[caption caption="Foto : Dok Pribadi"][/caption]
Ada yang menarik perhatian pada pameran Indonesian Aquaculture 2015 yang dibuka oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kalla, 29 Oktober 2015. Gelaran yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tanggal 28-31 Oktober 2015 tersebut, selain diikuti oleh internal Kementerian Kelautan dan Perikanan, juga oleh seluruh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dari seluruh Indonesia. Sayangnya akses menuju lokasi pameran bagi pengunjung agak sulit, yaitu di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD City-Tangerang.
Biasanya, bagi peserta pameran mementum ini merupakan kesempatan untuk memamerkan seluruh potensi komoditas budidaya perikanan unggulan yang ada di wilayahnya. Tetapi salah satu peserta, yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah hanya memfokuskan diri memamerkan potensi satu jenis ikan saja, yaitu ikan Sidat (Anguilla bicolor).
[caption caption="Ikan Sidat (Anguilla bicolor)"]
Selama ini perkembangan perikanan Sidat di Jawa Tengah kurang terekpos. Antara lain karena masih minimnya pengusaha yang bergerak di bidang ini dan teknologi budidaya yang belum dikuasai, terutama pembenihan Sidat. Pada kesempatan pameran ini, digandeng kerjasama dengan CV MSI (Intregated Eel Farming And Processing) dari Semarang, dan Unagi UNS (suatu unit usaha dari Universitas Sebelas Maret Surakarta) yang bergerak dibidang persidatan. Menariknya, Universitas Sebelas Maret ini tidak memilik Fakultas Perikanan namun mampu memiliki unit usaha dibidang perikanan Sidat.
Usaha yang digeluti mulai dari budidaya, membesarkan benih yang masih transparan (yang disebut glass eel) sampai menjadi ukuran siap olah, kemudian prosessing, sampai mengekspor produknya ke Jepang. Seperti diketahui, ikan Sidat ini cukup populer di Jepang. Dagingnya yang lezat dan kandungan nutrisi yang tinggi menyebabkan banyak restoran di Jepang menjadikan menu andalan, seperti Kabayaki dan Unagi.
[caption caption="Unagi kabayaki (Frozen roasted eel) dengan saos (Foto : Unagi UNS)"]
[caption caption="Unagi shirayaki (Frozen roasted eel) tanpa saos (Foto : Unagi UNS)"]
[caption caption="Frozen fillet eel (Foto : Unagi UNS)"]
Diharapkan kedepan pembinaan untuk pengembangan budidaya dan pengolahan ikan Sidat di Jawa Tengah terus ditingkatkan. Namun, satu masalah krusial yang perlu perhatian serius adalah penyediaan benihnya. Benih masih tergantung dari alam, yang ditangkap di daerah muara-muara sungai dengan ukuran yang sangat kecil dan transparan (glass eel). Memang, sampai sekarang kita belum bisa melakukan pemijahan untuk menghasilkan benih Sidat ini. Daerah produksi benih Sidat di Pulau Jawa adalah di sepanjang pantai Selatan.
Spesies ikan Sidat (Anguilla bicolor) ini memiliki distribusi yang luas di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu subspesies-nya, Anguilla bicolor bicolor (McLelland, 1844) ditemukan di Samudra Hindia dari pantai timur Afrika sampai barat laut Australia, termasuk di Indonesia (Pulau Sumatera bagian barat sampai Pulau Jawa bagian selatan).
Seperti diketahui, dalam siklus hidupnya ikan Sidat memijah di laut dalam, setelah menetas benihnya yang transparan (glass eel) masuk ke muara-muara sungai dengan bantuan arus laut, kemudian menuju daerah hulu untuk berkembang menjadi dewasa. Pada saat siap untuk bereproduksi, mereka akan bermigrasi kembali ke laut dalam untuk memijah. Masalahnya, jika benih terlalu banyak ditangkap akan mengurangi secara signifikan jumlah Sidat yang menjadi dewasa untuk bisa bereproduksi. Demikian pula, adanya pembangunan dam atau bendungan di sungai, akan menjadi penghalang bagi Sidat untuk menuju wilayah hulu yang menjadi tempatnya berkembang menjadi dewasa dan matang.
Masalah-masalah tersebut seyogyanya sejak awal dicarikan solusi dan pengaturannya sebelum usaha budidaya dan pengolahan ikan Sidat di kembangkan, agar kelestarian ikan Sidat ini dapat dipelihara dan dipertahankan.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H