persemaian dan alboretum sehingga butuh tempat yang luas.
Hari senin pagi, seperti hari-hari sebelumnya, aku termasuk yang datang paling awal di kantor. Ruang kerjaku terletak di lantai 2 yang sebelumnya di lantai bawah. Kantorku dibangun pertengahan tahun 80-an hasil kerjasama antara Kementerian Kehutanan dengan JICA, Jepang. Tugas dan fungsinya adalah meneliti dan mengembangkan tanaman hutan dengan beberapa fasilitas seperti laboratorium,Arsitek, bahan bangunan, dan alat-alat laboratorium didatangkan dari Jepang sehingga nampak megah dan kuat di lahan seluas sekitar 5 ha. Jika dibandingakan dengan bangunan kantor-kantor pemerintah di DIY, kantor ini relatif bagus.
Namun kadingaren, hari ini listrik mati. Informasi dari PLN, listrik mati ini dikarenakan kerusakan instalansi akibat hujan deras, angin kencang dan petir yang meyambar-nyambar tadi malam. Karena listrik mati, maka AC dan laptop  juga tidak bisa dioperasionalkan karena lowbat. Aku buka jendela kaca agar angin luar bisa masuk.
Kantorku tidak jauh dari Kaliurang dan udaranya relatif dingin saat pagi. Apalagi ada alboretum yang tumbuh banyak jenis tanaman hutan di arboretum menyumbangkan banyak oksigen. Dari tempat dudukku, arboretum dan persemaian yang terletak di bagian barat, terlihat dengan jelas.
Setelah SK penelitiku terbit, tidak lama kemudian aku diminta menjadi penanggungjawab kegiatan pengembangan tanaman langka dan khas DIY. Cukup lama aku pandangi persemain yang menjadi tanggunjawabku.
Saat aku melamun karena bingun mau ngerjain apa, tiba-tiba dari persemain yang jaraknya 100 meter dari tempat duduk seperti ada suara yang memangilku, "Mas....Mas....Mas....ayok turun sini. Daripada bengong tidak ada kerjaan, mendingan ke sini"
Aku terperanjat dan berusaha untuk melihat siapa yang ada di persemaian dan memangilku untuk turun ke sana. "Siapa sih," selidiku tapi lama tidak menemukan siapa gerangan yang memangil-mangil barusan.
.
Tidak lama kemudian, aku seperti Kerbau yang dicocok hidungnya yang jalan turun dari lantai 2 menuju ke persemain. Dari data, ada sekitar 50 jenis tanaman langka dan khas DIY di persemaian. Jumlah masing-masih jenis tidak sama. Ada yang lebih dari 100, namun ada yang tidak sampai 10 bibit.
Sesampai di persemaian, ada suara yang bernada tanya, "Sampaian sudah jadi peneliti lagi to Mas?" Yang sumber suaranya dari bibit Gayam.
Aku kaget dan kembali bertanya-tanya, siapa gerangan yang baru ngomong. Padahal tidak ada orang di sini selain aku. Aku diam sambil terus berjalan diantara bedengan untuk melihat-lihat bibit-bibit yang nampak sudah njembrung tanda harus segera dibersihkan.
Tak lama dari arah bedengan sebelah utara terdengar lagi suara, "siramilah kami Mas." Aku cek labelnya tertulis Timoho.
"Banyak rerumputan yang tumbuh liar sebagai pesaingku!" Keluh yang lain hampir bersamaan.
"Kami butuh vitamin nih Mas!" dari bedengan Kepel terdengar memprotesku.
Ternyata aku memang harus dekat dengan mereka. Sekarang "sajadah panjang"ku salah satunya di persemaian yang waktu kuliah dulu adalah tempat yang aku hindari.
"Pak Fasis, Pak Wiwik, dan Mas Miyanto kok gak pernah kesini lagi ya Mas?" Tanya Duet penasaran.
"Kangen po?" Tanyaku balik.
"Iya.....mereka orang baik Mas," saut Jambu Dersono menimpali.
"Nanti aku sampaikan ke mereka agar sering ke sini lagi."
"Mereka bertiga yang membawa aku kesini dan dipelihara dengan baik Mas," tambah bibit Salam.
"Trimakasih teman-teman, aku dah catat beberapa aspirasi kalian. Insyallah aku akan penuhi permintaan kalian," kataku.
Dari beberapa aspirasi yang aku dapatkan di persemaian, maka aku rencanakan kegiatan pemeliharaan persemaian sampai akhir tahun. Sejak itu, tiap hari aku luangkan waktu sekitar pukul 07.30-09.00 untuk bercengkrama dengan mereka, para makhluk Allah yang menjaga Bumi ini tetap hijau dan segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H