Mohon tunggu...
lia nuraini
lia nuraini Mohon Tunggu... Dosen - Dokter Hewan, Pengajar

Praktisi Dokter Hewan dan Pengajar di Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kemarau, Perhatikan Hijauan Pakan Ternak Anda

1 Oktober 2019   22:57 Diperbarui: 2 Oktober 2019   02:11 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim Kemarau Di Indonesia dan Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak 

Saat ini Indonesia memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini diprediksi dapat berlangsung hingga awal November 2019 dan menyebar hingga 97 % wilayah Indonesia.

Hal tersebut secara langsung berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Disisi lain, sektor yang terkena dampak lainnya adalah peternakan.

Rata-rata peternak Indonesia, terutama peternak ruminansia mengandalkan hasil limbah pertanian untuk pakan ternak salah satunya adalah jerami padi. Terjadinya gagal panen saat musim kemarau menyebabkan tidak adanya stok jerami padi.

Selain itu, rumput hijauan juga mulai menipis sedangkan pakan hijauan dibutuhkan ternak setiap hari.

Tanaman ini Menjadi Solusi Pakan Hewan Di Musim Kemarau

Masih ada beberapa jenis tanaman hijauan yang bisa bertahan saat kemarau dan kebanyakan diandalkan peternak untuk memenuhi pakan hijauan ternak, salah satunya tanaman dari keluarga Fabaceae.

Suku Fabaceae merupakan anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan buah bertipe polong. Berdasarkan ciri dan biji, ahli botani membagi suku Fabaceae menjadi tiga anak suku, yaitu Leguminosae-Caesalpinioideae, Leguminosae-Mimosoideae dan Faboideae.

Banyak anggotanya telah dibudidayakan dan dimanfaatkan salah satunya sebagai tanaman pangan dan penutup lahan. Jenis polong-polongan merupakan jenis tanaman yang tahan kering dan mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kelengasan tanah terbatas.

Kelompok family Fabaceae banyak dimanfaatkan peternak untuk menjadi pengganti pakan hijauan saat musim kemarau. Hal tersebut dibenarkan karena tanaman ini memiliki kandungan nutrisi terutama protein yang cukup tinggi.

Sub family Leguminosae-Caesalpinioideae dan Leguminosae-Mimosoideae atau yang lebih di kenal dengan istilah tanaman legum adalah gamal, indigofera, stylo, turi, dan lamtoro.

Sedangkan untuk sub family Faboidea banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan salah satunya seperti kedelai, bangsa tanaman kacang-kacangan dan buncis. Adapun pemanfaatan untuk pakan ternak, biasanya peternak memanfaatkan limbahnya seperti batang dan daun.

Awas Zat Antinutrisi Mengancam Ternak 

Setiap tanaman yang diberikan pada ternak pasti memiliki kandungan nutrisi tertentu, seperti protein, karbohidrat, mineral dan vitamin. Pada ternak sapi yang dikandangkan terutama, di musim kemarau seperti ini peternak lebih mudah memberi hijauan dari keluaraga Fabaceae sebagai pakan utamanya.

Hal tersebut ternyata menjadi masalah tersendiri karena apabila pemberiannya berlebihan terhadap ternak akan muncul kemungkinan keracunan akibat kandungan senyawa sekunder atau yang disebut zat antinutrisi pada hijauan tersebut.

Zat anti nutrisi yang dominan pada tanaman Fabaceae salah satunya adalah mimosin, tanin, Saponin dan indospicine. Zat nutrisi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan pada ternak apabila masuk dalam tubuh pada kadar yang tinggi yakni timbulnya penyakit non infeksius.

Pemberian tanaman legum bisa diberikan pada ternak ruminansia asalkan tidak lebih dari 50% dari total ransum.

Disebutkan dalam Iwan (2014), bahwa tanaman legum jenis indigofera atau biasa disebut tarum mengandung racun non protein asam amino yang disebut indospicine yang mempunyai struktur antagonis dengan arginin.

Zat tersebut dapat menghambat penggabungan arginin menuju protein jaringan sehingga menyebabkan kerusakan hati. Disisi lain, indospicine juga dapat menurunkan palatabilitas ternak. Tarum dapat digunakan sebagai pakan basal ternak. Taraf penggunaannya sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan.

Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan tripenoid. Disebutkan dalam Yanuarto (2017), saponin menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan pada hewan ternak.

Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh rasa pahit pada saponin sehingga menurunkan palatabilitas dan konsumsi pakan. 

Saponin juga menurunkan jumlah absorbsi vitamin, mineral seperti zat besi.disebutkan juga beberapa penelitian menunjukkan bahwa saponin dapat mengiritas selaput mulut dan saluran pencernaan.

Dalam konsentrasi diatas 2-3 mg/kg BB, Saponin dapat menyebabkan kegagalan pembentukan zygot bahkan keguguran pada hewan ternak.

Kandungan senyawa aromatik seperti mimosin ada pada daun lamtoro. Mimosin merupakan asam amino non protein dari golongan alkaloid. Dalam rumen, mimosina akan dirombah menjadi gugus 3,4 - & 2,3 -- dihidroxy pyridon. Alkaloid umumnya mempunyai rasa pahit sehingga menurunkan palatabilitas ternak.

Di sisi lain, alkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino. Disebutkan dalam Laconi (2010) Mimosin dalam jumlah cukup tinggi dapat mengikat protein sehingga protein menjadi tidak 'tersedia' untuk ternak dan menyebabkan efek negatif seperti penurunan palatabilitas, kecernaan, pertumbuhan. Penurunan performa reproduksi bahkan kematian post-natal.

Seperti halnya mimosin, tanin juga merupakan asam amino aromatik yang mengandung senyawa phenol. Pada tanaman legum, umumnya berbentuk tanin terkondensasi yang mana kuat tidaknya ikatan akan berpengaruh terhadap kecernaan protein. Ternak yang mengkonsumsi hijauan dengan kandungan tanin yang cukup tinggi sekitar lebih dari 40gykg berat kering dapat menurunkan tingkat konsumsi.

Disebutkan juga dalam Yanuartono (2018) bahwa konsentrasi klorofil yang berasal dari legum apabila sudah tercerna dalam rumen dapat menyebabkan penyakit non-infeksius pada ternak yang disebut bloat.

Pencernaan klorofil mengakibatkan kerusakan membran kloroplas dan melepaskan protein terlarut yang dinamakan faktor I dan II yang diyakini sebagai faktor utama terbentuknya busa pada rumen dan mempengaruhi pH dan tegangan permukaan isi rumen. Akan tetapi hal tersebut perlu dilakukan pengujian lebih lanjut.

Cara Pemberian Pakan Tepat Menjadi Kunci Utama Hijauan Ternak 

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa tanaman keluarga Fabaceae memiliki zat antinutrisi yang mana dalam kadar tertentu dapat mempengaruhi kesehatan ternak.

Sehingga dapat menjadi perhatian penuh kepada para peternak jika hendak memberikan pakan dari suku Fabaceae yang sering dijumpai, seperti daun lamtoro, tarum, turi, limbah tanaman kacang kedai, kacang hijau atau yang lain yang masih dalam satu keluarga.

Dari beberapa penelitian disebutkan dalam Yanuarto (2017) bahwa dampak negatif dari zat antinutrisi pada tanaman Fabaceae dapat diturunkan atau dihilangkan hal tersebut dilakukan dengan berbagai macam metode pemrosesan dan yang paling tepat adalah dengan pemanasan.

Istilah pemanasan disini bisa dilakukan secara mudah oleh peternak yakni dengan cara pelayuan. Pemberian hijauan dari tanaman Fabaceae disarankan agar tidak diberikan dalam keadaan segar melainkan dilayukan terlebih dahulu baru diberikan pada ternak menurut Prayitno (2018).

refrensi:

  • Danarto, S. T. 2014. Keragaman dan Potensi Koleksi Polong-polongan (Fabaceae) Di Kebun Raya Purwodadi-LIPI. Pasuruan. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS.
  • Hendriawan, Iwan & R. Krisnan. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan tanaman Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering. WARTAZOA Vol. 24, No. 2: 75-82.
  • Hidayah, N. 2016. Pemanfaatan Senyawa metabolit Sekunder Tanaman (tanin dan Saponin) dalam mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia. Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 11, No. 2: 89-98.
  • Irsyam, A. S. D. & Priyanti. 2016. Suku Fabaceae di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bagian 1: Tumbuhan Polong Berperawakan Pohon. Jakarta. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 44-56.
  • Jamal, Yuliasri & Semiadi, Gono. 1997. Kandungan Senyawa Alkaloida, Tanin, serta Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Hijauan yang Diberikan pada Ternak Di Pulau Timor. Berita Biologi Vol. 4, No. 1.
  • Laconi, E. B. & Widiyastuti, T. 2008. Kandungan Xantofil Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) Hasil Detoksikasi Mimosin Secara Fisik dan Kimia. Bogor. Media Peternakan: 50-54.
  • Prayitno, R. S., Wahyono F., Pangestu, E. 2018. Pengaruh Suplementasi Sumber Protein Hijauan Leguminosa terhadap Produksi Amonia dan Protein Total Ruminal Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia Vol. 20 (2): 116-123.
  • Rahman, A. R. 2019. BMKG Prediksi Musim Kemarau Bisa Berlangsung Hingga Awal November. Kompas.com.
  • Yanuarto, H. Purnamaningsih, dkk. 2017. Saponin : Dampak terhadap Ternak (Ulasan). Yogyakarta. Jurnal Peternakan Sriwijaya vol. 6, No. 2
  • Yanuartono, Indarjulianto. S. 2018. Review : Peran Pakan pada Kejadian Kembung Rumen. Yogyakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (2): 1451-157.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun