Mohon tunggu...
Lia Ayu winanti
Lia Ayu winanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lia Ayu Winanti

Mahasiswa PGMI FTK INISNU Temanggung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

4 Contoh Tradisi Adat di Temanggung yang Masih Kental Akan Nilai Kesakralannya

12 Januari 2022   23:35 Diperbarui: 12 Januari 2022   23:39 8752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permen tersebut disantap pada hari Senin lalu warga desa memakan janur (daun krambil muda) yang dibentuk menjadi kupat dan diisi dengan nasi. Konon Senin yang manis memiliki arti Senin yang manis adalah "manis" karena hasil panen yang melimpah dan tidak terserang hama serta yang memiliki hewan seperti kerbau dan sapi yang dijarah di ladang, dibungkus dengan keranjang untuk diberikan keamanan. 

Manisnya atau kupatan adalah kupat dan tahu yang dicampur dengan selai kacang dan rasanya manis. Di pagi hari para ayah pergi ke balai desa untuk melakukan bancaan atau pinggiran kota. Anak-anaknya lahir sebelum para petani pergi ke ladang. Sehari sebelum bancaan pada Senin malam, warga sedang melaksanakan salat di masjid.

Tradisi manis ini sering dipelihara dan dilestarikan. Tradisi ini memiliki banyak makna salah satunya adalah unsur budayanya yaitu panen padi merupakan cerminan dari kebahagiaan para petani mulai dari menanam hingga datangnya panen dan mengalungkan keranjang di leher hewan merupakan cerminan dari berharap dalam keselamatan dan kesehatan kei. Dalam tradisi ini juga terdapat unsur religi yaitu masyarakat berdoa dan berdoa agar diberikan karunia hidup yang manis dan berkah.

Selain bapak-bapak yang bancana di balai desa ibu-ibu juga bancana di rumah ibu-ibu yang menerima giliran. Para ibu juga memanjatkan doa dan permohonan sebelum membasuh kepala mereka. Tradisi ini juga ramen karena anak-anak ikut serta merayakan tradisi ini dengan gembira.Tradisi ini terus dilaksanakan dan dipertahankan setiap tahun agar tradisi ini tidak punah.

3. Jumat Pahing

Pada tahun 1786, di dusun Menggoro, Kec Tembarak, Temanggung, ada seorang ulama atau Waluyullah bernama Kyai Abdul Kholiq atau S. Wiro Kusumo, yang sering dipanggil Kyai Pahing. yang masih di depan masjid jami menggoro karena itu mbah kyai pahing memanggil hatinya untuk mengajak mereka semua beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia memanggil dan mengumpulkan mereka semua dengan mengucapkan i'lan yang artinya pengumuman.

Setelah mereka semua mendengar maka mereka datang dari berbagai pelosok tanah air, beberapa dari lingkungan untuk sementara dan beberapa dari luar negeri. ada yang datang siang dan ada yang datang malam hari semua akan berguru kepada mbah kyai pahing. Kemudian dari ukanten berguru ebah menjadi menguru dan kemudian menjadi nama dhusun menggoro. 

Dari ukanten i'lan diwujudkan dalam bentuk nyata yaitu pentungan, setelah semua dikumpulkan oleh mbah kyai pahing diundang ke masjid untuk diajak masuk Islam dua kali [dengan] membaca dua ukanten syahadat dan diberi petunjuk dan amalan yaitu" ya allah nggih kabir nggih karim nggih mujib" yang artinya ya Allah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung dan Maha Penyayang. Setelah mereka bisa membacanya barulah mereka diajak membaca bersama mbah kyai pahing.

Hari saya memiliki banyak orang yang mengikuti saya. Tempat mujahadah dilaksanakan pada malam jemuwah pahing bada isya. Lalu ada salah satu muridnya yang menelpon guru dan wakil hari kegiatannya adalah kakek pahing, jadi pantau terus sampai sekarang. Ia senang murid-muridnya sangat antusias sehingga ia berkata "Jika kalian benar-benar mengamalkan ukanten (ya allah ya kabir ya karim ya mujib) maka insyaallah kalian akan diberikan barok kaffah yang artinya kalian semua akan bertambah kebaikannya. 

Kemudian oleh para santri -- santri ukanten barokatan kaffah disadari wujud sebenarnya adalah brongkos kupat. mbah kyai pahing berpesan pada santrinya "ukanten ya allah ya kabir ya karim ya mujib" untuk dibaca dan disapa sampai anak waktu atau dur tasalsul. ukanten dur tasalsul oleh murid-muridnya tidak hanya itu, beberapa pengunjung yang datang ke masjid ja'mi menggoro juga memiliki maksud khusus yaitu untuk menuai bayaran midang atau nadzar. 

Nadzar dilakukan pada siang atau malam hari dan biasanya orang kemudian nadzar k itu adalah salah satu sumpah tinggi yang diberikan diselesaikan, bebas dari masalah atau sumpah tinggi yang diberikan untuk niat lain. Mereka semua mengikuti ritual dengan mengolesi boreh atau sekar yang diisi dengan injet, kunyit diaduk perlahan kemudian disebut boreh setelah mengolesi boreh diberkati telah membayar nazarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun