Siapa yang tidak mengetahui brand Victoria's Secret? yap, brand ini merupakan ritel terbesar Amerika dalam lingerie atau pakaian dalam wanita. Sudah rahasia umum jika merk ini dikenal dengan para model yang memiliki bentuk tubuh idaman semua wanita.Â
Namun, setelah pergantian Chief Marketing Office Victoria's Secret melakukan rebranding dengan mengkampanyekan body positivity. CMO yang sebelumnya adalah Ed Razek yang saat ini digantikan oleh Martha Pease.Â
Image angels umumnya adalah wanita yang memiliki bentuk tubuh indah serta proporsional sehingga dinilai hanya sebagai male pleaser dan tidak menghargai keberagaman bentuk tubuh wanita. Diketahui VS tidak memiliki bra cup D yang mendukung pernyataan di atas, dengan itu VS mengkampanyekan Body positivity.Â
Image Angels dan Kompetitor
Dalam pemasaran produknya, VS mengadakan fashion show run away yang dimana para model atau Angels berjalan dengan memperlihatkan dan memamerkan lekuk tubuhnya didepan penonton. Tidak semua model dikatakan sebagai Angels, belum diketahui pasti bagaimana kriteria agar dipilih menjadi angels.Â
Jika VS hanya menghargai ras dan tidak menghargai bentuk tubuh wania yang beragam, hal tersebut merupakan kebalikan dari brand yang didirikan oleh Rihanna yaitu Savage X Fenty. Brand yang didirikan oleh Rihanna dinilai lebih unggul dibandingkan VS karena menyediakan lingerie dengan beragam ukuran termasuk big size.Â
Diketahui, selama ini Victoria's Secret belum pernah menampilkan model plus size untuk memeragakan pakaian dalam mereka. Inilah yang menjadi fokus utama dikalangan penggemar, di mana Victoria's Secret dinilai bersikap diskriminatif dan hanya peduli pada tampilan serta ukuran tubuh saja. Â
VS kampanyekan body positivity, jangan jadi toxic positivity!
Kampanye body positivity sudah ada sejak tahun 1960an. Hal ini merupakan bentuk perlawanan terhadap diskriminasi kepada mereka yang bertubuh gemuk di New York, Kampanye ini mengajak kita untuk menerima dan mencintai diri apa adanya.Â
Sebelumnya VS selalu menampilkan deretan perempuan cantik dan seksi pada setiap peragaan busananya, namun kini mulai menyadari pentingnya inklusivitas dalam industri fashion.Â
Dalam kampanye body positivity, Victoria Secret memilih sejumlah model Big size untuk memeragakan koleksi terbarunya yang lebih variatif. Hal ini juga digunakan untuk menaikkan keuntungan perusahaan dan mengejar ketertinggalan trend dengan brand lain.Â
Toxic positivity itu? Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.Â
Adanya sebutan body positivity dan juga self love bisa menjadikan seseorang menjadi toxic positivity. ApasihDengan adanya kampanye body positivity yang disampaikan VS melalui model big size bisa menjerumuskan masyarakat untuk tidak melakukan perubahan pada dirinya.Â
Seperti obesitas, memang kita harus mencintai diri sendiri dan mendukung body positivity akan tetapi kita juga harus memperhatikan kesehatan diri dan tidak berbuat apa-apa jika mengalami obesitas, hal ini bisa dikatakan sebagai Toxic positivity karena membiarkan dan seolah membenarkan sesuatu yang sebenarnya tidak sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H