Momen apa yang pertama muncul dalam ingatan ketika disebutkan bulan Dzulhijjah?
Ya, banyak orang yang spontan menjawab Qurban, Haji dan Puasa.
Namun siapa sangka jika digali dari sejarah, peristiwa-peristiwa tersebut dilatarbelakangi salah satunya oleh seorang wanita bernama Sayyidah Hajar Al-Mishriyyah. Ia merupakan istri dari insan mulia, Ibrahim khalilullah.
Dalam ibadah haji ada beberapa rangkaian yang mesti dilakukan oleh Jemaah haji, mulai dari ihram sampai tawaf wada'. Namun dalam tulisan ini kita akan kupas mengenai sejarah dibalik Sa'i, Air Zamzam dan Jumrah.
Kecintaan pada Tuhan yang Melampaui Rasa Kemanusiaan
Salah satu rangkaian ibadah haji adalah sa'i. Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir dalam bukunya yang berjudul Kisah-Kisah dalam Al-Qur'an menceritakan bahwa setelah kelahiran anak yang ditunggu-tunggu Ibrahim selama 86 tahun, Ibrahim mendapat perintah untuk membawa istri dan anaknya, Hajar dan Ismail ke sebuah tempat tak berpenghuni di tengah-tengah padang pasir nan tandus. Namun atas keimanan yang menghujam kuat, kecintaan pada Tuhan-Nya  melampaui rasa sayang seorang ayah pada anaknya, Ibrahim rela meninggalkan Hajar dan anaknya yang masih amat kecil di tempat tersebut dibekali dengan satu wadah air dan sekantung kurma.
Rasa kemanusiaan yang tak terelakkan membuat Ibrahim merasa bersedih dan lantas mencurahkan perasaannya kepada Allah yang kini diabadikan dalam Q. S. Ibrahim ayat 37-41.
Perempuan Kuat Pencetak Generasi Hebat
Beberapa waktu setelah kejadian tadi, bekal yang Ibrahim tinggalkan untuk mereka berdua habis. Hajar menemukan anaknya, Ibrahim hampir meninggal. Ia lantas berlari menuju bukit Shafa meninggalkan anaknya di bawah pohon untuk melihat sekitarnya, besar harapan ia mendapati orang yang dapat menolongnya. Namun kenyataan tak sesuai apa yang ia harapkan. Dengan rasa penuh khawatir, Hajar kembali menemui anaknya sambil menengok kondisinya. Kejadian itu ia ulang berkali-kali hingga ia mendapati suara dari dekat tempat anaknya berbaring, dan keluarlah pancaran air yang hingga kini masih tetap mengalir. Air tersebut kini kita kenal dengan air Zamzam.
Dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak akan menelantarkan hambanya dibarengi dengan ikhtiar sebagai bentuk keimanan, jalan solusi akan kian datang menawarkan diri.
Jumroh, Simbol Perlawanan Nyata Manusia pada Musuh Sejatinya
Singkat cerita setelah Ibrahim semakin dewasa, Ibrahim ayahnya mendapatkan wahyu untuk menyembelih anaknya, Ismail. Wahyu lewat mimpi itu datang tepat pada hari ke-8 Dzulhijjah, namun Ibrahim masih merasa ragu akan kebenaran mimpinya, atas keraguannya ini maka tanggal 8 Dzulhijjah kini dikenal dengan yaumut tarwiyah atau harinya berpikir-pikir.
Keesokan harinya, tepat di tanggal 9 Dzulhijjah Ibrahim kembali mendapati perintah persis sama seperti yang datang di mimpi sebelumnya. Akhirnya Ibrahim meyakini bahwa perintah ini benar-benar wahyu dan segera menceritakan perintah Allah ini pada anaknya, Ismail. Hari itu kini lazim disebut dengan Yaumul Arafah, hari ketika Ibrahim meyakini perintah Allah melalui wahyu yang diterimanya.
Dan pada 10 Dzulhijjah sebelum pergi ke tempat penyembelihan Ismail, Ibrahim meminta istrinya untuk memandikan Ismail dan memakaikan pakaian terbaik dengan alasan hendak dibawa pergi jalan-jalan. Â
Di pertengahan jalan menuju tempat penyembelihan, setan menggoda Nabi Ibrahim dengan mengatakan "Ismail adalah anak yang kau nantikan selama ini, apakah kau yakin akan menyembelihnya?" Ibrahim menjawab dengan penuh keyakinan dan keimanan bahwa ini sudah jelas perintah dari Allah dan menjadi kewajiban baginya. Ibrahim kemudian melemparkan batu pada setan tersebut dan batu itu mengenai pantat setan. Setan tidak menyerah begitu saja, kini ia mencoba menggoda Hajar, ibu dari Ismail. Setan mengatakan "Hajar, suamimu hendak membawa anakmu pergi untuk ia sembelih, cegahlah ia" Hajar menjawab "Apakah itu perintah Allah?" Setan menjawab "Ya." Dengan penuh keyakinan Hajar menjawab "Jika memang itu perintah Allah, jangankan anakku, jika Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelihku maka aku akan bersedia" Hajar pun membawa batu dan melemparkannya, dan batu tersebut mengenai telinga si setan. Belum cukup sampai di sini, kali ini setan kembali mencoba menggoda Ismail, ia berkata "Ismail, ayahmu hendak menyembelihmu, cepatlah selamatkan dirimu". Lalu Ismail menjawab "Ya, aku sudah tau itu. Dan tidak ada masalah bagiku" Ismail kemudian mengambil batu dan melemparkannya pada setan. Lemparan itu kemudian mengenai mata kanannya.
Tiga lemparan yang dilakukan oleh Ibrahim, Hajar dan Ismail menjadi simbol perlawanan manusia pada musuh abadinya, setan laknatullah 'alaih. Momen tadi sampai saat ini diabadikan dalam salah satu rangkaian ibadah haji yang dinamai dengan jumrah. Tiga lemparan tadi sesuai dengan jumrah yang kini dilaksanakan oleh Jemaah haji yakni jumrah ula, wustha dan aqabah.
Begitulah kisah singkat perjuangan seorang wanita hebat yang jasa nya diabadikan di momen Dzulhijjah ini, Sayyidah Hajar Al-Mishriyyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H