Mohon tunggu...
Lia MarisaTambunan
Lia MarisaTambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di sebuah PTN, hobby membaca novel sejarah dan suka olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tri Hita Karana

29 Juni 2024   14:54 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tri Hita Karana, filosofi yang berasal dari Bali yang berarti "tiga penyebab kesejahteraan", menekankan pentingnya hubungan harmonis dalam kehidupan manusia. Hal ini mencakup tiga prinsip utama: Parahyangan (keharmonisan dengan Tuhan), Pawongan (keharmonisan dengan sesama manusia), dan Palemahan (keharmonisan dengan alam). Tri Hita Karana ini memberikan kerangka komprehensif untuk kehidupan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, dengan mengintegrasikan dimensi spiritual, sosial, dan lingkungan.

Parahyangan : Keharmonisan dengan Yang Maha Esa

Parahyangan mengacu pada hubungan antara manusia dan Tuhan, bagaimana cara kita beribadah, berdoa dan bersyukur atas nikmat hidup yang kita terima saat ini. Dalam budaya Bali, aspek ini berakar kuat pada praktik keagamaan dan keyakinan spiritual. Kuil atau Pura, ritual, dan persembahan adalah inti untuk memelihara hubungan ilahi ini, dimana masyarakat Bali percaya bahwa persembahan dan upacara rutin membantu menyeimbangkan alam semesta, memastikan perdamaian dan kemakmuran. THK ini menjalin harmoni spiritual yang mendorong individu untuk hidup sesuai dengan prinsip moral dan etika. Ini menumbuhkan rasa syukur dan hormat terhadap kehidupan, meningkatkan kedamaian dan kepuasan batin. Parahyangan juga menekankan pentingnya perhatian dan meditasi, membantu individu terhubung dengan batin mereka dan yang ilahi. Aspek Parahyangan ini sangat tercermin dalam ruang lingkup Indonesia bukan hanya dalam masyarakat Bali, sebab Indonesia merupakan umat beragama dengan 6 agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. 

Pawongan: Keharmonisan dengan sesama 

Pawongan mengacu pada hubungan antarmanusia dan interaksi masyarakat. Hal ini menggarisbawahi pentingnya keharmonisan sosial, kerja sama, dan saling menghormati. dimana setiap manusia dituntut untuk dapat berbaur dan menjalin hubungan dengan siapapun terlepas dengan segala perbedaan yang ada. Dalam masyarakat Bali, prinsip ini terlihat dari kuatnya rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. Desa beroperasi sebagai unit yang erat di mana anggotanya saling mendukung melalui berbagai kegiatan dan ritual komunitas. Dalam praktiknya, Pawongan melibatkan partisipasi aktif dalam acara-acara komunitas, pengambilan keputusan kolaboratif, dan penyelesaian konflik melalui dialog, konsensus dan musyawarah. Prinsip ini mendorong empati, kasih sayang, tolong menolong dan solidaritas, sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan kohesi sosial. Hal ini juga mendorong pembangunan inklusif, memastikan bahwa semua anggota masyarakat mendapat manfaat dari kemajuan sosial dan ekonomi. penerapan Pawongan ini sangat penting untuk dilaksanakan di setiap ruang lingkup masyarakat Indonesia tidak hanya di Bali, sebab di zaman modern saat ini banyak masyarakat terutama genZ yang memilih hidup sebagai seorang individualisme.

 Palemahan: Keharmonisan dengan Alam

Palemahan mengacu dengan hubungan antara manusia dan lingkungan serta menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas warisan alam yang kita nikmati saat ini. Hal ini menekankan perlunya kehidupan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang sejahtera memastikan bahwa keindahan alam tetap terjaga. Masyarakat Bali percaya bahwa menjaga keseimbangan alam sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia.  Prinsip ini tercermin dalam praktik pertanian tradisional, seperti sistem subak, yaitu sistem pengelolaan irigasi berbasis masyarakat yang mendukung pertanian padi berkelanjutan. Keharmonisan lingkungan atau Palemahab ini juga mencakup perlindungan sumber daya alam, pelestarian keanekaragaman hayati, dan pengurangan limbah dan polusi. Sehingga mendorong individu, masyarakat dan komunitas untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan, seperti daur ulang, pengomposan, dan penggunaan sumber energi terbarukan.  Palemahan juga mengadvokasi konservasi habitat alami dan perlindungan spesies yang terancam punah, menjamin kesehatan dan ketahanan ekosistem. penerapan Palemahan sangat penting untuk diterapkan, kita sebagai generasi muda harus dapat memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang begitu banyak, bukan mengeksploitasi tetapi memberdayakan sehingga kita dapat hidup dengan sejahtera. 

Dari pemaparan tentang konsep Tri Hita Karena diatas selanjutnya kita akan membahas bagaimana mengimplementasikan Tri Hita Karana dalam kehidupan modern, tentu harus melibatkan penyesuaian prinsip-prinsipnya dengan tantangan masa kini.  Di daerah perkotaan, hal ini berarti menciptakan ruang untuk praktik spiritual (Parahyangan) dan mendorong program kesadaran, sementara kegiatan komunal dan inisiatif sosial memperkuat ikatan sosial (Pawongan), dan teknologi hijau serta perencanaan kota yang berkelanjutan meningkatkan keharmonisan lingkungan (Palemahan).  Institusi pendidikan dapat memasukkan prinsip-prinsip ini ke dalam kurikulum mereka dan mendorong pengabdian masyarakat dan pelestarian lingkungan.  Pendekatan Tri Hita Karana memberikan banyak manfaat, antara lain kesehatan mental dan emosional, berkurangnya stres, ikatan masyarakat yang lebih kuat, berkurangnya isolasi sosial, dan sumber daya alam yang berkelanjutan.  Namun, menerapkan prinsip-prinsip ini dalam konteks modern juga dapat menjadi tantangan karena pesatnya urbanisasi, globalisasi, dan kemajuan teknologi terutama teknologi AI (Artificial Intelligence) dimana seharusnya mempermudah pekerjaan,bamhn manusia banyak malah menyalahgunakankannya.

Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi sangat penting untuk mengintegrasikan Tri Hita Karana ke dalam kebijakan dan praktik.  Pemerintah dapat membuat peraturan untuk melindungi sumber daya alam dan mendorong pembangunan berkelanjutan, masyarakat dapat terlibat dalam perencanaan partisipatif, dan organisasi dapat mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan dan berinvestasi dalam pengembangan masyarakat.  Secara keseluruhan, Tri Hita Karana memberikan kerangka abadi untuk mencapai keharmonisan dan kesejahteraan dengan menyeimbangkan dimensi spiritual, sosial, dan lingkungan, membantu mengatasi tantangan modern dan mendorong masa depan yang lebih harmonis dan sejahtera bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun