Lansia merupakan kelompok yang sangat berisiko mengalami jatuh. Secara global, sekitar 26,5% lansia mengalami kejadian jatuh. Risiko jatuh ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, dan faktor situasional. Faktor intrinsik meliputi: 1) Memiliki riwayat jatuh/sudah pernah jatuh; 2) Penurunan fungsi tubuh, seperti gangguan berjalan dan keseimbangan, penurunan ketajaman penglihatan, serta kelemahan; 3) Penyakit komorbid atau efek samping obat; dan 4) Status mental. Faktor ekstrinsik atau lingkungan, seperti jalan yang licin atau lingkungan asing. Sedangkan faktor situasional seperti saat terburu-buru menuju kamar mandi, berjalan sambil berbicara, dan lainnya.
Dampak serius yang langsung dirasakan setelah jatuh adalah gangguan fisik, contohnya patah tulang, cedera kepala, serta membatasi pergerakan. Kejadian jatuh juga mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, seperti menimbulkan kecemasan, isolasi sosial, hingga penurunan kualitas hidup. Seiring berjalannya waktu, hal ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan diri, meningkatkan ketergantungan kepada orang lain, dan kebutuhan perawatan medis.
Keluarga memegang peranan penting dalam pencegahan jatuh lansia, karena mereka adalah orang terdekat yang memahami kebutuhan dan kondisi lansia. Selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah, keluarga bisa bekerja sama dengan tim penyedia layanan kesehatan untuk menjaga keselamatan lansia. Keluarga diharapkan dapat membantu memantau jadwal minum obat, mengantar lansia untuk pemeriksaan kesehatan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta  memenuhi kebutuhan psikologis lansia agar tidak stres.
Kerjasama yang baik antar perawat dan keluarga tentunya menurunkan risiko terjadinya jatuh. Perawat perlu mengajarkan keluarga untuk mengidentifikasi risiko jatuh, menerapkan langkah-langkah pencegahan jatuh, dan cara menggunakan alat-alat bantu secara efektif. Saat ini, ada alat yang dapat menuntun perawat dan keluarga untuk merencakanan strategi pencegahan jatuh yang tepat, yaitu Fall Tailoring Interventions for Patient Safety (TIPS) toolkit (pada Gambar 1).
      Perangkat Fall TIPS merupakan alat pencegahan jatuh yang berpusat pada pasien. Alat ini dikembangkan di Brigham and Women's Hospital, Boston, Massachusetts dan telah digunakan oleh beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan secara internasional. Proses pencegahan jatuh ada 3 langkah, yaitu: 1) Mengidentifikasi risiko jatuh, 2) Menyusun rencana pencegahan jatuh yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta 3) Melaksanakan rencana pencegahan tersebut. Pada Gambar 1, poster tersebut terbagi menjadi 2 bagian, sebelah kiri adalah faktor risiko jatuh dan sebelah kanan adalah rencana pencegahan jatuh. Setelah perawat maupun keluarga telah mengidentifikasi risiko jatuh yang dimiliki seorang lansia (centang poin-poinnya di sebelah kiri), maka pilihlah rencana pencegahan jatuh yang memiliki warna yang sama. Misalnya, Tn. A memiliki risiko jatuh ketidakseimbangan dalam berjalan, maka cara pencegahannya adalah perlunya bantuan 1 atau 2 orang saat lansia berjalan (warna orange).
      Sebagai kesimpulan, kolaborasi antar keluarga dan perawat sangat dibutuhkan. Alat seperti Fall TIPS membuat proses pencegahan jatuh lebih terstruktur dan praktis sehingga memudahkan perawat dan keluarga untuk mengidentifikasi risiko jatuh yang dialami lansia dan menyesuaikannya dengan langkah pencegahan yang tepat. Hal ini tidak hanya menjaga keselamatan lansia, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka.
Â
ReferensiÂ
1. Â Â Â Â Salari N, Darvishi N, Ahmadipanah M, Shohaimi S, Mohammadi M. Global prevalence of falls in the older adults: a comprehensive systematic review and meta-analysis. J Orthop Surg Res. 2022;17(1). doi:10.1186/s13018-022-03222-1
2. Â Â Â Â Moreland B, Kakara R, Henry A. Trends in Nonfatal Falls and Fall-Related Injuries Among Adults Aged 65 Years --- United States, 2012--2018. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2020;69(27):875-881. doi:10.15585/MMWR.MM6927A5