[caption caption="Ilustrasi: kompas.com-shutterstock (25/1/2016)"][/caption]Heboh tentang virus Zika sedemikian menggemparkan. Dengan kehebohan itu, menjadikan masyarakat kita khawatir akan berjangkitnya penyakit itu di Indonesia. Positifnya, hal ini membuat kita dapat mempersiapkan diri dan melakukan pencegahan sejak dini. Hal seperti ini juga terjadi pada awal berjangkitnya DBD di Indonesia.
Hebohnya virus Zika adalah karena berbagai laporan di luar negeri khususnya Brasil, penyakit infeksi virus ini dihubungkan dengan bayi berkepala yang kecil (mikrosefali). Berikut ini rangkuman berita-berita heboh tentang virus Zika :
(1) Zika telah menyebar ke lebih 20 negara dan menimbulkan kepanikan di Brasil di mana ribuan orang terinfeksi.
(2) Virus ini dikaitkan dengan otak yang menyusut pada bayi yang belum lahir sehingga menyebabkan kerusakan parah otak atau kematian. Ibu yang terinfeksi oleh virus ini saat hamil bisa melahirkan bayi dengan kelainan kepala tadi, sehingga perkembangan otaknya menjadi terganggu.
(3) Brasil mengerahkan sekitar 200.000 tentara militer untuk memerangi nyamuk pembawa virus Zika.
(4) Untuk melawan virus ini, saat ini tidak terdapat vaksin atau obatnya, sementara uji diagnosa sulit dilakukan.
(5) Para ilmuwan Amerika Serikat yang mengkaji virus Zika memperingatkan diperlukan waktu sepuluh tahun sebelum vaksin tersedia bagi masyarakat umum.
(6) WHO Menyatakan Darurat Kesehatan Internasional akibat Virus Zika.
Dalam euforia kehebohan berita tersebut, mungkin diantara kita ada yang luput belum membaca berita bahwa ternyata virus Zika sudah ada di Indonesia. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang pertama kali menemukan ada virus Zika di Indonesia. Deputi Direktur Eijkman Herawati Sudoyo menjelaskan bahwa awalnya ada wabah dengue (demam berdarah) di Jambi pada Desember 2014-April 2015.
Setelah memeriksa 103 sampel darah pasien yang diduga kena dengue itu, ada satu sampel yang setelah diteliti tak ada indikasi dengue. Setelah dikaji lebih jauh, ditemukan virus Zika dalam sampel pasien itu.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa gejala penyakit akibat virus Zika ialah panas, sakit persendian, sedikit ruam-ruam, dan radang di selaput mata. Penyakit ini dapat sembuh, tanpa perlu diobati. Dengan istirahat dan banyak minum pasien dapat sembuh.
Namun, yang menjadi masalah adalah adanya kaitan serangan Zika dengan kelainan janin. Ibu hamil yang terinfeksi virus Zika cenderung melahirkan bayi yang mengalami mikrosefalus, kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil daripada ukuran rata-rata.
Penemuan virus Zika di Jambi tersebut ibarat fenomena puncak gunung es karena kemungkinan menyebar luas, tetapi warga yang terinfeksi dianggap kena demam berdarah dengue (DBD).
Karena penularannya virus ini sama seperti virus demam berdarah yaitu oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, maka tindakan pencegahannya adalah dengan memerangi nyamuk ini. Caranya sudah banyak kita ketahui, yaitu dengan bersih lingkungan (pemberantasan sarang nyamuk/PSN), cara biologis (contohnya dengan ikan cupang), dan cara kimiawi (pengasapan dan pemberian bubuk abate).
Salam dari saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H