Mohon tunggu...
Lia M. Rahmalia
Lia M. Rahmalia Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

Seorang guru TK yang senang membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Lucu di Balik Kecelakaan

6 November 2022   06:49 Diperbarui: 3 Januari 2023   22:29 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kecelakaan", merupakan sebuah kata yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Namun sebagai manusia kita hanya berharap, tetapi Allah yang menentukan. Mau itu kecelakaan parah atau yang terlihat tidak seberapa.

"Deeugg..." hati ini berdebar dan langsung perasaan jadi tak menentu, ketika mendengar anak yang kita sayangi mengalami kecelakaan, meskipun cuma kecelakaan kecil seperti jatuh dari motor. Bermacam rasa berkecamuk, sedih, khawatir, resah gelisah dan sebagainya.

"Jangan-jangan kaki dan tangannya patah"
"Parah tidak ya?"
"Bagaimana keadaannya ya..."
Begitulah macam-macam pertanyaan yang tak terjawab, karena melihatnya pun belum.

Tapi begitu melihat keadaannya, tangan dan kakinya ternyata hanya baret dan lecet sedikit, hati langsung lega dan mengucap syukur, 

"Alhamdulillah kamu selamat nak..."

Tetapi omelan sebagai orang tua tetap berlaku,

"Makanya kamu harus nurut, kalau bawa motor jangan ngebut"

"Kalau sudah gini, kamu sendiri yang merasakan, sakit kan?"

Anakku cuma cengengesan, seolah luka lecet dan baret-baret tidak ada artinya sama sekali, dengan enteng dia langsung menyikat makanan yang ada di atas meja,

"Mama ngomelnya udah dooong, aku lapar nich.."

Sahutnya sambil tetap mengunyah gorengan dan pisang coklat di piring, sampai ludes tak tersisa.

"Tenang mama, aku kan laki-laki, luka segini... Kecil ma" katanya sambil menjentikkan ibu jari dan telunjuknya.

"Sudah ya ma..aku mau istirahat" katanya lagi.

"Eit..lukanya sini mama kasih obat dulu" kataku menahan.

"Oke maa"

Setelah lukanya kubersihkan dan diobati, anakku langsung masuk ke kamarnya. Tetapi sebagai seorang ibu rasa khawatir tetap ada, apalagi setelah satu jam lebih anakku belum bangun juga. Untuk itu aku masuk ke kamarnya untuk memastikan keadaannya. 

Kutatap dan kuamati anakku dari kaki sampai atas, pipi kiri dan di bawah matanya bengkak dan menghitam. Lebih kaget lagi, begitu kulihat bibirnya,

"Yaa Allah ternyata bibirnya juga sampai menghitam" gumam sendirian.

Aku langsung menceritakan hal itu pada suamiku, mungkin karena khawatir juga, suami dan anak sulungku ikut masuk ke kamar untuk memastikan apa yang kulihat.

"Haha...mama coba pakai kaca mata doong, ini sisa coklat yang tadi dimakan ade maaa" kata anak sulungku sambil tertawa dengan enaknya.

"Iya maa, ha..ha..." suamiku ikut tertawa

"Ach..masa sih?" kataku sambil memastikan warna kehitaman di bibir anakku.

Mendengar tawa kami, anak lelakiku terbangun, tetapi tidak mengerti apa yang terjadi. Dengan sigap anak sulungku mengambil tisu yang sudah dibasahi, lalu berkata,

"Diam de, kakak bersihkan bibirmu" dan benar saja, setelah diseka dan dibersihkan noda kehitaman di bibir anakku hilang dan bersih seperti sediakala. Kami pun tertawa bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun