Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hubungan Antara Kebersihan dan Senyuman

26 September 2016   04:59 Diperbarui: 26 September 2016   21:49 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan bersih, nyaman dan sehat untuk ditinggali. Sumber: Dokpri

Ketika membaca berita bahwa pemerintah mencanangkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS), dalam hati timbul pertanyaan: apakah ada hubungan antara kebersihan dan senyuman? Namun setelah dipikir-pikir ternyata ada juga hubungan itu. Bagaimana kita bisa tersenyum kalau lingkungan kita tidak bersih? Mungkin kita masih bisa tersenyum, namun senyum kita yang muncul adalah senyum masam.

Kita, bangsa Indonesia, ternyata termasuk bangsa yang belum peduli terhadap kebersihan. Padahal kita termasuk bangsa yang relegius, dimana dalam ajaran agama kebersihan adalah merupakan bagian dari iman. Namun budaya bersih pada bangsa ini belum mengakar.

Coba saja kita cermati hasil riset Jenna R. Jambeck dan kawan-kawan (Sumber), yang menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi kedua terbesar sebagai penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Jumlah sampah plastik di laut Indonesia mencapai sekitar 850 ribu ton.

Dari manakah sampah sebanyak itu? Sebanyak 90% sampah di laut adalah plastik dan itu sebagian besar masuk kelaut berasal dari daratan. Sungai adalah merupakan vektor utama yang memungkinkan sampah plastik dan sampah lainnya masuk ke laut. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat kita membuang sampah ke sungai belum dapat dihilangkan.

Saluran atau sungai bila digunakan untuk membuang sampah akan mengakibatkan banjir dan membawa sampah ke laut. Sumber: Dokpri
Saluran atau sungai bila digunakan untuk membuang sampah akan mengakibatkan banjir dan membawa sampah ke laut. Sumber: Dokpri
Pernah dicanangkan Gerakan Bersih Pantai dan Laut, namun ini dinilai hanya merupakan bagian dari solusi. Kenyataan menunjukkan bahwa permasalahan tidak menjadi lebih baik hanya melalui upaya pembersihan. Hal ini berarti kita harus merubah pola pikir dari hanya membersihkan pantai dan laut, beralih menjadi bekerja sama untuk mencegah ditempat pertama agar sampah tidak masuk ke laut.

Daratan sebagai tempat hunian manusia adalah sumber dari segala macam sampah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pertambahan jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Hitungan secara kasar, dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini 250 juta orang, jika setiap orang menghasilkan sampah 0,7 kg/hari, maka timbunan sampah secara nasional mencapai 175 ribu ton/hari atau setara dengan 64 juta ton/tahun.

Tempat Penampungan Sampah, menampung sampah yang dibuang oleh penduduk tanpa pemanfaatan terlebih dahulu. Sumber: Dokpri
Tempat Penampungan Sampah, menampung sampah yang dibuang oleh penduduk tanpa pemanfaatan terlebih dahulu. Sumber: Dokpri
Sebenarnya sampah sebanyak itu tidak seluruhnya tak berguna. Masih ada jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, untuk membantu pemerintah dalam pengurangan sampah, keluarga, masyarakat, dan pelaku usaha sebagai penghasil sampah, harus dapat mengelola dan memanfaatkan sampahnya secara baik dan mandiri.

Dimulai dengan pengurangan dan pencegahan sampah dari sumbernya (reduce), melalui pemilahan sampah antara sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik dapat dipisahkan menjadi tiga jenis, yaitu : (a) sampah plastik, (b) sampah kertas, dan (c) sampah kaca dan logam.

Tempat sampah yang sudah memakai konsep pemilahan sampah. Sumber: Dokpri
Tempat sampah yang sudah memakai konsep pemilahan sampah. Sumber: Dokpri
Kemudian dilakukan kegiatan pemanfaatan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan (reuse), Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya dengan pembuatan kerajinan yang berbahan baku barang bekas atau kertas bekas. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.

Hasil kerajinan berbahan baku sampah. Sumber: pengelolaanlimbah.wordpress.com
Hasil kerajinan berbahan baku sampah. Sumber: pengelolaanlimbah.wordpress.com
Selanjutnya kegiatan daur ulang (recycle), yang paling mudah adalah dengan pengomposan sampah organik yang mudah membusuk untuk diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Selain dapat diolah menjadi kompos, sampah juga dapat diolah menjadi biogas, listrik, batu bata/batako, briket arang, dan barang-barang bernilai ekonomis lainnya.

Komposter yang perlu dimiliki setiap keluarga untuk pemanfaatan sampah menjadi kompos, sehingga mengurangi volume sampah yang dibuang. Sumber: Dokpri
Komposter yang perlu dimiliki setiap keluarga untuk pemanfaatan sampah menjadi kompos, sehingga mengurangi volume sampah yang dibuang. Sumber: Dokpri
Akhirnya, sisa-sisa sampah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan sama sekali, itulah yang menjadi tugas pemerintah untuk mengangkutnya ke tempat pemrosesan akhir (TPA), kemudian dilakukan proses akhir ditreatment menggunakan sistem sanitary landfill (penimbunan).

Dengan cara seperti itu, berarti kita telah berupaya untuk mencegah jangan sampai sampah masuk atau dibuang ke saluran air atau sungai, dan akhirnya terbawa ke laut. Dengan demikian akan terwujudlah lingkungan kita (darat dan laut) yang bersih dan sehat.

Penanganan sampah yang sedemikian itu akan dapat diwujudkan, apabila masyarakat kita dapat menerapkan budaya bersih dalam kehidupannya sehari-harinya, yaitu berkebiasaan dan berperilaku yang baik dan benar dalam mengelola dan membuang sampahnya. Selanjutnya, terciptanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah yang harmonis dalam mengelola sampah akan menjamin lingkungan didarat dan laut yang bersih. Sehingga dengan demikian senyum kita tidak lagi masam, melainkan senyum yang manis dan tulus.

Senyum yang tulus adalah senyum yang datang dari lubuk hati yang paling dalam. Senyum ini akan membahagiakan, menghormati, dan memuliakan, serta menambah keakraban dan hubungan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Akhirnya, dengan lingkungan yang bersih dan kita menjadi murah senyum dengan senyum manis yang tulus, niscaya wisatawan utamanya wisatawan mancanegara akan banyak yang berkunjung dan betah berpanjang waktu berwisata di Indonesia. Apabila keadaan itu bisa terwujud, berarti tujuan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) yaitu untuk mendongkrak sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat dapat dikatakan tercapai.

Salam bersih, sehat, dan senyum tulus.

Twitter

Facebook

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun