Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ada Sifat Antifertilitas pada Buah Pare

4 Agustus 2016   05:09 Diperbarui: 5 Agustus 2016   15:59 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman pare yang sedang berbuah. Sumber gambar: ruangtani.com

Kebanyakan orang sangat tidak menyukai buah pare karena rasa pahitnya. Padahal, pare merupakan sayuran buah yang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Namun demikian, konsumsinya tidak boleh berlebihan karena ada efek samping bagi mereka yang belum mempunyai keturunan.

Ada berbagai macam cara untuk mengkonsumsi pare, mulai dari menjadikannya jus hingga memasaknya menjadi sayuran, atau bahkan menambahkannya dalam sup dan salad.

Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman tropis dataran rendah, tumbuh merambat, dapat merupakan tanaman yang dibudidayakan atau tanaman liar di tanah kosong. Tingkat kesesuaian tumbuhnya cukup tinggi sehingga dapat tumbuh dimana saja. Bila dibudidayakan dapat ditanam di ladang, pekarangan, dengan cara dirambatkan pada anjang-anjang bambu, pohon, atau pagar.

Termasuk jenis tanaman semusim yang berumur hanya setahun, tanaman pare tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur ditempat yang teduh atau terlindung dari sinar matahari.

Untuk perambatannya digunakan sulur mirip spiral yang membelit kuat, mempunyai banyak cabang, dan batangnya segi lima. Pare berdaun tunggal, berjajar berselang-seling di batang, bentuk bulat panjang dan berjari (5-7 jari), dengan pangkal berbentuk jantung dan warnanya hijau tua. Buahnya panjang dan runcing pada ujungnya dengan permukaan bergerigi.

Tanaman pare yang sedang berbuah. Sumber gambar: ruangtani.com
Tanaman pare yang sedang berbuah. Sumber gambar: ruangtani.com
Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan biasanya sudah berbunga dan diharapkan 1 bulan kemudian buah pertamanya sudah dapat dipetik. Untuk panen kedua, ketiga dan seterusnya dapat dilakukan dengan interval 6 - 7 hari. Kalau keadaan tanaman subur, maka pare dapat di panen selama 4 bulan.

Berbagai Manfaat

Pemetikan buah pare sangat tergantung pada tujuan pemanfaatannya. Apabila pare yang dipanen akan digunakan untuk konsumsi, maka sebaiknya pilih pare yang bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur yang belum melebar. Panjangnya antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm. Apabila pare yang dipetik akan digunakan untuk benih, maka pilih pare yang besar, sehat dan matang sempurna.

Buah pare banyak dijual di pasar tradisional. Sumber gambar: menumakansehat.wordpress.com
Buah pare banyak dijual di pasar tradisional. Sumber gambar: menumakansehat.wordpress.com
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman yang berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Salah satunya adalah buah pare, yang selain dapat dikonsumsi sebagai sayur, juga dikenal mempunyai manfaat sebagai obat. Paling tidak dikenal ada delapan manfaat bagi kesehatan manusia, yaitu: meningkatkan sistem imun, mengobati penyakit pernafasan, mengurangi jerawat, membantu dalam pengobatan diabetes tipe 2, membantu menurunkan berat badan, mempertajam penglihatan, mengurangi sembelit, dan mencegah penyakit jantung (selengkapnya baca Kompas.com, 10/11/2015).

Sifat Antifertilitas

Hernawati (FPMIPA UPI) mencatat pendapat beberapa ahli tentang sifat antifertilitas dari buah pare ini. Ternyata rasa pahit buah pare adalah disebabkan oleh kandungan kukurbitasin (momordikosida K dan L), yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel.

Selain itu, pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS. Akan tetapi, biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria.

Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur, dapat mematikan sperma, memicu impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver. Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.

Oleh karena itu, bagi mereka yang belum memperoleh keturunan jangan terlalu sering atau terlalu banyak mengkonsumsi pare. Tetapi dalam rangka Program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui pembatasan kelahiran, pare dapat dijadikan salah satu alternatif.

Pare dapat diperhitungkan sebagai herbal yang berpotensi menjadi bahan antifertilitas. Keuntungan dalam memanfaatkan bahan asal tanamanan (herbal), antara lain toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah, dan sedikit menimbulkan efek samping.

Semoga bermanfaat.

Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun