Sudah begitu rapuhnyakah mental bangsa kita terhadap materi? Apakah sudah demikian dahsyatnya korupsi menguasai budaya kita sehingga sudah tak dapat digoyahkan? Dimanakah kini budaya luhur kita sebagai bangsa Indonesia? Ataukah Agama sudah dilupakan dan tidak lagi menjadi petunjuk dan penuntun hidup kita?
Petunjuk Agama (Islam) mengajarkan harus adanya keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan ukhrowi (baca Q.S 28:77): “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…”. Karena tidak pernah berpikir tentang kehidupan akhirat, akibatnya manusia tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang tidak takut melakukan perbuatan dosa.
Sadarlah wahai para pemimpin serakah, resapi lagi sabda Nabi SAW:
“Sesungguhnya pemimpin (imam) itu adalah pengembala, dan ia pasti dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang digembalakannya itu”.
Nah, kemudian kita harus bagaimana? Walaupun hanya sebagai masyarakat biasa, kita mempunyai kewajiban untuk melawan kemungkaran ini. Rasulullah SAW bersabda: ”Bila melihat kemungkaran, rubahlah dengan tanganmu. Bila tidak mampu rubahlah dengan lisanmu. Bila tidak mampu rubahlah dengan hatimu, itulah selemah-lemah iman”. Apakah dengan hatipun kita sudah tak mampu?
Sesungguhnya, orang kaya bukanlah orang yang mempunyai lebih banyak, melainkan orang yang mampu memberi lebih…
Salam dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H