legaa sekali rasanya bisa terbebas dari setan. rasa sedih,emosi,kaget,dll campur aduk. sepanjang jalan menahan tangis. menyedihkan melihat teman sendiri yang tumbuh di daerah yang sama, lingkungan yang sama, dan masa SD yang sama, sekarang berubah total. Ya Allah sadarkanlah mereka..
ironis, di usia kami yang sangat rentan, 16 tahun. sudah tercemar oleh hal-hal negatif. dan mereka merasa bangga! itu yang membuat saya kesal. rasanya ingin membakar rumah itu
apabila hanya faktor lingkungan (external) paling berpengaruh, saya seharusnya sama seperti mereka karena kami tinggal dan tumbuh di daerah yang sama. maka dari itu, faktor lain selain lingkungan (external) ikut serta dalam perkembangan remaja.
Faktor Dalam, Faktor Dasar (intern)
a. Perkembangan Seksualitas
Terbawa oleh perkembangan jasmani yang mendekati dalam masa remaja ini, matang jugalah kelenjar-kelenjar kelamin dalam dirinya, baik bagi anak putri maupun bagi anak putra. Hal ini menumbuhkan adanya desakan-desakan baru didalam jiwa si anak, yaitu desakan yang menghendaki layanan seksualitas. Inilah sebabnya anak putra dan anak putri saling bersedia kembali bekerjasama seperti sebelum berpisah pada fase pueral.
Kesediaan bekerjasama yang lebih mendalam (sampai pemenuhan kebutuhan) rohani ini, menyebabkan keduanya saling menyelidik, sampai di manakah kiranya seluruh kebutuhan ini dapat dilayani oleh lawan jenisnya ini. Tentulah makin cepat mereka mendapatkan pelayanan berarti makin mudah mendapatkan pemenuhan dan itu berarti kurang teliti dalam memilihnya.
Perkawinan semacam inilah yang sering menyebabkan perceraian, oleh karena itu di kemudian hari ternyata pelayanan itu tidak menyeluruh. Untuk mencegah agar hal-hal yang tidak dikehendaki semacam itu, perlu diteliti terlebih dahulu, apakah pertumbuhan kepada lain jenis itu disertai sikap saling hormat menghormati, harga menghargai dan saling melindungi. Bila sifat-sifat itu juga didalamnya, dapat diharapkan bahwa kebutuhan pemenuhan perkembangan seksualitas yang mendesak diri remaja tersebut dapat bertemu didalam bentuk perkawinan yang bahagia.
b. Perkembangan Fantasi
Perkembangan fantasi ini, bermula pada fase kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah pada waktu fase remaja. Setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari biasanya pada lawan jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh karena keduanya saling tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan fungsinya yang sebenarnya.
Si laki-laki bangga dengan kumisnya, tetapi ia tidak mengerti untuk apakah sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya yang menghiasi dadanya, tetapi ia pun belum mengerti faedahnya sebelum kelahiran bayinya. Keduanya saling berfantasi, dan demikian suburlah perkembangan fantasi remaja waktu itu. Dan inilah yang dipergunakan sebagai modal untuk menulis surat dengan bunga-bunga bahasa yang dirasakan bagus sekali untuk dinikmati. Inilah sebabnya mengapa masalah cinta pertama yang sering sukar dihapuskan bekasnya bagi siapapun juga yang mengalaminya.
c. Perkembangan Emosi
Perkembangan ini mulai nampak pada masa remaja fase negative. Pada saat itu emosi remaja serba tidak menentu. Ia sangat gelisah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Ia bersikap menolak perintah, harapan, anjuran, maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu.
Pada akhir fase ini, ia berusaha untuk menjadi pusat perhatian dari lingkungannya. Ia bersikap egois, bahkan ia merasa serba super, sehingga mau tidak mau lawan jenisnya tertarik, mengagumi dan akhirnya berserah diri padanya. Darahnya mudah menggelora, ia adalah pemberani yang kadang-kadang kurang perhitungan, tingkah lakunya kasar, penaik darah, mudah tersinggung dan tidak takut mati. Ini semua hanya berlangsung singkat, kemudian ia berkembang menjadi harmonis sedikit demi sedikit.
Ia mulai memuja sesuatu yang baik, apakah itu keadaan alam, sesuatu hasil seni ataukah itu lawan jenisnya. Ia bersikap memuja, baik kepada gurunya yang meghargai karyanya ataukah itu orang tuanya, yang memuji kepandaiannya, apakah itu seorang gadis yang mengaguminya entah karena apanyapun. Disinilah ia mulai menemukan akunya kembali. Ia mulai percaya kepadanya dan makin harmonislah keadaannya.