Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jogja, Memang Ngangenin

15 Mei 2022   18:59 Diperbarui: 16 Mei 2022   05:10 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi orang yang pernah tinggal di Jogja, baik karena pribumi, sekolah atau kuliah, tugas kerja atau alasan lainya dan sekarang tinggal di luar Jogja, tentu merasa kangen Jogja. Mereka berusaha untuk mengunjungi kota yang sangat istimewa ini. Buktinya, Pak Jokowi yang pernah kuliah di Fakultas Kehutanan, UGM beberapa kali memilih lebaran di Jogja, termasuk lebaran tahun ini.

Penulis yang berasal dari Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, merantau ke Kota Pelajar ini sejak tahun 1998 karena sekolah SMA. Kemudian meneruskan kuliah di fakultas yang sama dengan Jokowi sampai lulus pada tahun 1997. Setelah lulus kuliah, bekerja di Kendari selama tiga tahun dan pindah tugas ke Jogja lagi pada tahun 2002 seiring dengan era otonomi daerah. Kemudian promosi ke Bogor pada tahun 2011 selama enam tahun, dan balik kerja kembali ke Jogja pada tahun 2017 sampai sekarang.

Dari empat kota yang penulis pernah tinggal, Jogja memang sangat istimewa bagi penulis. Mungkin perasaan penulis ini mewakili banyak orang, termasuk yang membaca tulisan ini. Sebagai contoh pengalaman perasaan penulis ketika kerja di Kkendari dan Bogor, saat mendapatkan tugas luar kota dan ada opsi untuk memilih kota mana? Maka Jogjalah pilihan pertama dan prioritas.

Pengalaman penulis yang lain, ketika perjalanan darat dari Bogor ke Jogja, ketika sampai di Purworejo, yang merupakan perbatasan Jateng dan Jogja, maka suasana nyaman khas Jogja sudah terasa. Apalagi jika mendengarkan irama gamelan atau wayang kulit dari Stasiun Radio dari Kota Budaya ini.

Jogja merupakan daerah yang memiliki banyak sebutan, seperti kota pelajar/pendidikan, kota budaya, pusat kerajaan Jawa, daerah pariwisata, dan lain-lain. Sebagai daerah destinasi pariwisata, daerah ini memiliki banyak objek wisata yang tersebar di Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta. Tempat destinasi wisata berupa wisata alam, wisata budaya, wisata ilmiah, wisata sejarah, wisata kuliner, dan bentuk wisata lainnya.

Sebagai destinasi wisata andalan nasional, pada masa liburan lebaran tahun ini, banyak laporan/berita baik di mass media cetak maupun online yang cukup mengembirakan. Berita-berita itu menunjukan bangkitnya dunia wisata yang selama dua tahun pandemi Covid19 mati suri.

Harian Umum Kedaulatan Rakyat (KR) yang merupakan Koran lokal sampai hari penulisan ini masih memberitakan capaian-capaian di dunia pariwisata. Hunian hotel baik bintang maupun melati penuh, target kunjungan ke tempat wisata di semua kabupaten/kota penuh pengunjung sehingga target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi melampaui target, kuliner bergeliat, pasar tradisional dan mall penuh sesak, dan pada akhirnya pendapatan pedagang meningkat.

Pemerintah kota Yogyakarta selama libur lebaran membuka call center sebagai nomer pengaduan jika ada kecurangan juru parkir atau warung makan yang "nuthuk" sebagai antisipasi agar tidak terulangnya kasus-kasus sebelumnya yang mencoreng dunia pariwisata. Inspeksi ke lokasi parkir-parkir di lokasi wisata pantai baik di Gungkidul, Bantul, dan Kulonprogo juga digalakan agar para pengunjung tidak diperas oleh oknum-oknum tukang parkir yang nakal.

Yogyakarta International Airport (YIA) yang baru dibangun dan selama pandemic sepi penumpang, dilaporkan diramaikan oleh penumpang baik saat arus mudik maupun arus balik. Hal ini merupakan harapan bagi pihak PT Angkasa Pura, apalagi pada awal Juni 2022 akan dibuka penerbangan internasional rute Jogja Singapura dan Kuala Lumpur. Tahap berikutnya akan dibuka juga rute penerbangan dari Jogja ke ibu kota negara-negara ASEAN lainya.

Dengan demikian wisatawan asing akan langsung ke Jogja sehingga dunia pariwisata akan semakin ramai dan dapat mendongkrak pendapatan baik masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Untuk itu, Dinas Pariwisata DIY terus melakukan promosi dalam mengimplementasikan Aplikasi Visiting Jogja. Aplikasi ini agar kegiatan reservasi bisa dilakukan secara on-line dan pembayaran dilakukan dengan system non tunai oleh para wisatawan baik lokal maupun manca Negara.

Jika pandemi Covid 19 berakhir dan Pemerintah memutuskan kebijakan untuk belajar secara tatap muka, maka para pelajar dan mahasiswa dari luar Jogja akan kembali meramaikan kota Jogja. Hal ini tentu akan berpengaruh positif bagi perekonomian dari sektor pendidikan seperti kos-kosan, warung kelontong dan rumah makan akan lebih bergeliat lagi.

Yah, Jogja memang ngangenin bagi yang pernah tinggal di daerah istimewa ini. Mereka yang mampu secara ekonomi, akan menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya di Jogja. Selain itu, tidak sedikit mereka berinvestasi dengan membeli atau membangun rumah di Jogja. Mereka biasanya juga berharap kembali ke Jogja setelah mereka pensiun.

Hal ini tentu ada dampak negatifnya, yaitu harga tanah dan rumah di Jogja melambung tinggi dan tidak terjangkau bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Dampak negatif lainya adalah munculnya fenomena penipuan terhadap investasi tanah maupun perumahan. Oleh karena itu, harap berhati-hati jika akan berinvestasi di bidang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun