Memang benar kata orang-orang, "kalau masanya sudah habis, tidak akan bertemu". Aku masih bersedih saat menulis ini, karena faktanya aku masih sangat menyayanginya, namun ternyata sudut kecil Jogja pun tak mampu mempertemukan kami lagi, memang sudah habis masanya.
Aku pulang ke Jakarta menggunakan Kereta Api lagi, dengan kelas eksekutif dan nomor kursi yang sama. Bedanya, dia tak lagi ada di sampingku. Kendati demikian, Kereta Api Indonesia sangat setia melayani dan sangat pengertian memberikan tisu untuk aku yang terus menangis haha. Setelah menyeruput cokelat panas dari KAI, aku merasa lebih baik.
Terima kasih KAI telah memberikan pelayanan terbaik. Aku berharap KAI juga ada di Makassar, agar ibuku bisa merasakan kehangatan cokelat panas dan kursi eksekutif KAI.
Aku juga berharap bisa menikmati salah satu pelayanan KAI seperti kereta panoramic ataupun luxury. Sepanjang perjalanan KAI di bawah kepemimpinan pak Didiek, KAI makin maju dan inovatif. Beliau berhasil membuatku mencintai KAI dan menjadikan KAI sebagai transportasi publik yang makin dicintai masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H