Gambaran klinis bervariasi, tapi waktu serangan adalah beberapa jam setelah mengkonsumsi ikan beracun. Organ yang terpengaruh adalah gastrointestinal dan sistem saraf (muntah, diare, kesemutan, ataksia, kelemahan). Durasi penyakit 2-3 hari, tetapi ada yang bertahan selama beberapa minggu atau bahkan bertahun-tahun dalam kasus yang parah. Kematian dapat terjadi karena kolapnya peredaran darah. Tingkat kasus yang fatal sekitar 12%.
Tetrodotoxin (TTX) tidak seperti biotoksin lainnya, yang terakumulasi dalam ikan atau kerang setelah memakan alga beracun, tetapi oleh berbagai jenis ikan buntal (fugu), yang merupakan anggota yang paling beracun dari keluarga Tetraodontidae, walaupun tidak semua spesies dalam keluarga ini beracun.
Mekanisme yang tepat bagaimana produksi toksin yang sangat kuat ini belum jelas, tetapi tampaknya terjadi karena terlibatnya bakteri simbion. Bakteri laut mengkolonisasi usus dan lapisan mucus kulit dari ikan fugu, dan menghasilkan tetrodotoxin yang kemudian disimpan oleh ikan tersebut digonad, hati, dan usus. Jaringan otot ikan beracun biasanya bebas dari racun.
Oleh karena itu, jika penanganannya tidak dilakukan oleh orang yang ahli, maka bisa terjadi daging ikan terkontaminasi oleh racun ini. Keracunan ikan buntal menyebabkan gejala neurologis 10-45 menit setelah mengkonsumsi. Gejalanya kesemutan di wajah, kelumpuhan, kesulitan pernapasan dan kardiovaskular kolaps. Dalam kasus yang fatal kematian terjadi dalam waktu 6 jam. Penyembuhan dapat diharapkan apabila korban tidak meninggal dalam waktu 24 jam.
Pencegahan dan Penanganan
Kontrol biotoksin laut sangatlah sulit, dan penyakit ini tidak dapat sepenuhnya dicegah. Seluruh racunnya adalah non-protein alami dan sangat stabil (tahan panas). Jadi pemasakan, pengasapan, pengeringan, pengasinan tidak menghancurkannya, dan dari penampilan daging ikan atau kerang, kita tidak dapat mengenali apakah itu beracun atau tidak.
Upaya pencegahan utama adalah pemeriksaan dan pengambilan sampel dari daerah penangkapan ikan dan habitat kerang, dan dianalisis untuk mengetahui adanya racun. Percobaan dengan tikus sering digunakan untuk tujuan ini. Jika tingkat tinggi racun ditemukan, penangkapan komersial harus dihentikan.
Tampaknya sulit untuk mengontrol komposisi fitoplankton, kemudian menghilangkan spesies yang beracun, dan tidak ada cara yang dapat diandalkan untuk memprediksi blooming spesies beracun.
Sedangkan untuk pencegahan keracunan tetrodotoxin dari ikan buntal, satu-satunya cara adalah dengan tidak mengkonsumsi spesies ikan buntal apapun. Belum ada obat penawar untuk keracunan ikan buntal.
Keracunan kerang dan ikan merupakan keadaan darurat medis, sehingga korban harus segera dibawa ke pusat medis darurat. Informasi penting yang perlu disiapkan adalah usia, berat badan, jenis yang dikonsumsi, waktu mengkonsumsi, dan jumlah yang ditelan.
Kemungkinan bentuk penanganan di ruang darurat untuk keracunan kekerangan adalah pemberian obat untuk menghentikan muntah, cairan infus untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan diare.