Mohon tunggu...
Lia hyda
Lia hyda Mohon Tunggu... Guru -

NUSA TENGGARA BARAT, Mataram

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Buru-Buru Pengen Nikah… “ Review Kompasiana Nangkring Bersama Bkkbn Tema Pendewasaan Usia Perkawinan Di Mataram ”

8 November 2015   06:36 Diperbarui: 8 November 2015   06:36 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat Pagi teman-teman Kompasiana. Pagi ini, Saya ingin menceritakan pengalaman pada tanggal 1 november 2015 tepatnya hari minggu yang lalu. Ini merupakan pengalaman yang begitu mengesankan yang pernah saya alami, karena ini untuk pertama kalinya saya bisa berkumpul ditengah-tengah orang-orang yang sangat luar biasa. Orang-orang yang mempunyai mimpi-mimpi dan semangat yang luar biasa. Saat-saat inilah yang sangat saya tunggu-tunggu beberapa tahun yang lalu ketika di sekitaran tahun 2012, saya mulai mengenal yang namanya kompasiana.
Kompasiana sendiri bagi saya adalah media sosial warga untuk menuliskan hal apapun yang bisa dibaca dan bisa bermanfaat bagi semuanya.

Cerita awalnya begini, beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 29 Oktober 2015, saya mendapat sebuah telpon dari nomor yang tidak saya kenal, namun tidak saya angkat. Lalu ada juga sms dari nomor yang tidak saya kenal juga yaitu informasi mengenai acara nangkring yang diadakan kompasiana bersama BKKBN dengan tema Pendewasaan Usia Perkawinan. Setelah menerima sms tersebut saya langsung membalas saya bisa hadir. Padahal tidak ada teman kesana dan keadaannya juga sebenarnya tidak memungkinkan untuk bisa hadir, karena saat itu saya masih dalam kegiatan KKN di Lombok Barat. Tepat dihari H, saya merasa sangat bingung diantara dua pilihan antara hadir dan tidak hadir , alasannya karena saya berat juga untuk meninggalkan teman-teman yang sedang sibuk mempersiapkan kegiatan lomba untuk perpisahan KKN tetapi disatu sisi, hati saya mengatakan “sayang sekali kalau saya tidak hadir, ini untuk pertama kalinya kompasiana datang ke Mataram sepertinya sayang untuk dilewatkan moment langka yang entah kapan mungkin akan terulang kembali”.

Dengan dua pilihan yang sulit tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk hadir. Kebetulan lokasi acaranya di Hotel Puri Indah Mataram, yang lokasinya tidak jauh dari rumah saya, tetapi berhubung saya lagi KKN saya berangkatnya dari Posko KKN.

Tiba di tempat acara, saya langsung bergegas masuk menuju resepsionist hotel dan menanyakan ruangan untuk acara kompasiana nangkring ini dan diberitahu di lantai dua.

Ternyata setelah lama saya ngantri untuk daftar di lantai dua ternyata saya salah, itu bukan acara BKKBN “aduh sial sekali”. Sayapun langsung turun kembali kelantai satu, bertanya kembali dan diberitahu lantai tiga, ruang cendrawasih. Alhamdulillah, kali ini benar dan tidak salah ruangan lagi. Sesampai disana langsung saya registrasi dulu, lalu diberikan buku kecil dan pulpen. Ketika memasuki ruangan saya tidak mengenal siapapun, asal duduk saja, kenal tidak kenal orang yang penting saya sudah tiba ditempat. Ruangannya bagus sekali ditata sedemikian rupa, penataaan tempat duduknya seperti acara-acara yang biasa saya tonton di TV. Saya duduk bersama sekelompok mahasiswa dari Pers Mahasiswa IAIN Mataram, ya sudah langsung kenalan, ngobrol-ngobrol, lumayan dapat teman baru dan merasa enggak seperti orang asing .

Baiklah sepertinya cerita diatas belum juga sampai pada inti cerita karena baru curahan hati saja. Jadi begini acara ini diselenggaran kompasiana yang bekerja sama dengan BKKBN bertemakan “ Pendewasaan Usia Perkawinan Melalui Generasi Berencana “

Diawal-awal acara dimulai, pemateri pertama yaitu Iskandar Zulkarnain. Beliau mengajukan pertanyaan pada kita semua, apa sih kompasiana ?. Tentu mungkin bagi saya kata kompasiana itu enggak asing namun mungkin bagi sebagian teman-teman yang lain itu adalah hal yang mungkin baru didengar. Beliau menjelaskan bahwa kompasiana adalah salah satu media warga yang disana layaknya seperti facebook namun bedanya kita bisa menulis artikel apapun yang bisa bermanfaat bagi semua orang. Tempat berkumpulnya para bloggerlah. Saya begitu antusias mendengarkan pembicara saat itu. Baru awal-awal saja ketika salah satu pembicara menjelaskan tentang kompasiana, entah dari mana datangnya rasa semangat yang menggebu-gebu ingin menulis dan aktif kembali di kompasiana.

Pemateri selanjutnya yaitu Dr.Abidinsyah Siregar.DHSM.,M.Kes. Beliau adalah Deputi Bidang Advokasi-BKKBN. Hal-hal yang beliau sampaikan juga tidak kalah menariknya dengan pak Iskandar Zulkarnain. Di awal penyampaian materi beliau memberikan nasihat yang luar biasa mendalam kepada kita para blogger yang pemikirannya ingin memiliki nilai tambah dibanding orang kebanyakan, jadi ketika kita menyebut diri kita I’am the Blogger berarti saya sudah memiliki rumah yang bisa saya baca. Rumah yang tidak ada harta, barang maupun materi namun disana ada banyak ide, gagasan yang bisa bermanfaat bagi siapapun.

“Andaikan dibaca kita sudah mendapat nilai satu ibadah.

Andaikan diterapkan mendapatkan dua kebaikan .

Andaikan disampaikan pada orang lain akan jadi amal yang terus menerus “amal jariyah” yang bisa mengantarkan kita pada surga.”

Sebaliknya juga diingatkan kepada kita semua jangan menulis sesuatu yang menimbulkan fitnah, kejahatan atau hal-hal yang tidak baik, karena sekali kita menulis selamanya tidak bisa dihapus sehingga bisa mengantarkan kita ke neraka.

Jadilah penulis yang original yaitu sebagai makhluk yang sempurna.

Setelah memberikan nasihat yang saya tuliskan diatas, beliau masuk kemateri inti tentang pendewasaan usia perkawinan. Ada apa sih dengan kata pendewasaan? Apakah orang yang menikah saat ini belum dewasa atau bagaimana dan apa hubungannya dengan kita. Itukan Hak Asasi Manusia untuk menikah kapan saja entah dewasa atau tidak, kata beliau. Namun inilah alasan kita duduk bersama-sama ditempat ini bukan hanya menjadi omong kosong belaka namun ini alasannya:

“kita bukan hanya hidup tapi melanjutkan hidup, tidak hanya melanjutkan kehidupan tapi merubah kehidupan, tidak hanya merubah kehidupan tapi mengarahkan kehidupan, tidak hanya mengarahkan tapi menuju kebaikan. “

“Bagaimana caranya ? salah satunya dengan pendewasaan usia perkawinan.

Mendengar kata-kata bijak diatas, serasa sangat menyentuh hingga dasar hati yang paling dalam, kata-kata yang sangat menggetarkarkan hati untuk benar-benar memahami untuk apa hidup itu. Berbicara tentang menikah, tentu setiap kita sebagai manusia ingin sekali menikah. Begitupun juga saya namun untuk saat ini mungkin memang belum saatnya karena berbagai alasan tentunya.

Isu pendewasaan usia perkawinan melalui generasi berencana memang topik yang sangat menarik untuk dibahas khususnya bagi para remaja yang belum menikah ataupun yang ingin menikah, maupun yang akan segera menikah sebagai bekal ilmu untuk menentukan pilihan dalam mencari pasangan hidup.

Fakta yang dipaparkan bahwa saat ini bangsa Indonesia bahwa jumlah usia remaja antara 15-21 tahun itu menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan usia lansia (lanjut usia). Hal ini tentu sebenarnya hal yang bagus mengingat usia muda yang banyak tentu akan bisa membangun Negara menuju lebih baik.

Dahulu ditahun 70-an saat BKKBN pertama kali dibentuk presiden Suharto menginginkan pemerataan hasil pembangunan. Salah satunya adalah pembangunan manusia secara seutuhnya baik utuh secara fisik maupun psikis. Namun apa yang terjadi saat ini?. Penduduk kita tak terkendali. Hingga akhirnya kita menjadi Negara yang masih jauh tertinggal dari Negara-negara tetangga seperti singapura, jepang dsb.

Apa yang salah dengan bangsa kita? Sumber daya alam berlimpah ruah namun pengelolaannya belum optimal. Kenapa bisa terjadi seperti ini? Jawabannya karena kita tidak menggunakan ilmu dalam hidup ini. Remaja kita banyak seharusnya itu merupakan keuntungan yang luar biasa namun pertanyaannya remaja Indonesia, remaja yang produktif atau konsumtif ? tentu yang bisa menjawabnya adalah diri kita masing-masing.

Berikut ini adalah syarat untuk menjadi remaja yang produktif “ Global Youth Wellbeing Indexs” :

  1. Kesehatan

Kesehatan memang bukan segalanya tapi tanpa kesehatan semua tidak ada artinya.

  1. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena dengan pendidikan kita memiliki banyak pengetahuan, wawasan, yang tidak kalah pentingnya menjadikan manusia yang berkarakter, dengan pendidikan pula kita bisa memahami hakikat hidup kita yang sebenarnya.

  1. Peluang ekonomi
  2. Kemananan
  3. Teknologi informasi
  4. Hidup bermasyarakat dan bernegara

Nah sekarang setelah kita melihat 6 poin diatas pertanyaannya tentu kita kembalikan lagi pada diri kita sendiri, sudahkah kita menjadi remaja yang produktif?

Jika memang sudah mari kita tingkatkan, jika memang belum ini saatnya kita introspeksi diri, perbaiki diri dan segera melakukan perubahan terutama pada diri kita sendiri terlebih dahulu.

Berikut adalah fakta hasil penelitian :

50 % remaja pengguna internet tetapi tidak memiliki pekerjaan.

40% remaja HIV / AIDS

85% remaja tinggal di Negara dengan index kesejateraan yang relative rendah.

15 % remaja tinggal dinegara dengan index kesejahteraan relative tinggi

Melihat fakta diatas tentu miris namun harus bagaimana lagi beginilah keadaanya saat ini. Disaat modernisasi, globalisasi berkembang pesat, arus komunikasi dan informasi yang begitu cepat hingga internet, HP menjadi hal yang biasa dan begitu dekat dengan remaja hingga disalahgunakan.

Sebenarnya banyak faktor yang menjadikan kenakalan remaja. Masa remaja memang masa yang rentan terhadap penyalahgunaan internet, narkoba dsb. Disinilah peran kita sebagai orangtua (keluarga) sebagai pendidikan yang pertama dan utama untuk memberikan bimbingan, arahan kepada anak-anak kita supaya jangan sampai menjadi seperti yang tidak kita harapkan. Tentu tidak mudah memang, mungkin ini hanya pendapat saya saja, bahwa sebenarnya menjadi remaja itu tidak mudah karena ada istilahnya dimasa remaja kita sedang menjadi sosok jadi diri, mencari sosok yang pantas kita tiru. Oleh sebab itu banyak sekali remaja yag asal meniru misalkan gaya berpakain artis. Disinilah peran orangtua untuk menjadikan dirinya sosok model yang terbaik bagi anak tersebut. Anak sebenarnya hanya perlu diperhatikan, diperhatikan dalam artian bukan hanya dengan materi namun yang terlebih adalah kasih sayang.

Kasih sayang bisa kita tunjukkan dengan memberikan perhatian misalkan dengan menanyakan sekolahnya, menanyakan bagaimana teman-temannya, ada masalah atau tidak. Intinya orangtua menjadi layaknya teman sebaya, yang bisa diajak curhat sehingga remaja tidak melampiaskannya keluar rumah apalagi sampai melanggar hal-hal yang tidak sesuai norma.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, berbagai hal dilakukan baik oleh pemerintah, sekolah, lembaga-lembaga terkait dan masyarakat.

Misalkan saja oleh pemerintah sudah jelas sekali dibuat undang-undang mengenai pernikahan seperti UU. Perkawinan No.1 Tahun 1994 menurut pasal 7 berbunyi “Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun”. Walaupun sudah jelas ada undang-undangnya namun pada kenyataannya masih banyak remaja yang memilih menikah dibawah umur atau pernikahan usia dini. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk sama-sama saling mengingatkan dan menasehati.

Ada istilah fase transisi yang dipaparkan oleh salah satu pemateri. Fase transisi adalah menggeser apa adanya menjadi berkemampuan dan berkualitas. Berikut adalah fase transisi :

  1. Melanjutkan pendidikan ( continue learning )

Pendidikan yang formal maupun informal. Saya pernah mendengar istilah belajar sepanjang hayat. Karena sejatinya dalam hidup ini kita terus belajar, terutama belajar menjadi pribadi yang lebih baik.

  1. Mencari pekerjaan ( start working )
  2. Memulai kehidupan berkeluarga ( form family )
  3. Menjadi anggota masyarakat yang normal ( exercise citizenship )
  4. Mempraktikkan hidup sehat

Disesi terakhir pembicaranya adalah Kak Ria yaitu duta Generasi Berencana

(GenRe). Orangnya cantik, muda dan berprestasi. Pemaparan materinya juga sangat menarik dan memberikan semangat yang luar biasa terutama bagi diri saya untuk menjadi remaja yang lebih baik lagi. Pertama-tama kak Ria menceritakan tentang keadaan remaja yang sering sekali dilanda dengan galau, entah galau karena cinta atau masalah yang lain. Sebenarnya galau-galau yang seperti itu bisa dialihkan dengan hal-hal yang lebih positif seperti misalkan melakukan hobi yang kita sukai. Salah satunya mungkin bagi anak blogger bisa dialihkan kegalauannya dengan menulis, katanya. Fakta dari BPPS bahwa jumlah remaja Indonesia 66 juta dari 255 juta seluruh penduduk Indonesia. Jumlah yang cukup banyak, hampir seperempat dari total penduduk Indonesia adalah remaja. Seandainya kuantitas penduduk Indonesia beriringan juga dengan kualitas ? apa yang akan terjadi?. Tentu kita akan menjadi Negara yang cukup maju, namun apa kenyataan yang terjadi saat ini?. Remaja kita sibuk dengan sosial media, HP, selfie lalu diupload ke sosial media seperti fb,twitter, instagram dsb. Mungkin itu hal yang biasa bagi kita dizaman yang semakin modern seperti sekarang ini, tak apalah jika masih kita gunakan dalam batas yang wajar . Namun apa jadinya jika melebihi batas kewajaran setiap detik main HP saja hingga lupa waktu. Entah apa yang membuat remaja begitu tidak bisa lepas dari gadget (HP), mungkin karena tiap detik telponan, smsan, chatingan sama si doi.. hehe. Akhirnya apa yang terjadi ? banyak remaja yang menikah diusia muda atau bisa dikatakan belum cukup umur apalagi dikatakan matang atau dewasa.

Seperti yang dipaparkan oleh ibu Virginia Anggraini yakni kepala BKKBN menurut data hasil penelitian ditahun 2011 persentase anak perempuan usia 10-17 tahun menikah dan pernah menikah di NTB lebih tinggi dibandingkan persentase nasional yaitu 1,75 % : 1,62 %.

Selain itu persentase wanita memilih menikah < 15 tahun dibandingkan persentase nasional lebih tinggi yaitu 50,26% : 40,86% . Melihat fakta tersebut tentu kita tidak bisa hanya diam saja tanpa memberikan solusi. Oleh karena itu BKKBN mencanangkan program Genre (Generasi Berencana). Fokus kegiatan Genre sebagai berikut :

  1. Promosi penundaan usia kawin, utamakan sekolah dan berkarya
  2. Penyediaan informasi kesehatan reproduksi seluas-luasnya melalui program PIK Remaja
  3. Promosi merencanakan kehidupan berkeluarga dengan sebaik-baiknya (kapan menikah,kapan mempunyai anak dan berapa anaknya)

Ada 4 hal yang harus dihindarkan :

“Terlalu muda melahirkan

Terlalu tua melahirkan

Terlalu dekat jarak melahirkan

Terlalu sering melahirkan”.

Oleh karena itu mari kita sama-sama saling mengingatkan khususnya para remaja. Kita manfaatkan masa muda kita dengan hal-hal yang positif bagi diri kita sendiri maupun bagi oranglain. Ingat, masa muda tidak akan datang dua kali, jangan sampai kita salah langkah hingga akhirnya menyesal dikemudian hari. Mari kita lakukan yang terbaik hari ini, karena apa yang kita lakukan hari ini adalah penentu masa depan kita. Masih banyak mimpi-mimpi yang ingin kita capai, masih banyak tempat-tempat yang belum kita singgahi dan yang terpenting ada kedua orangtua kita yang menaruh harapan besar pada kita, buktikan kalau kita bisa menjadi seperti yang mereka harapkan, alangkah bangganya ketika kita bisa membuat mereka tersenyum bangga.

Mungkin hanya ini tulisan singkat saya hasil review acara kompasiana nangkring bersama BKKBN, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun