Lumba-lumba ditempatkan di dalam kotak sempit. Kulit lumba-lumba yang cepat mengering karena terpapar udara hanya dilumuri pelembab. Jika pelembab tidak ditemukan, penyelenggara sirkus mengoleskan mentega di kulit lumba-lumba. Kotak berisi lumba-lumba kemudian dimuat ke dalam truk pengap dan gelap yang mengangkut satwa sirkus ke kota pertunjukan berikutnya. Lumba-lumba dipastikan kepanasan dan tertekan selama pengangkutan tersebut.
Kolam pada pementasan lumba-lumba juga menjadi neraka tersendiri. Kolam melingkar dengan diameter 6 meter berkedalaman 3 meter ini diisi dengan air laut buatan. Penyelenggara membuat air asin ini dengan mencampurkan air ledeng dan berton-ton garam. Senyawa pembunuh kuman (klorin) dicampurkan ke dalam air kolam. Klorin yang bersifat korosif dipastikan merusak organ mata yang sensitif. Lumba-lumba pun menjadi rabun.
Oleh karena itu para pegiat perlindungan dan penyayang satwa menentang pertunjukan sirkus lumba-lumba keliling ini. Mereka membuat aksi penentangan sirkus lumba-lumba keliling, dan berharap Indonesia berhenti menjadi penyelenggara sirkus lumba-lumba keliling. Sampai kini Indonesia menjadi satu-satunya negara yang masih mengijinkan sirkus lumba-lumba keliling.
Kehidupannya di Alam
Kehidupan lumba-lumba di laut bebaspun kini sudah tidak nyaman lagi. Aktivitas manusia berupa transportasi dengan kapal laut menjadikan mamalia laut hidup di perairan yang bising. Masalah kebisingan ini akan mengacaukan komunikasi mamalia laut, antara lain akan kesulitan dalam menemukan pasangan dan mencari makanan. Selain itu, laut yang bising juga berpotensi menjauhkan dari habitat utama mereka (Sumber).
Spesies lumba-lumba ini aktif di malam hari. Mereka mencari makan di perairan dalam, kembali pada siang hari ke dekat pantai untuk beristirahat. Justru waktu inilah yang sama saat wisatawan memulai kegiatan wisatanya di laut. Pada waktu tersebut, lumba-lumba juga beraktivitas memelihara anak mereka, dan berpartisipasi dalam perilaku sosial lainnya.
Satwa yang Dilindungi
Beberapa tahun belakangan ini perhatian dunia tertuju pada kelestarian populasi Cetacea. Hal ini dikarenakan makin menurunnya populasi Cetacea akibat pengaruh aktivitas manusia. Di perairan Indonesia, lebih dari sepertiga jenis paus dan lumba-lumba dikategorikan langka dan terancam punah.