Mohon tunggu...
Lianti P Lontoh
Lianti P Lontoh Mohon Tunggu... Wiraswasta - usaha di bidang fashion dan kuliner

Enterprenuer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Terbuka Hijau Untuk Semua

23 Februari 2016   15:00 Diperbarui: 23 Februari 2016   15:13 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kekurangan kota metropolitan adalah penyediaan hutan kota atau Ruang Terbuka Hikau (RTH). RTH diperuntukkan untuk tempat penyerapan air hujan sehingga dapat mencegah banjir yang lebih luas, disamping pula sebagai paru-paru kota. Dapat dibayangkan apabila RTH atau paru-paru kota tidak ada dan di satu sisi lapisan ozone di atmosfer bumi semakin menipis.

Persoalannya adalah pada lahan yang tersedia. Mengapa lahan-lahan terbuka di perkotaan lebih diprioritaskan bagi aspek bisnis seperti: mall, hotel, gedung perkantoran, atau mini-market bahkan SPBU/POM-Bensin. Sudah pasti aspek bisnis menghasilkan profit (ada payback-value) saat lahan tersebut digunakan. Namun jika untuk RTH, mungkin cara berpikir pamong pemerintahan bukan payback-value yang berorientasi pada bisnis-profit. Padahal payback profit tersebut ditransformasikan pada bentuk lain, seperti: peningkatan kualitas hidup, terhindar bencana banjir, dan yang lebih longterm benefit lagi adalah terjaganya kualitas lingkungan hidup yang sehat.

Oleh sebab itu, semestinya pamong pemerintah harus berbenah lagi dalam pengetahuan tata-kota agar daerah baru yang dibuka memberi keuntungan dalam berbagai aspek seperti: investasi jangka panjang, bisnis, dan kesehatan lingkungan sekitar. Contoh yang lebih mengena lagi adalah pemeliharaan jalan raya. Apa gunanya jumlah RTH telah optimal namun jalan-jalan menuju RTH sekitar masih saja rusak dan perbaikannya bersifat 'tambal-sulam'. Kota yang sehat adalah kota yang memperhatikan aspek 5T yakni: tertata, terawat, tertib, tentram, dan terkontrol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun