Sumber Gambar : jabar.tribunnews.com
Siapapun anda, dan apapun agama atau kepercayaan anda, saya yakin anda pasti pernah berdoa, terutama ketika anda merasa tidak mampu dalam menghadapi suatu persoalan.
Memang manusia disaat berkuasa, kuat, dan kaya, merasa tidak membutuhkan bantuan siapapun. Tetapi tunggulah ketika nanti datang penyakit, terkena musibah, atau terkalahkan oleh pihak lain, maka barulah akan menyadari kekurangannya. Pada keadaan yang demikian, manusia akan mencari bantuan dan kekuatan dari luar dirinya, termasuk kepada kekuatan gaib yang dapat memberikan manfaat serta dapat mengatasi problematika yang dihadapinya.
Berdoa artinya menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan kepada Tuhannya atas segala sesuatu yang diinginkan. Doa merupakan hubungan vertikal antara yang tercipta atau seorang hamba untuk memohon kepada Sang Pencipta. Doa merupakan sebuah kebutuhan rohani untuk jiwa manusia, menggambarkan ketidak-berdayaan seseorang bila tidak ada pertolongan dari sesama makhluk, atau terlebih dari Tuhannya.
Bagi penulis, merasakan bahwa sudah banyak doa yang dikabulkan oleh Allah, namun tentu saja masih ada pula yang belum (bukan “tidak”) dikabulkan. Ada beberapa pengalaman pribadi penulis mengenai berdoa tersebut, bahwa doa ini ternyata telah memberikan:
- Pengaruh terhadap kesadaran; contohnya doa ketika hendak berkendaraan akan menimbulkan kesadaran dan kemauan untuk berhati-hati dan mematuhi peraturan berlalu-lintas sehingga diperoleh keselamatan dalam berkendaraan.
- Yang terbaik; ketika penulis berdoa untuk dihindarkan dari suatu pekerjaan atau jabatan yang berat, justru pekerjaan itu yang dianugerahkan. Walaupun memang berat, ternyata dibalik itu ada hikmah yang terbaik.
- Tuntunan; ketika hendak melakukan tugas yang menurut penulis berat, doa telah memberikan kekuatan, konsentrasi, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut dengan benar dan selamat.
- Waktu yang tepat; contohnya ketika mengalami kesulitan air dan mohon diberi sumber air yang baik, setelah sekian waktu lamanya pada waktu yang tepat baru doa itu dikabulkan. Ternyata setelah itu terjadi kemarau yang panjang, yang seandainya tidak dianugerahi sumber air itu, tentu kesulitan yang akan kami hadapi.
Itu hanyalah beberapa contoh saja yang penulis alami. Tetapi juga perlu diingat bahwa untuk terkabulnya doa tidak cukup hanya memohon saja, tetapi juga harus juga berikhtiar sesuai dengan jalan yang semestinya. Suatu usaha atau ikhtiar tidak boleh terlepas dari doa, demikian pula sebaliknya.
Dewasa ini banyak orang memandang sinis terhadap doa, bahkan ada semacam ejekan kepada orang yang gemar membaca doa, dianggap mereka itu adalah orang pemalas. Mungkin mereka yang mengejek itu belum merasakan manfaat doa.
Dengan berdoa, sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh terhadap kesadaran bagi orang yang melakukannya. Melakukan doa harus dibarengi dengan sikap pasrah kepada Allah, tidak bisa kita terus menuntut dan bersikukuh agar harapannya tercapai. Oleh karena itu, bukan hasil dari doa itu saja yang dicari, melainkan hilangnya ketegangan yang timbul dari keyakinan bahwa persoalan yang diungkapkan dalam doa tersebut telah diserahkan kepada Allah.
Berdoa merupakan sebuah aktifitas yang dianjurkan oleh agama. Karena tercapainya harapan tidaklah muncul murni dari kekuatan kita, melainkan kekuatan Allah melalui doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba. Kesesuaian antara doa dan wujud dari dikabulkannya doa itu merupakan tujuan utama dari doa. Namun segala keputusan tetap dan harus diserahkan kepada-Nya. Karena doa tidak mesti segera dikabulkan, atau mungkin diganti oleh Allah dengan hal lain yang menurut Allah lebih baik.
Kekhusyukan dalam berdoa juga sangat menentukan keberhasilannya, yaitu dengan penuh konsentrasi dan berupaya menyatukan fikiran, hati, optimis, dan terus-menerus (tidak berputus asa ketika belum dikabulkan).
Jadi, jangan tunda-tunda dan teruslah berdoa, karena janji Allah SWT : “Dan Tuhanmu berfirman, berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”, (Gafir: 60).