Mohon tunggu...
Lia M. Rahmalia
Lia M. Rahmalia Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK yang senang membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sambal.... Ooohh.... Sambal

8 November 2022   16:24 Diperbarui: 3 Januari 2023   22:04 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca akhir-akhir ini sepertinya kurang bersahabat, kadang hujan dengan derasnya, kadang panas tidak terkira, tapi juga kadang-kadang dingin serta angin yang menusuk hingga ke tulang. Kudengar banyak pula yang sakit, pilek, flu atau demam serta disentri. Di status WA yang ada di kontakku juga kulihat antrian orang-orang yang berobat, baik di Puskesmas, Klinik atau di Rumah Sakit.

Pagi itu seperti biasa, pagi-pagi berangkat bekerja, tapi ketika sedang istirahat, di WA grup teman-teman dekatku, ada yang mau syukuran dan mengundang kami untuk datang setelah selesai bertugas. Karena siangnya tidak ada kegiatan, maka kami sepakat untuk berkumpul langsung di rumah sahabatku. Dan alhamdulillah, sepertinya temanku itu mengerti bahwa kalau pulang kerja, perut kami dalam keadaan yang benar-benar lapar.

Maka dengan tidak menunggu waktu lama, setelah do'a bersama, kami langsung makan hidangan yang telah disediakan. Menunya memang sederhana, yaitu nasi liwet, goreng tahu dan tempe, urap, lauk asin, dan kerupuk. Tapi tentunya menu seperti itu tidak lengkap rasanya tanpa sambal dan lalapan. Kami makan dengan lahapnya, tidak peduli sambalnya yang pedas, tapi bagi perutku yang kadang bermasalah hal itu justru di mulainya masalah baru.

Baru saja beberapa suap perutku langsung tidak enak, mules, nyeri dan perih, juga ada rasa seperti ditusuk-tusuk sampai ke ulu hati,

"Aduuhh ada apa dengan perutku, ya... Allah" gumamku dalam hati.

Tapi karena merasa tidak enak dengan teman-temanku, kutahan terus dan berpura-pura tetap makan, meski nasi liwet dan teman-temannya serta sambal yang rasanya aduhai cuma aku permainkan dengan jari tangan. Akhirnya aku menyerah, mungkin karena kondisiku yang sedang kurang baik. Aku langsung permisi ke belakang dan benar saja semua yang sudah masuk, keluar lagi tanpa bisa kucegah, lebih parahnya lagi aku tak ingat apa-apa.

Ketika kubuka mataku dengan agak berat, yang kulihat sekelilingnya hanyalah dinding berwarna putih, di samping tempat tidur kulihat ke dua buah hatiku dan suami yang tepekur menunduk. Lalu dengan agak dipaksakan, mulutku memanggil suami dan anak-anakku sambil melambaikan tangan yang ternyata sudah terpasang jarum infus. Dengan tergesa-gesa mereka mendekatiku, "alhamdulillah..mama... bagaimana sekarang?"

Tanya anak sulungku sambil memeluk dan menangis, diikuti oleh anak lelaki serta suamiku.

"Nggak apa-apa, mama sudah baikan kok" jawabku menenangkan mereka.

"Makanya ma... Kalau makan pilih-pilih, sahut suamiku.

"Iya mama nih, jangan nakal ya.." timpal si bungsu.

"Iya dech...mama nggak nakal, apalagi deket-deket sama sambal" jawabku sambil terkekeh. Padahal dalam hati,

"Duuuhh...sambal..ooh..sambal...tanpamu makanku rasanya ada yang kurang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun