Mohon tunggu...
Lia Oktaviana
Lia Oktaviana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

melalui proses berharap progres

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Jenang sebagai Olahan Khas Kota Kudus

9 Juli 2020   11:33 Diperbarui: 9 Juli 2020   11:32 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Kudus merupakan wilayah  provinsi Jawa Tengah. Kudus  berbatasan sebelah utara dengan  Jepara dan Pati. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Grobogan dan Pati.   Bagian timur berbatasan dengan Pati. Sebelah barat berbatasan kabupaten Demak dan Jepara. Secara administratif Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan . Diantaranya kecamatan terluas di Dawe dan terkecil merupakan Kota. 

Luas wilayah Kudus sebesar 42.516 hektar, dengan pembagian kebun sekitar 6,5 % dari total wilayah. Perkebunan rakyat cukup luas, di tananami tanaman seperti: tebu, kapuk, kelapa dan kopi.  Sebagian besar jenis tanah di kabupaten Kudus merupakan mediteran coklat tua dan mediteran coklat kemerahan sekitar 34,5 %. Kemiringan lereng 0-2 derajat yang termasuk landai, sehingga cocok untuk sebagai lahan pertanian maupun perkebunan. Selain itu terdapat gunung Muria yang memiliki kemiringan lereng mencapai 45%.

Hasil produksi padi di Kudus pada tahun 2018 mencapai 159.544 ton per tahun. Kecamatan Undaan memperoleh produktivitas padi  dengan menyumbang 45% dari total keseluruhan panen. Sehingga untuk perolehan tepung beras  maupun tepung beras ketan di Kudus mudah didapatkan dan harganya relatif stabil.

Berdasarkan data BPS minat penanaman jenis tanaman tebu  paling banyak dibanding yang lain, dengan luas kebun 5.529 hektar. Total produksi tebu 22.969, 96  ton pada tahun 2018. Tebu yang menghasilkan gula diolah sendiri oleh beberapa perusahaan terkenal seperti pabrik Rendeng. Target tebu yang dapat digiling pabrik ini sebanyak 12.700 ton. 

Dengan peningkatan produktivitas di pabrik diharapkan petani tebu dapat sejahtera dalam perekonomiannya. Selain Pabrik Rendeng terdapat pabrik gula yang beroperasi dengan mesin masih sederhana. Rata-rata pabrik tersebut menghasilkan gula merah karena dirasa lebih mudah dan murah pembuatannya.

Pemanfaatan hasil tebu yang berupa gula merah dan putih dengan diolah oleh masyarakat Kudus menghasilkan produk yang dikenal masyarakat umum. Olahan tersebut berupa jenang, beberapa orang mungkin sudah mengenal jenang. Terbuat dari tepung ketan dan tepung beras dengan campuran gula merah yang mendominasi rasa manis. Harganya yang murah, manis, kenyal dan lumayan awet menjadikan produk unggulan ini cocok dijadikan oleh-oleh. Penjualan biasanya di sekitar kota dekat tempat pariwisata

Asal-usul jenang Kudus dapat dilihat dengan sejarah yang beredar di masyarakat desa Kaliputu, kecamatan kota. Dari cerita beredar jenang dahulu namanya adalah bubur gamping. Berkisah saat Sunan Kudus, Saridin, Mbah Dempok beserta cucunya melakukan perjalanan, Tetapi saat itu cucu Mbah Dempok  diganggu Banaspati dan hanyut di sungai Kaliputu. 

Warga yang menemukan anak tersebut panik. Saat itu Sunan Kudus menduga anak tersebut sudah mati tetapi Saridin mengatakan anak tersebut mati suri. Kemudian meminta ibu-ibu membuatkan bubur gamping (terbuat tepung beras, garam, santan kelapa) dan diberikan kepada cucu Mbah Dempok. Ternyata cara tersebut mampu membangunkan cucu Mbah Dempok dari kematian. Pada saat itu Sunan Kudus mengatakan "Suk nek ana rejaning jaman, wong Kaliputu uripe saka jenang." (Suatu saat kelak jika zaman sudah ramai, orang Kaliputu hidup dari jenang).

Terlepas dari kisah tersebut faktanya produksi jenang yang paling terkenal dan maju dalam perdagangannya berada di kecamatan kota. Bahkan terdapat museum jenang yang berisi sejarah proses pembuatan jenang. Karena mudah dalam proses pembuatannya dan menguntungkan banyak industri baik besar maupun home industri tertarik dengan usaha ini. Rata-rata usaha jenang home industri belum memiliki label nama perusahaan. Sehingga banyak yang dijual dekat dengan pasar. Hal ini menyebabkan harga yang dijual jauh lebih murah dibanding jenang yang sudah bermerk.

 Salah satu merk jenang yang paling dikenal adalah Mubarok. Produk ini dirintis oleh haji Alawiyah yang terdapat di kecamatan kota. Pada tahun 1975 diciptakan merek baru yaitu Mubarok, Mabrur, Viva. Harga packing biasanya di bandrol Rp.30.000 dengan isi 30 pcs.

Menurut penjual jenang di salah satu pasar Bareng kecamatan Jekulo, pemasok jenang berasal dari salah satu desa di Jekulo. Harga yang dijualnya sekitar  Rp. 27.000 dengan isi 51-54 biji. Beberapa orang juga memiliki usaha jenang sesuai pesanan, misalnya untuk lamaran. Tetapi proses pembuatanya lebih manual tanpa mesin dan belum memiliki merk.

Inovasi rasa jenang terus diakukan agar menciptakan sesuatu pembaharuan agar diterima masyarakat. Macam-macam rasa jenang biasanya adalah rasa jahe, durian, wijen, nangka. Potensi wilayah yang mendukung produksi tanaman jahe terdapat di kecamtan Dawe, hal ini dikarenakan dekat dengan gunung muria yang ketinggian 200-600 mdpl suhu yang cocok berkisar antar 200C-250C.

Faktor teori lokasi ekonomi pada pabrik jenang di Kudus. Menurut Weber, industri dikelompokan menjadi dua jenis kecenderungan lokasi pabrik/industri berdasarkan dimana (1) bahan bakunya mudah tersedia atau (2) lokasi yang lebih dekat dengan pasar. Jenang merupakan produk asli yang banyak berproduksi di kecamatan kota. Hal ini menyebabkan industri didirikan dekat dengan pemasaran. Hal ini dapat dibuktikan peta berikut;

dokpri
dokpri
 Jika dipertimbangkan dari segitigal lokasional Weber yang cocok adalah segitiga berikut; 

sobatmateri.com
sobatmateri.com
Keterangan :

M                     : Pasar

R1 & R2          : Bahan Baku

P3                    : Lokasi Biaya Terendah

Selain itu dengan berdekatan dengan pasar maka dapat menganalisis perilaku konsumen. Lokasi biaya terendah ditekan dengan transportasi yang murah, karena kecepatan pasokan bahan baku dapat menjangkau pabrik dan sampai ke konsumen dan dekat. Wilayah pabrik jenang dipilih dengan lalu lintas yang lumayan padat. Memiliki topografi yang landai, dekat dengan kegiatan ekonomi ramai di sekitar simpah tujuh Kudus. Apalagi dalam perencanaan wilayah Kota Kudus merupakan sektor perdagangan dan jasa.

Jenang Kudus bertahan hanya 6 bulan dan menyebabkan kesulitan dalam ekspor jenang keluar negeri. Paling tidak produk harus bertahan lama, sekitar 1-2 tahun. Oleh karena itu diperlukan optimalisasi dalam pengolahan jenang menggunakan sentuhan teknologi. Sehingga awet, tahan lama dan inovasi harus dikembangkan untuk memikat pembeli. Bahkan UMKM dapat memasukkan produk jenang dalam skala besar dengan pengemasan baik dan masa berlaku bisa lama.

Dengan jangka waktu yang lebih lama, tentunya ketika proses pengiriman barang ke luar negeri dengan membutuhkan waktu antara satu hingga dua bulan, tentunya barang yang diterima masih dalam kondisi segar. Pemerintah telah membangun Iradiator Gamma Merah Putih di Tangerang Selatan yang bisa digunakan secara bersama-sama oleh pelaku UMKM.

Untuk membangun Iridiator Gamma Merah Putih dengan ukuran mini saja mencapai Rp90 miliar. Ekspor jenang yang berlangsung selama ini, tidak dilakukan secara mandiri, melainkan ada agen yang memasarkannya ke luar negeri. Jadi hanya produsen jenang yang menginginkan produksinya keluar negeri harus mengirim sendiri, sedangkan untuk memperoleh pengawetan produk hanya dengan irradiator gamma yang Kudus belum memilikinya. 

Produk jenangpun belum diketahui pasti dapat mengekspor berapa banyak keluar negeri.  Oleh karena itu, diperlukan kerjasama baik pemerintah maupun UMKM dalam meningkatkan produktivitas potensi Jenang di Kudus. Jika jenang lebih tahan lama tentunya akan lebih banyak memproduksi skala besar.

Daftar Pustaka

Anonim.2019. Kabupaten Kudus Dalam Angka 2019. Kudus: Badan Pusat Statistik Kudus

Anonim.2018. "jenang kudus si manis yang punya cerita manis" https://www.inibaru .id /kulinary/jenang-kudus-si-manis-yang-punya-cerita-manis

Anonim. 2018. " jenang Kudus Itu Sangat Potensial Harus Go Internasaional. https://regional .kompas.com/read/2018/06/05/12195231/jenang-kudus-itu-sangat-potensial-harus-go-international

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun