Mohon tunggu...
Trisno Utomo
Trisno Utomo Mohon Tunggu... Pensiun PNS -

Insan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ikan Endemik Rawapening Terancam Punah?

27 April 2016   05:23 Diperbarui: 28 April 2016   09:01 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perairan Rawapening ǀ Sumber Gambar : kisahuniknyalho.blogspot.co.id

KOMPAS.com pada tahun 2014 (2/3) pernah memberitakan bahwa ikan Wader Ijo dikawasan perairan Rawa Pening, Kabupaten Semarang jumlahnya semakin menurun. Sejumlah pihak mengkhawatirkan ikan Wader Ijo akan mengalami kepunahan.

Para nelayan di beberapa lokasi juga menyatakan bahwa memang ikan Wader Ijo sekarang makin sulit ditangkap. Ikan Wader Ijo adalah merupakan ikan asli dari perairan Rawa Pening.

iwak-wader-ijo-742739-571f81ebc322bd6509cd1aeb.jpg
iwak-wader-ijo-742739-571f81ebc322bd6509cd1aeb.jpg
Ikan Wader Ijo yang biasa tertangkap di Rawapening ǀ Sumber Gambar : predatoryfishes.blogspot.com

Dugaan sementara penyebabnya adalah faktor persaingan atau kompetisi dengan ikan-ikan baru yang bukan merupakan ikan asli Rawapening, dan karena penangkapan ikan oleh nelayan setempat yang semakin intensif dengan menggunakan jaring bermata jaring kecil.

Yang dimaksud ikan baru tersebut adalah ikan Grass Carp yang sengaja ditebar untuk mengurangi eceng gondok. Sedangkan pemakaian mata jaring kecil akan mengakibatkan ikan-ikan kecil tertangkap sebelum sempat berkembang biak, yang biasanya oleh masyarakat setempat ikan-ikan kecil tersebut diolah menjadi keripik atau rempeyek.

Apakah memang betul demikian? Menurut hemat penulis, apa yang diuraikan diatas ada benarnya, tetapi sebenarnya ada masalah yang lebih kompleks mengenai waduk Rawapening tersebut.

Jenis-jenis Ikan

Dalam publikasi yang berjudul “Profil 15 Danau Prioritas Nasional” oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2011), disebutkan bahwa jenis-jenis ikan yang pernah hidup dan berkembang di Rawapening sebanyak 17 jenis, terdiri dari :  Osteochilus hasselti, Ophiocephalus striatus, Tilapia mossambica, Puntius javanicus, Clarias batrachus, Anabas testudineus, Monopterus albus, Helostoma temmincki, Trichogaster pectoralis, Trichogaster trichopterus, Nemachilus fasciatus, Chela oxygastroides, Aplocheilus  panchax, Puntius binotatus, Rasbora sp, Puntius orphiodes, dan Ctenophraryngodon idella.

Nama umum dari ikan-ikan tersebut adalah ikan Nilem, Kutuk (Gabus), Mujair, Tawes, Lele, Betok, Belut, Tambakan, Sepat Siam, Sepat Rawa, Uceng, Wader Pari, Wader Peto (Kepala Timah), Wader Cakul (Wader Bintik Dua), Wader Lunjar Pari, Hampala (Brek), dan Koan (Grass Carp).

Jenis yang paling dominan adalah ikan Nilem (Osteochlius hasselti) yang diperkirakan populasinya mencapai 43,7%, disusul ikan Kutuk (Ophiocephalus striatus), dan jenis-jenis ikan yang lainnya. Yang dapat dipastikan bukan ikan asli Rawapening adalah ikan Koan/Grass Carp (Ctenophraryngodon idella).

Lho, ikan Wader Ijo kok tidak ada? Wader Ijo adalah nama yang digunakan oleh masyarakat sekitar Rawapening untuk ikan Nilem, yang memang populasinya merupakan yang terbesar di perairan tersebut. Ikan Nilem berwarna hijau kehitaman, dengan pertumbuhan panjang maksimum yang dapat dicapai oleh ikan ini hanyalah 15 cm saja.

800px-osteoc-hassel-120127-22799-tsm-jpg-571f825b957e612e09569010.jpg
800px-osteoc-hassel-120127-22799-tsm-jpg-571f825b957e612e09569010.jpg
Ikan Nilem ǀ Sumber Gambar : id.wikipedia.org

Permasalahan Rawapening

Perairan danau Rawapening di wilayah Kabupaten Semarang sebenarnya adalah danau yang terjadi secara alamiah. Pada  tahun 1912-1916 pemerintah Belanda menyempurnakan dengan melakukan pembangunan dam dan memanfaatkan Kali Tuntang sebagai satu-satunya pintu air keluar. Danau ini kemudiaan diperluas pada tahun 1936 mencapai +2.667 Ha pada musim penghujan dan pada akhir musim kemarau luasnya mencapai +1.650 Ha.

Areal Rawapening secara administratif masuk dalam 4 Kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Bawen, Banyubiru, Tuntang, dan Kecamatan Ambarawa. Dikelilingi oleh tiga gunung, yaitu gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Aliran air sungai yang masuk ke Rawapening berasal dari pemasukan air tanah yang terdapat di tempat yang lebih tinggi. Sungai-sungai yang mengalir ke Rawapening terdiri dari sungai Galeh, Klegung, Torong, Panjang, Kupang, Legi, Parat, Sraten, Rengas, Tukmodin, Kedungringin, dan Ringis.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Rawapening secara garis besar adalah terjadinya proses sedimentasi, pertumbuhan gulma air yaitu Eceng Gondok, penurunan kualitas air (pencemaran), dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Apakah permasalahan tersebut dapat mengancam kelestarian ikan yang ada di perairan Rawapening? Jawabannya : ya, bahkan tidak hanya jenis-jenis ikan saja yang akan punah, danau Rawapening sendiri juga akan punah bila permasalahan tersebut tidak ditangani dengan benar.

Rawapening adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tuntang. Daerah Aliran Sungai (DAS, catchment, watershed, drainage basin) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Kerusakan DAS telah dirasakan dan banyak merugikan kehidupan dan penghidupan masyarakat seperti banjir, kekeringan, erosi, sedimentasi, tanah longsor, menurunnya produktivitas dan kesuburan tanah, peningkatan polutan pada badan-badan air, dan juga peningkatan luas lahan kritis baik didalam dan diluar kawasan hutan. Dan itulah yang terjadi pada beberapa dekade terakhir di DAS Tuntang.

Kerusakan daerah tangkapan air disekitar Rawapening berupa penambangan bahan galian yang tidak terkendali, alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pertanian, kelerengan lahan yang curam (lebih dari 25 %) menyebabkan tingginya run off dan sulit untuk dihijaukan, dominasi penggunaan lahan untuk tegalan/kebun dan kerusakan hutan berpotensi menjadi lahan kritis dengan tingkat rehabilitasi belum memadai, tidak terpeliharanya bangunan sipil teknis dam, semakin tidak terkendalinya pemanfaatan ruang terbuka untuk kepentingan pengembangan wilayah/kota, serta belum adanya arah pengelolaan wisata berwawasan lingkungan.

Kesemuanya itu menyebabkan tingginya sedimentasi yang menyebabkan badan air/inti Rawapening saat ini sudah nyaris menjadi daratan karena terjadinya pendangkalan yang sangat cepat, dan masih diperparah lagi oleh padatnya gulma air (terutama Eceng Gondok).

Pertumbuhan Eceng Gondok yang begitu cepat akan menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah cahaya yang masuk ke dalam air akan semakin berkurang yang menghambat fotosintesa oleh fitoplankton sehingga oksigen terlarutpun akan berkurang. Ini merupakan ancaman bagi kehidupan ikan.

Eceng Gondok juga dapat menyebabkan pendangkalan, karena Eceng Gondok yang mati akan menumpuk sedikit demi sedikit, sehingga seiring berjalannya waktu perairanpun akan menjadi dangkal. Eceng Gondok yang menyebar di seluruh permukaan air juga menyebabkan tingginya evapotranspirasi, yang menyebabkan tingginya jumlah kehilangan air.

Penurunan kualitas air Rawapening terjadi karena berbagai aktifitas seperti limbah rumah tangga, sisa-sisa pakan ikan (limbah dari karamba jaring apung), cemaran dari aktifitas pertanian (termasuk pemanfaatan daerah lahan pasang surut untuk pertanian secara berlebihan), dan padatan tersuspensi akibat erosi,

Jumlah nelayan yang tidak terkendali dan penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan serta tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku (strom listrik, bahan racun, dan jaring dengan mata sangat kecil), telah menimbulkan konflik antar nelayan dan penurunan populasi ikan.

nelayan-571f82caa3afbd910948ac21.jpg
nelayan-571f82caa3afbd910948ac21.jpg
Nelayan di danau Rawapening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ǀ Sumber Gambar : KOMPAS.com.

Apabila permasalahan-permasalahan tersebut diatas tidak ditangani secara benar, tidak hanya ikan yang ada di Rawapening saja yang akan punah, beberapa tahun kedepan bisa jadi danau Rawapening sendiri yang akan punah menjadi daratan.

Oleh karena itu, Pemerintah memasukkan Rawapening sebagai salah satu dari 15 danau di Indonesia yang menjadi prioritas untuk dikonservasi. Beberapa waktu yang lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memastikan bahwa normalisasi Rawapening di Kabupaten Semarang akan dimulai pada tahun 2017 mendatang, jika DED-nya sudah selesai.

Kita tunggu saja langkah-langkah perbaikan tersebut, semoga dapat terlaksana dan tidak saja akan menyelamatkan populasi ikannya, tetapi juga menyelamatkan perairan danau Rawapening itu sendiri.

Semoga.

Salam dari saya.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun