Mohon tunggu...
Lia MarisaTambunan
Lia MarisaTambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di sebuah PTN, hobby membaca novel sejarah dan suka olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Tri Hita Karana

30 Juni 2024   06:55 Diperbarui: 30 Juni 2024   07:07 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tri Hita Karana, filosofi yang berasal dari Bali yang berarti "tiga penyebab kesejahteraan", menekankan pentingnya hubungan harmonis dalam kehidupan manusia. Hal ini mencakup tiga prinsip utama: Parahyangan (keharmonisan dengan Tuhan), Pawongan (keharmonisan dengan sesama manusia), dan Palemahan (keharmonisan dengan alam). Tri Hita Karana ini memberikan kerangka komprehensif untuk kehidupan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, dengan mengintegrasikan dimensi spiritual, sosial, dan lingkungan.

Parahyangan : Keharmonisan dengan Yang Maha Esa

Parahyangan mengacu pada hubungan antara manusia dan Tuhan, bagaimana cara kita beribadah, berdoa dan bersyukur atas nikmat hidup yang kita terima saat ini. Dalam budaya Bali, aspek ini berakar kuat pada praktik keagamaan dan keyakinan spiritual. Kuil atau Pura, ritual, dan persembahan adalah inti untuk memelihara hubungan ilahi ini, dimana masyarakat Bali percaya bahwa persembahan dan upacara rutin membantu menyeimbangkan alam semesta, memastikan perdamaian dan kemakmuran. 

THK ini menjalin harmoni spiritual yang mendorong individu untuk hidup sesuai dengan prinsip moral dan etika. Ini menumbuhkan rasa syukur dan hormat terhadap kehidupan, meningkatkan kedamaian dan kepuasan batin. Parahyangan juga menekankan pentingnya perhatian dan meditasi, membantu individu terhubung dengan batin mereka dan yang ilahi. 

Aspek Parahyangan ini sangat tercermin dalam ruang lingkup Indonesia bukan hanya dalam masyarakat Bali, sebab Indonesia merupakan umat beragama dengan 6 agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. 

Pawongan: Keharmonisan dengan sesama 


Pawongan mengacu pada hubungan antarmanusia dan interaksi masyarakat. Hal ini menggarisbawahi pentingnya keharmonisan sosial, kerja sama, dan saling menghormati. dimana setiap manusia dituntut untuk dapat berbaur dan menjalin hubungan dengan siapapun terlepas dengan segala perbedaan yang ada. Dalam masyarakat Bali, prinsip ini terlihat dari kuatnya rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. 

Desa beroperasi sebagai unit yang erat di mana anggotanya saling mendukung melalui berbagai kegiatan dan ritual komunitas. Dalam praktiknya, Pawongan melibatkan partisipasi aktif dalam acara-acara komunitas, pengambilan keputusan kolaboratif, dan penyelesaian konflik melalui dialog, konsensus dan musyawarah. 

Prinsip ini mendorong empati, kasih sayang, tolong menolong dan solidaritas, sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan kohesi sosial. Hal ini juga mendorong pembangunan inklusif, memastikan bahwa semua anggota masyarakat mendapat manfaat dari kemajuan sosial dan ekonomi. penerapan Pawongan ini sangat penting untuk dilaksanakan di setiap ruang lingkup masyarakat Indonesia tidak hanya di Bali, sebab di zaman modern saat ini banyak masyarakat terutama genZ yang memilih hidup sebagai seorang individualisme.

 Palemahan: Keharmonisan dengan Alam

Palemahan mengacu dengan hubungan antara manusia dan lingkungan serta menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas warisan alam yang kita nikmati saat ini. Hal ini menekankan perlunya kehidupan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang sejahtera memastikan bahwa keindahan alam tetap terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun