KEMAMPUAN LITERASI DI INDONESIA
Kemampuan  literasi mengacu pada kemampuan individu untuk memahami, mengevaluasi, menggunakan, dan berpartisifasi dalam situasi sehari-hari dengan menggunakan teks. sayangnya, studio internasional seperti PISA (Programme for International Student Assesment) menunjukan bahwa kemampuan literasi siswa indonesia masih di bawah rata-rata dunia. fakto-faktor seperti kurangnya akses terhadap literatur, kurangnya pelatihan guru, dan kurangnya fasilitas pembelajaran yang memadai menjadi penyebab utama.Â
akses terhadap literatur sejenis perpustakaan memang sangat tidak memadai di pelosok. pun di masa internet sudah menjamah hampir seluruh dunia. jaringan  sinyal internet ini masih tidak stabil dan sulit. hal tersebut semakin mempersulit siswa untuk membiasakan literasi digital dalam kehidupan sehari-hari
Sementara itu, kurangnya perhatian guru menjadi masalah yang berbeda. pengajar dikejar pekerjaan administratif dan target kurikulum. Banyaknya target yang haru di kerjakan guru mengakibatkan perhatian untuk peserta didik berkurang. pembiasaan Literasi dan numerasi  hanya  menjadi selingan  ketika guru tidak bisa mengajar di dalam kelas, ini membuat siswa-siswi hanya sekedar membaca tanpa memahami apa yang sudah dia baca.
Tantangan dalam peningkatan  Literasi
Penyebab literasi dan  numerasi masyarakat indonesia yang masih kurang tentu akan banyak sekali  jika di uraikan satu per satu. namun, secara umum ada beberapa yang menjadi tantangan utama dan harus menjadi perhatian para pejabat dan semua yang berhubungan dengan pendidikan. ini penting untuk menciptakan pelajar yang mendunia tetapi tidak meninggalkan kreatifitas dan jatidiri sebagai bangsa Indonesia, seperti tujuan pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka.Â
Berbagai Tantangan tersebut dirangkumkan sebagai berikut:
1. Keterbatasan akses terhadap bahan bacaan: sebagian besar siswa di indonesia masih mengalami keterbatasan akses terhadap buku dan materi bacaan yang relevan. faktor ini membatasi kesempatan mereka untuk mengembangkan keterampilan membaca dan pemahaman bacaan.
2. Kurangnya fokus pada pemahaman konstekstual: proses pembelajaran seringkali lebih terfokus pada menghapal daripada memahami konteks penggunaan bahasa. ini dapat meyebabkan siswa sulit mengaitkan literasi dengan kehidupan sehari-hari mereka.
3. kurangnya keterlibatan orang tua : keterlibatan orang tua dalam mendukung perkembangan literasi anak seringkali kurang. dukungan orang tua sangat penting dalam membentuk kebiasaan membaca dan menstimulasi  minat literasi anak.
KEMAMPUAN NUMERASI DI INDONESIA