d. Perkembangan Kemauan/keinginan
Perkembangan kemauan/keinginan ini sedikit demi sedikit berbelok kearah yang dibutuhkan oleh desakan jasmani dan rohaninya waktu itu. Kadang-kadang keinginan itu demikian mendesak menuntut pemenuhan, sekalipun hanya berujud ketemu gadis pujaan. Inilah mengapwaktu berpacaran, si pacar selalu ingin bertemu, untuk sekedar bertemu muka, jalan-jalan, menonton dan sebagainya.
Tetapi kadang-kadang oleh karena terjadi hal-hal yang lebih mendesak sebagai akibat daripada rangsangan yang kuat maka keinginan itu mudah berkobar, sehingga tidak jarang terjadi hal-hal yang di luar dugaan.
Oleh karena itu sekalipun mereka mendapat kebebasan dari kedua orang tua, namun harus disertai batas-batas kebebasan yang sesuai dengan norma yang baik yang berlaku di masyarakat yang bermoral. Suasana ethis harus diciptakan salama mereka saling bertemu dan orang tua menyaksikan pertemuan itu meskipun hanya untuk sementara.
e. Perkembangan Estetika
Jika pada masa negatif, aspek estetika seakan-akan mengalami kemunduran, maka pada masa-masa berikutnya, sedikit demi sedikit mulai bangun kembali. Jiwa remaja menjelang dewasa ini telah mampu menghayati dunia luar lebih mendalam, sehingga mampu meresapkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya yang mampu menggerakkan jiwanya.[2]
f. Perkembangan Religi
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagai mana dijelaskan oleh Adams dan Gullota (1983) agama memberikan kerangka moral sehingga membuat seorang mampu membandingkan tingkahlakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa mamberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunua ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman terutama bagi remaja yang telah mencari eksistensi dirinya.[3]
[1] Drs Agus Sujanto, Psikologi perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 191-192
[2] Ibid, hal. 195-198
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 208.
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-masa.html
terbukti dua diantara mereka memang broken home. kurangnya perhatian keluarga, keimanan, dan tingkat intelektual yang rendah serta kurangnya kesadaran norma agama.