"Boleh" jawab Pak Mamat lagi sambil menyerahkan balon tersebut.
"Berapa pak?" Tanya ayah si anak
"Sepuluh ribu den" jawabnya lagi.
Setelah pembelinya membayar dan pergi, Pak Mamat bergegas untuk meneruskan menjajakan balon-balonnya. Diceritakan si anak yang tadi membeli balon dari Pak Mamat, dia sangat senang dengan balonnya tersebut, kemana-mana balon itu dibawanya. Tiba-tiba ketika sedang bermain-main dengan balonnya, tanpa terasa balon yang dipegangnya terlepas.
"Huu...huu...balonku lepas ayah....." Kata di anak tersebut sambil menangis.
"Yaahh...kalau udah lepas susah dech" jawab di ayah sambil garuk-garuk kepala. Mendengar jawaban ayahnya, tangis si anak jadi tambah keras.
"Ya udah kita beli lagi ya, ayo kita cari tukang balon yang tadi" jawab ayahnya membujuk sambil membawa anaknya keluar rumah.
"Bagaimana dengan si balon merah?"
Ternyata si balon merah bentuk hati tersebut terus terbang terbawa angin, kadang ke arah barat, kadang ke timut, terus tanpa berhenti.
Si balon merah, yang tadinya sedih karena berpisah dengan pemilik yang sangat menyayanginya, lambat laun merasa senang terbawa angin, karena bisa melihat dari ketinggian indahnya pemandangan. Dia bisa melihat sungai yang berkelok-kelok, lapangan yang luas, sawah yang terhampar dan keramaian di kota.
Ketika sedang menikmati pemandangan dan petualangannya tersebut, tiba-tiba si balon merah terjepit di antara dua dahan sebuah pohon, dia berusaha untuk melepaskan diri agar bisa terbang lagi tetapi usahanya ternyata sia-sia.