Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Noni, Hantu Penunggu Gedung Bosbow Bogor

26 April 2022   10:53 Diperbarui: 26 April 2022   12:04 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2011 aku pindah kerja dari Jogja ke Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (PuskonseR) di Bogor, tepatnya beralamat di Jalan Gunung Batu Nomor 5. Kantor PuskonseR dibangun tahun 1892 oleh Belanda sebagai lembaga riset kehutanan yang bernama Bosbow. Bosbow ini dari bahasa Belanda yang artinya kehutanan.

Saat aku melapor hari pertamaku kerja di PuskonseR, waktu itu Pak Adi selaku Kepala Pusat (KapuskonseR) di ruang kerjanya yang cukup luas berarsitekan khas bangunan Belanda. Ruang kerja KapuskonseR terbagi menjadi tiga ruang. 

Ruang utama, ruang tengah, dan ruang sekretaris. Tak lama kemudian, Pak Kapus pindah ke ruang tengah yang jauh lebih sempit dari ruang utama yang ada di dalam.

Pak Kapus ini tipe Boss yang egaliter, dekat dan sabar membimbing para peneliti dan staf-stafnya. Hal ini membuat stafnya nyaman saat berkomunikasi baik formal maupun informal, termasuk aku yang staf baru di kantor itu. 

Suatu ketika aku berkesempatan ngobrol ringan dengan Beliau dan menanyakan mengapa memilih bekerja di ruang tengah dibandingkan ruang utama.

"Pak Fauzi, mantan KapuskonseR pernah cerita bahwa putri salah satu pimpinan Bosbouw yang bernama Noni, bunuh diri di ruangan itu," kata Pak Adi sambil menunjukan ruang utama.

"Kenapa bunuh diri pak?" tanyaku penasaran dan tak terasa bulu kudukku berdiri secara otomatis.

"Katanya patah hati diputus pacarnya."

"Apa Bapak pernah ditampak-tampakin?"

"Alhamdulillah belum sih."

"Kenapa Bapak gak ngantor di ruang utama yang lebih lebar dan nyaman? Apa Bapak takut?" Tanyaku sambil nyerenges.

"Sebenarnya gak takut sih. Namun kata Pak Fauzi, Si Noni itu sering ritual pada saat-saat tertentu di ruang utama. Tapi tidak tahu kapan Si Noni menampakan diri atau iseng dengan bunyi-bunyian tertentu."

"Jadi gak tahu kapan Mbak Noni iseng ya pak?"

"Iya kurang lebih begitulah. Ini kan bangunan tua, mungkin sudah banyak peristiwa aneh yang membuat Si Noni dan teman-temanya betah di sini."

"Kok jadi mrinding aku ya pak?"

"Kalau mau tau banyak tentang Si Noni, takono Kristin adik kelasmu. Mungkin dia sudah ketemu sama Si Noni."

"Njih saya pamit, maturnuwun pak ceritanya," kataku sambil bergegas pulang karena azan magrib segera tiba.

"Omahmu mburi kono to? Ati-ati ae saiki wis wayahe konco-koncone Si Noni lagek do kongko-kongko nang Tugu ngarep kantor Kepala Badan Litbang Kehutanan (Kabadan). Hahahaha."

"Ih Bapak gitu deh."

Rumahku terletak di belakang Bosbow. Memang menurut Kristin yang dapat melihat makhluk ghoib bahwa Tugu yang berada di depan Kantor Kabadan merupakan pusat kerajaan makhluk ghoib. 

Akupun memilih langkah seribu sambil menyebut Asma Allah dengan keras-keras sambil setengah memejamkan mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun