Punya hobby nulis
Kalau sedang gabut sukanya nyanyi
Keluar dari zona nyaman dengan baca buku
Mencari ketenangan dibawah kaki gunung
Tapi masyarakat menetapkan standar sendiri
Mereka bilang "Kamu harus seperti ini!!!"
Dipaksa dalam ruang lingkup yang menjauhkan dari rasa nyaman
Setelah itu, muncul lah generasi-generasi yang memiliki pola pikir yang sama
Keunikan disangka aneh, perbedaan tidak diterima
Kamu punya mimpi yang tinggi diiringi dengan keunikan mu
Namun kalimat "Kamu nggak akan bisa"
Memutuskan harapan yang selama ini melambung tinggi
Kemudian tanpa kamu sadar
Mimpi-mimpimu telah direnggut oleh mulut sampah
Bahkan menulis gunanya untuk apa?
Jika hanya tersimpan rapi didalam file
Menyanyi untuk apa?
Bila telinga sendiri yang mendengarkan
Membaca buku untuk apa?
Kalau tiap kata membuat muak
Kaki gunung yang dulu terasa sunyi
Kini semakin berisik
Hanya karena kata dari mulut sampah
Bisa merubah diri menjadi manusia normal
Angin yang entah dari mana seakan berbisik
"Kamu unik, jangan mau dikategorikan sifat berdasarkan golongan darah dan zodiak"
Ternyata ini bukan masalah antara aku dengan mulut sampah
Tapi lebih tepatnya dengan diriku sendiri
Bisa memaafkan orang lain
Namun lupa untuk memaafkan diri sendiri
Terlalu peduli pada mulut sampah
Sampai lupa, kita yang punya kendali atas diri kita
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI