Mohon tunggu...
Lia dwijayanti
Lia dwijayanti Mohon Tunggu... Perawat - I'm Nurse

Let's write something good.... _GyanaRanjan Bel_

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Terlanjur "Nyemplung" Jadi Perawat, Kok Bisa?

26 Mei 2020   13:59 Diperbarui: 26 Mei 2020   13:59 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pas ditanya mau jadi apa? mau jadi pengacara, jawabku polos karena terkesima melihat pemberitaan cerai artis yang pengacaranya selalu ada buat diwawancarai. Aku tidak suka melihat ketidakadilan, misalkan saja melihat pemberitaan pencuri ayam untuk bertahan hidup dipukuli habis-habisan sedangkan para orang kaya masih bisa tersenyum saat ditangkap polisi karena kasus korupsi. 

Lucunyaa Negeriku... Masih ada banyak ketidakadilan yang terjadi dan buat hati ini pilu. Lalu cita-citaku berubah mau jadi psikolog karena kesukaanku membaca karakter orang, kepribadian orang lain dan kelihatannya menyenangkan kuliah psikologi. Dari kecil aku terbiasa membaca ramalan zodiak karena tidak sengaja melihat mamaku membacanya. Sungguh menarik pikirku, segala hal tentang kepribadian orang membuatku tertarik untuk membacanya lagi dan lagi. 

Tibalah, saatku memilih jurusan perkuliahan, dalam pikiranku sudah aku list berbagai jurusan yang ingin aku masuki, ada psikologi, hukum dan komunikasi. Loh Keperawatan nggak masuk list? Jujur aku akui sama sekali tidak ada pikiran masuk Keperawatan diawalnya. Ternyata, Tuhan menjawab doaku dengan cara yang berbeda. 

Saat itu, aku mengikuti jalur PMDK (melalui nilai raport), aku tiba-tiba bingung mengisikan jurusan kuliah. Aku ingat sekali saat itu aku polos bertanya ke teman disebelahku dia mau masuk mana. Masuk Perawat di salah satu perguruan tinggi negeri di kotaku.  Entah bagaimana bisa, aku pun memilih jurusan Keperawatan dan PPKN, aku pikir iseng saja aku memilih itu karena aku ingin kuliah di luar kota. 

Aku mengumpulkan berkas paling terakhir dan saat pengumuman tibaa..... Aku lolos dikeduanya. Semua temanku bersorak bahagia, aku pun bahagia tapi hanya sekedarnya. Setelah menyampaikan berita kelulusan pada kedua orang tuaku, mereka menyerahkan keputusan padaku untuk memilih. 

Aku memilih Perawat bukan karena tertarik melainkan jurusan PPKN yang kupilih lumayan jauh dan akses hanya lewat jalur darat dengan medan yang lumayan kalau bawa motor. Singkat kata, aku memulai kuliah Keperawatan. Diawal-awal perkuliahan, aku merasa tertekan karena belum ada "feel" dan dihadapkan pada hal-hal yang "menyeramkan" seperti melihat luka borok dari ringan sampai parah, melihat kegiatan operasi secara langsung, genangan darah, bantu BAK, BAB sudah biasa. 

Disamping itu, nilai semesteran pun mentok yang penting lulus. Lanjut semester selanjutnya lebih sulit lagi materi yang dipelajari, aku ingat aku beberapa kali remidi, iya remidi sistem kardiovaskuler dan respirasi. Ditambah adanya praktek klinik di rumah sakit.

Aku dihadapkan berbagai stressor, dari remidi dan remidi lagi sampai ada salah satu dosen yang mengatakan aku nggak bisa apa-apa, aku tidak bisa lulus nantinya, aku tidak bisa jadi perawat yang baik karena seringnya remidi dan gugup saat ujian praktek. 

Dipraktek sebenarnya semua berjalan baik, bahkan aku mulai menyukainya, walaupun ada hal yang dibilang cukup jadi hambatan saat jadi Perawat... yaitu aku takut liat banyak darah yang "muncrat" atau langsung keluar dari sumbernya kalau dari wadah atau genangan masih bisa ya. Pas diminta untuk ambil darah pasien, aku keringetan parah, mendadak pusing dan aku menyerah. 

Aku meminta bantuan temanku untuk menggantikanku mengambil darah. Lalu untuk kompetensi lain aku cukup baik melakukannya dan berusaha bermanfaat bagi orang lain saat dinas di rumah sakit maupun faskes tempat praktik. 

Tidak sampai disitu, sahabat baikku meninggal karena penyakit Lupus. Aku sangat terpukul, karena dia salah satu orang yang bangga aku masuk Keperawatan. Disaat terakhirnya, dia masih mengingatku, aku saat itu disibukkan dengan kegiatan perkuliahan dan organisasi yang aku ikuti. 

Aku merasa sangat bodoh karena tidak tahu sahabatku mengidap penyakit yang sangat parah karena dia terlihat baik-baik saja dan selalu bahagia. Aku sempat merasa gagal kuliah kesehatan karena tidak bisa merawatnya sebaik mungkin. Namun, aku ingat dia bilang, jadi Perawat yang baik, Li biar banyak nolongin orang. Tangisku pecah..... dan semuanya berubah. 

Aku mulai fokus dengan kuliah dan disibukkan dengan praktek profesi, hingga akhirnyaa aku pelan-pelan namun pasti merasa yakin sudah jatuh hati pada Profesi Perawat. Mata dan pikiranku terbuka saat melihat bagaimana perjuangan perawat untuk dinas, lebih seringnya bersama pasien dari pasien baru dirawat bahkan berusaha tegar saat melihat kepergian pasiennya, banyak risikonya bisa tertusuk jarum, terkena paparan gas berbahaya, menghadapi komplain pasien, kuat begadang jaga malam, bahkan ada perawat yang jaga diberbagai tempat demi memenuhi kebutuhan hidupnya karena penghasilan di satu tempat tidaklah cukup. Disamping itu, melihat senyum Perawat saat pasiennya mau menghabiskan makannya, pasiennya sehat dan boleh pulang, senyuman, ucapan terimakasih dan diingat saat berpapasan diluar pekerjaan menjadi hadiah terbaik bagi Perawat.

Kelulusan pun tiba, aku berhasil lulus menyandang gelar S1 Ners membuatku bangga diluar dari berbagai masalah yang mengikuti perjalananku sampai ke titik ini. Aku diterima bekerja di salah satu RS Swasta di kotaku. Ini tempat bekerja yang menyenangkan diluar dari semua masalah yang ada iya pasti ada saja masalah kan dalam kehidupan. Saat bekerja, aku sudah bukan mahasiswi praktek lagi tapi sudah jadi Perawat "beneran". Sungguh bahagia melihat senyum keluarga pasien saat nyaman dirawat. Ada keluarga pasien yang bilang nanti anak saya jadi Perawat kayak suster, ini bisa jadi suatu pernyataan basa-basi tapi nyatanya ini banyak kejadian dan menjadi doa yang baik. "Sus, anak saya kuliah Perawat di kampus ini" ucapan seorang Ibu dengan bahagianya. 

Setiap Pekerjaan pasti ada kebaikan dan risikonya masing-masing, tinggal bagaimana cara kita menghadapi risiko tersebut.   Balik melihat judul diatas, kalau sudah terlanjur "nyemplung" ya sekalian saja belajar renang toh sudah terlanjur basah, nggak ada yang tahu nantinya diri Anda bakal jadi apa. Bisa saja jadi Perenang handal, bersikap cuek dengan anggapan orang lain yang bilang Anda tidak bisa dengan pembuktian Anda itu mampu. Memang sudah jodohnya, aku yang diawalnya cuma iseng sekarang melanjutkan studi Keperawatan di salah satu Universitas Terbaik di Negeri ini. Seperti halnya, kalian yang merasa belum ada "feel" dan menganggap remeh jurusan Keperawatan kalian keliru, karena ini Profesi yang serba ada, sedihnya ada, bahagianya ada, ngenesnya ada dan kebanggaan pun ada bahkan ada kalimat "Perawat adalah menantu idaman". Dibalik, semua itu menjadi Perawat adalah Panggilan Hidup. Berbanggalah dengan Profesi Perawat dan selalu sebarkan kebaikan. Salam Sehat untukmu Perawat Hebat.

"Bukan berapa banyak yang Anda lakukan, tetapi seberapa besar kasih sayang yang Anda limpahkan dalam pekerjaan Anda." ~ Bunda Theresa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun