunaan media social. Hal itu menawarkan semacam jendela baru untuk melongok ke dalam kehidupan orang lain. Tapi bagi orang yang memiliki kadar FoMO tinggi hal ini bisa menimbulkan masalah. Karena mereka cenderung selalu mengecek akun media sosialnya. Mereka melihat apa saja yang dilakukan teman-teman mereka hingga mereka rela mengabaikan aktivitasnya sendiri." Katanya.
Kalau sudah begini, kita sendirilah yang dituntut bijak dalam menggunakan media sosial kita. Kondisi psikis kita harus tetap sehat dengan cara mengkonsumsi hal-hal yang kita butuhaan dalam kadar yang tepat. Tidak kurang dan juga tidak berlebihan.
Bahkan seringkali ada ungkapan "lu emang beneran peduli atau cuma kepo?". Dari pengamatan gue, hal ini berkaitan dengan pengaruh media sosial di masa pandemi ini. Aktivitas yang minim membuat kita tidak lepas dari penggunaan medsos. Untuk benar-benar kebutuhan atau sekedar melihat aktivitas orang lain dari fitur "status/story". Sebenarnya tidak salah jika kemudian rasa kepo kita muncul. Baik untuk benar-benar peduli terhadap keadan seseorang atau hanya sekedar ingin tahu lebih dalam. Maka menurut gue, kalo lu ngga siap buat dikepoin, jangan mancing buat dikepoin.
Mengunggah status/story bisa diartikan dengan menunjukkan aktivitas kita. Baik fisik, otak, hati atau apapun. Jadi jika kita menulis "aku sedih" di status, jangan marah jika ada orang yang kemudian kepo terhadap diri kita lebih jauh.Â
Sayangnya kadang kita, khususnya gue. Sering ingin tahu banyak hal tentang urusan orang lain tanpa punya rasa empati atau kemampuan untuk membantu. Menyedihkan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H