Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hutan Pinus Mangunan, Alternatif Wisata Lebaran di Jogja

29 April 2022   11:44 Diperbarui: 29 April 2022   11:51 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat  hari lagi, kita akan lebaran. Mulai hari ini, Jum'at tanggal 29 April 2022 arus mudik ke kampung mulai terlihat di layar TV kita. Kemacetan di pelabuhan penyeberangan Merak-Bakauheni di laporkan mengular sekitar 10 km. Demikian juga di banyak rute mudik baik jalan bebas hambatan (Tol) maupun Non Tol, khususnya di Pulau Jawa.

Pemerintah sudah memprediksi hal ini akan terjadi, mengingat sudah dua tahun mudik lebaran dilarang agar perkembangan virus Covid-19 tidak menyebar dengan cepat. Lebaran tahun ini tentunya menjadi obat kangen masyarakat Indonesia, dimana mudik lebaran sudah menjadi tradisi.

Sisi positif dari tradisi turun-temurun ini adalah terjadinya arus transaksi ekonomi dari kota ke desa. Atau dengan kata lain terjadi perputaran ekonomi di desa-desa, termasuk di tempat wisata alam. 

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber perekonomian masyarakat maupun Pemerintah Daerah akan merasakan sisi positif ini.

Sebagaimana tulisan penulis di Kompasiana tanggal 21 April 2022 yang berjudul "Kalibiru, Perintis Wisata Alam di Yogyakarta", booming Wisata Alam Kalibiru mampu menginspirasi para pelaku wisata alam di DIY, salah satunya Pengelola Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) DIY yang melihat potensi di Hutan Pinus yang berada di Resot Mangunan. Objek wisata ala mini secara administrasi Pemerintahan berada di Desa Mangunan, Kec. Dlingo, Kab. Bantul, DIY.

Hutan pinus yang rimbun, asri dan sejuk menjadi daya tarik para wisatawan domestik maupun manca Negara, termasuk Barak Obama pada tahun 2017. 

Seperti objek wisata Kalibiru, dulu kawasan hutan ini tandus dan gundul. Pengelola hutan melakukan kegiatan penghijauan dengan beberapa jenis tanaman hutan seperti pinus, akasia, mahoni, dan kayu putih untuk diproduksi kayu dan non kayu seperti daun kayu putih untuk bahan baku obat.

Pada tahun 2013, Kepala KPH terinspirasi Kalibiru yang mendatangkan income cukup signifikan bagi Koperasi sebagai lembaga pengelola jasa lingkungan. 

Hutan Pinus Mangunan ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam (jasa lingkungan). Oleh karena itu, pengelola berupaya merubah tujuan pengelolaaan hutan dari berorentasi kayu menjadi objek wisata alam.

Perubahan tujuan ini perlu payung hukum dan disusunlah Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur untuk mengatur sistem dan mekanisme pengelolaannya. Mekanisme ini mengacu pada kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan.

Pihak KPH pada tahun 2017 melibatkan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang akhirnya berbadan hukum Koperasi untuk bekerjasama dalam pengelolaannya. mekanisme hubungan kedua belah pihak ini dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan masa perjanjian selama 5 tahun.

Dalam kegiatan pengelolaan pada tahap awal diperlukan pembangunan sarana dan prasarana (sarpras) untuk mendukung wisata alam, seperti toilet, mushola, gardu pandang, camping ground, area outbond, hammock, gazebo, taman, warung, taman bunga, panggung dengan kursi-kursi yang dibuat dari kayu, spot foto. 

Keberhasilan wisata alam hutan pinus Mangunan ini menjadi rujukan bagi KPH yang tersebar di seluruh Indonesia yang memiliki potensi wisata alam.

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi pada awal tahun 2020, pendapatan pengelola per tahun sekitar 10 milyar. Pembagian pendapatan yang diatur dalam PKS adalah 25% untuk Pemda DIY dan 75% untuk Koperasi. Namun mengalami penurunan saat covid-19 dengan adanya kebijakan untuk mencegah meluasnya pandemik ini.

Harapannya pada lebaran tahun 2022 ini merupakan titik balik yang positif karena multiplier effect dunia pariwisata alam memiliki peranan bagi pemulihan ekonomi baik lokal maupun nasional. 

Dengan kunjungan wisatawan ke berbagai lokasi wisata di Jogjakarta pada khususnya, maka akan mengerakan sektor pendukung wisata seperti perhotelan, transportasi, restoran, souvenir, dan lain-lain.

Sejarah dan perkembangan pengelolaan Hutan Pinus Mangunan bersama masyarakat di sekitarnya yang terwadahi dalam lembaga resmi berupa koperasi ini dapat dilihat pada tayangan Youtube yang berjudul "Hutan pinus Mangunan Jogja!!!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun