Kata GLOBALISASI kini sudah tidak terdengar asing lagi di Indonesia, bahkan wilayah perkampungan terkecil di Indonesiapun telah berkecimpung di dalamnya. Globalisasi sendiri adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama denganinternasionalisasisehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan.
Ada beberapa ciri – ciri dari globalisasi di antaranya adalah (1)perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.(2)Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).(3)Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidangfashion, literatur, dan makanan.(4)Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat. Yang pertama adalah Para globalis yang mempercayai bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut. Globalis dibagi menjadi dua jenis yaitu globalis positif, dan globalis pesimis. Para globalis positif berfikiran bahwa globalisasi akan menanggapi dengan baik perkembangan tersebut, dan yakin bahwa dampak dari hal tersebut dapat menciptakan seseorang yang professional dan bertanggung jawab. Sedangkan para globalis pesimis berfikiran sebaliknya, mereka berfikir bahwa globalisasi adalah suatu dampak negatif yang sebenarnya adalah bentuk jajahan dari Negara barat. Yang kedua adalah Para tradisionalis yang tidak mempercayai bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. Dan yang ke tiga Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Di dalam sejarah globalisasi banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi.
Para pendukung globalisasi sangat mempercayai, bahwa globalisasi tersebut berpengaruh baik dan dapat mensejahterakan dan memperbaiki perekonomian rakyat. Sedangkan sebaliknya dengan anti globalisasi, mereka menganggap globalisasi sebagai hal yang tidak memberikan pengaruh baik terhadap Negara dan rakyatnya.
Banyak hal yang telah di pengaruhi oleh globalisasi, diantaranya adalah aspek budaya. Yang di maksudkan di sini adalah pengaruh globalisasi sangat membawa nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Globalisasi sangat berperan pada Negara Indonesia, yang dapat memberikan berbagai dampak, baik itu dampak positif, ataupun dampak negative. Dampak positif dari globalisasi tersebut diantaranya adalah Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan, Mudah melakukan komunikasiCepat dalam bepergian (mobilitas tinggi), Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran, Memacu untuk meningkatkan kualitas diri, dan Mudah memenuhi kebutuhan. Contohnya, di Negara Indonesia sekarang sudah banyak perkembangan teknologi, khususnya dalam media social, internet, dan perangkat mobile. Penelitian Perkembangan teknologi di Indonesia pada tahun 2011 menunjukan bahwa penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi, dan kebanyakan dari kalangan pria. Perkembangan teknologi di Indonesia juga menunjukan bahwa 61% dari pengguna tersebut menggunakan perangkat mobile.
Selain dampak positif, globalisasi juga mempunyai beberapa dampak negative diantaranya adalah Informasi yang tidak tersaring, Perilaku konsumtif, Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit, Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk, gaya hidup yang kebarat baratan, serta timbulnya kesenjangan sosial. Semua itu juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia.Terutama untuk para remaja Indonesia yang mudah terpengaruh dengan hal – hal baru. Contohnya saja seperti televisi, film, musik, transmisi berita, olah raga internasional, fashion, literatur, makanan dan lain – lain yang mudah mempengaruhi remaja Indonesia saat ini.
Namun, beriringan dengan hal tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa sesungguhnya yang membuat pengaruh tersebut adalah orang yang menggunakannya, jika digunakan untuk hal yang positif maka hasilnya akan positif. Namun sebaliknya, jika digunakan untuk hal yang negative maka hasilnya juga akan negative.
Lia Purwati
Siswi 3 Akuntansi, SMK Prudent School
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H