Mohon tunggu...
Lia Anggraini
Lia Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi di Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa jurusan Psikologi di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Id, Ego, dan Superego: Kepribadian Manusia dan Relasinya dengan Realitas

16 Januari 2023   09:49 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:09 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Psikoanalisis milik Sigmund Freud menjelaskan bahwa kepribadian manusia tersusun atas tiga hal yakni id, ego dan superego. Ketiga hal ini saling berkaitan dan membentuk kepribadian manusia. Kepribadian tersebut dapat tercermin melalui perilaku manusia dalam menghadapi ataupun menyikapi sebuah peristiwa di sekitarnya dalam hidupnya.

Id, Ego, Superego

Id merupakan hasrat terpendam dalam diri manusia. Hasrat ini tidak mengenal moral dan berada di alam bawah sadar manusia. Kemudian ada superego yang merupakan kebalikan dari id. Superego berasal dari didikan lingkungan sekitar dan juga pengalaman lain yang berisi norma-norma baik dan buruk. Selanjutnya ada ego yang menjembatani antara id dan superego. Bila dihubungkan, dalam diri manusia terdapat perang antara id dan superego yang kemudian dimediasi oleh ego. Id yang penuh dengan hal-hal amoral, superego dengan nilai moral yang tinggi, dan ego yang menghubungkan keduanya agar dapat terpenuhi keduanya.

Kepribadian Manusia dan Realitas

Permisalannya seperti ini. Ketika kita menyimpan amarah yang besar terhadap seseorang karena telah merusak barang milik kita dan ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, id menginginkan diri kita untuk mencelakakan orang tersebut atau merusak balik barang miliknya. Id mengharapkan sesuatu yang dapat membuat orang yang telah merusak barang kita itu celaka serta menimpakan keburukan kepada orang tersebut sehingga orang tersebut jera. Di sisi lain, kita memiliki superego yang meminta kita untuk tidak melakukan keburukan terhadap orang lain karena hal tersebut tidak sesuai dengan nilai moral yang sudah kita pelajari. 

Dari pertentangan itu, ego akan merespon dengan memberikan jalan tengah dan menjadi penghubung antara diri kita dengan dunia luar. Ego merupakan "humas" bagi kepribadian dalam diri kita. Ego mungkin akan menawarkan opsi bagi kita untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan. Kita mungkin akan berdiskusi dengan orang tersebut untuk meminta tanggung jawab berupa ganti rugi atau sekadar meminta permohonan maaf dan janji untuk tidak merusak barang kita lagi. Kita bisa memilih untuk mengekspresikan kemarahan kita dengan cara yang kita anggap paling baik untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Jika kita hanya condong kepada salah satu di antara id dan superego, terdapat kemungkinan hasil akhirnya kurang optimal. Bayangkan bila kita membiarkan id menguasai kita dan akhirnya kita mengamuk serta merusak balik barang orang lain, mungkin kita puas untuk sementara waktu, tetapi ke depannya mungkin juga kita akan menyesal. Bayangkan pula bila superego yang menguasai dan kita hanya membiarkan orang tersebut seolah tidak terjadi apa-apa. Mungkin saja dendam akan tetap tersimpan dalam diri, lalu ketika orang tersebut mengulangi perbuatannya, id dalam diri kita akan lebih meledak tanpa kita mampu menahannya. Tentu hal tersebut dapat memberikan dampak yang lebih buruk nantinya. 

Maka dari itu, kita perlu mengakomodasi kebutuhan id dan superego dengan menggunakan ego. Hal tersebut dimaksudkan agar kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam menyelesaikan sebuah masalah ataupun memenuhi kebutuhan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun