Dengan mengetahui fungsi penting hutan mangrove, diharapkan masyarakat tidak lagi melakukan perusakan, justru berupaya menjaga dan mengembangkan mangrove yang masih tersisa, dan melakukan penanaman kembali pada lahan yang masih kosong.
Sosialisasi dilakukan terhadap masyarakat dari usia sekolah sampai ke orang-orang dewasa. Dengan pembelajaran kepada anak-anak sekolah (SD, SLTP, dan SLTA), diharapkan sejak dini mereka sudah mengetahui fungsi penting mangrove dan mencintainya. Sedangkan pada orang-orang dewasanya, diharapkan tidak lagi beraktivitas yang merusak mangrove dan bersedia untuk melestarikannya.
Materi sosialisasi yang diberikan meliputi manfaat atau fungsi mangrove, metoda rehabilitasi (penanaman dan pemeliharaan) mangrove, serta cara pembibitan mangrove.
Materi tentang manfaat atau fungsi pentingnya mangrove sebagaimana telah diuraikan diatas. Untuk rehabilitasi dengan penanaman mangrove, langkah awalnya adalah penentuan jenis mangrove yang akan ditanam, disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Sebagai contoh, pada tanah yang berlumpur atau lumpur berpasir, maka dipilih jenis dari genera Rhizophora spp. Jenis ini sangat baik untuk penahan atau pencegah abrasi.
Untuk bibitnya, dapat menanam langsung dengan menggunakan buahnya (propagule), atau dengan bibit hasil persemaian. Namun perlu diketahui bahwa tingkat keberhasilan tumbuhnya relatif lebih tinggi bila menggunakan bibit hasil persemaian. Buah untuk bibit sebaiknya dipilih dari pohon mangrove yang sudah berumur diatas 10 tahun. Buah yang baik dicirikan dengan hampir lepasnya bongkol buah dari batang buah. Dan yang lebih baik adalah buah yang sudah jatuh dari pohon.
Bila menggunakan bibit yang telah disemai, buat lobang yang dalam dan lebarnya disesuaikan dengan ukuran plastik yang digunakan untuk wadah media persemaian. Apabila tanahnya lunak, lubang dapat digali dengan tangan, sedangkan bila tanahnya keras sebaiknya menggunakan sekop. Bibit ditanam secara tegak didalam lubang yang telah dibuat, dengan terlebih dahulu melepaskan bibit dari kantong plastik secara hati-hati agar tidak merusak akarnya.
Untuk tujuan perlindungan pantai, bibit ditanam dengan jarak tanam 1 x 1 meter. Sebaiknya diberi ajir (cagak) bambu, terutama bila tanahnya sangat lunak, kemudian bibit diikatkan dengan tali pada ajir bambu tersebut agar tidak mudah roboh.
Setelah penanaman perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan. Bila ada tanaman yang mati, harus disulam dengan bibit yang baru. Perlindungan tanaman mangrove dari hama yang merusak (seperti serangga atau ketam/kepiting) perlu dilakukan agar dapat tumbuh dengan baik.
Untuk selanjutnya, agar dapat memproduksi bibit sehingga tidak selalu mengandalkan bantuan bibit dari luar, maka diberikan juga pengetahuan bagaimana cara melakukan pembibitan. Lokasi pembibitan sebaiknya dekat dengan rencana lokasi penanaman. Pada saat air pasang, lokasi dapat terendam sehingga tidak memerlukan penyiraman. Dibuat bedeng dengan naungan ringan dari daun nipah atau sejenisnya.