Mohon tunggu...
Lia Safitri
Lia Safitri Mohon Tunggu... -

I'm just me. . .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MOS: Masa Orientasi Siswa atau Masa Orangtua Stres?

20 Juli 2011   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ajaran baru,kesibukan baru. Sibuk mempersiapkan anak masuk ke sekolah baru. Baru lepas dari tekanan kelulusan dan tekanan pencarian sekolah lanjutan, orang tua harus dihadapkan dengan uang masuk yang nilainya hingga jutaan rupiah.
Sepertinya, janji pemerintah tentang pendidikan gratis,hanya sebuah wacana tak tergubris iblis-iblis bengis yang memanfaatkan sekolah sebagai gudang bisnis. Dengan alasan uang gedung, seragam, dan segala macam tetek bengek, orang tua diwajibkan membayar sejumlah uang agar anaknya mampu santai melenggang melewati pintu gerbang.

... Ironis dan sadis ...

Lulus masuk ke sekolah tujuan, tidak serta merta membuat lega nafas orang tua. Masih ada beban biaya, fikiran dan tenaga yang harus ditanggung demi kemajuan anak tercinta.
Tradisi yang menjadi momok mengerikan siswa baru, MOS (Masa Orientasi Siswa). Dengan ide-ide jiwa muda yang membara,MOS dibuat dengan kemasan istimewa dan gila. Kuncir pita warna warni, tas karung, dasi petai, jam tangan jengkol, kaus kaki berbeda warna. Gila bukan?
Para siswa baru itu memang terlihat gila. Tetapi, bagaimana dengan para orang tua? Setelah mengeluarkan uang jutaan, barang-barang penugasan yang harus dibawa oleh si anak juga memusingkan. Yang unik dari perlehatan tradisi ini adalah betapa kreatifnya para senior menyusun kode-kode daftar bawaan para juniornya. Sebagai contoh, besok disuruh membawa sayur sabun bola bekel yang maksudnya adalah sayur sop (plesetan soap b.inggris sabun) dengan bakso.
Kode itu saja sudah cukup memusingkan. Belum lagi barang lain yang seyogyanya sudah lama tidak ditemukan atau kehabisan. Dimana harus mencarinya? Berapa harganya?
Orang tua bukan hanya pusing membantu memecahkan kodenya, tetapi juga berurusan langsung dengan dananya. Ini yang membuat gila.
Jika dalam 1 hari MOS menghabiskan Rp.50.000-, berapa dana untuk 3 hari.
Bukan jumlah yang sedikit. Jika pekerjaan orang tua memadai tidak masalah. Bagaimana jika untuk makan sehari-hari saja susah atau yang disekolahkan lebih dari 1 anak?
Maka MOS bukan lagi Masa Orientasi Siswa tetapi Masa Orangtua Stres!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun