Mohon tunggu...
Lianti P Lontoh
Lianti P Lontoh Mohon Tunggu... Wiraswasta - usaha di bidang fashion dan kuliner

Enterprenuer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bhineka Tunggal Ika, Filosofi dalam Membangun Peradaban Masyarakat

15 Oktober 2015   09:04 Diperbarui: 15 Oktober 2015   10:06 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Simeon Sotardoega dalam kuliah Filosofi Ilmu Teknik pernah mengatakan keilmuan setinggi apapun jika tidak dapat diaplikasikan untuk kesejahteraan kehidupan umat manusia adalah sia-sia belaka. Hal ini tentu sangat relevan dengan filosofi Bhineka Tunggal Ika yang dianut dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam makna Bhineka Tunggal Ika terkandung makna falsafah ilmu yang sangat dalam, tinggi, dan bermanfaat sekali dalam cara membangun hubungan sosial dan bermasyarakat. Indonesia yang terdiri dari ragam kultur budaya, adat-istiadat, dan terlebih agama sudah semestinya memberi teladan dan contoh kepada dunia bahwa dalam keberagaman itu terkandung sebuah kekuatan besar untuk melawan bentuk kegiatan-kegiatan negatif yang justru membawa kehidupan itu dalam kepunahan.

Walaupun masih dalam kajian penelitian yang lebih dalam lagi, bahwa sesungguhnya di bawah dasar samudera dan lautan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat sebuah peradaban tinggi yang dahulu kala musnah oleh bencana alam yang dashyat. Seperti diketahui bersama, secara teori ilmu pengetahuan, bahwa kehidupan lebih memungkinkan ada dan sangat berkembang pada garis khatulistiwa. Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah satu-satunya kawasan strategis di bumi yang memiliki berbagai kelebihan geografis dan kaya akan kandungan mineral perut-bumi. Sebuah filosofi yang tinggi makna hanya lahir dari sebuah masyarakat dengan peradaban tinggi dan kaya intelektual juga. Lalu mengapa kita sebagai masyarakat Indonesia tidak mampu membangun peradaban yang tinggi dengan mencontohkan cara-berpikir nenek-moyang kita dahulu kala yang sangat sarat akan filosofi hidup.

Bila kita cinta kepada bangsa ini, ayo raih hari esok dengan mengubah cara berpikir melihat masalah dengan bingkai Bhineka Tunggal Ika, lebih mengedepankan toleransi daripada egosentris keyakinan dan pemahaman pribadi belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun