Ruangan kerja Pak Suaman cukup luas dan tersedia meja dan kursi rapat untuk 10 orang. Setelah duduk, Sugiarto pun memperkenalkan semua anggotanya dan menyampaikan tujuan studi banding ini.
"Saya sudah baca proposal kalian dari pak Agus. Saya sangat mendukung kegiatan ini. Kita memang harus berani dan proaktif di era persaingan yang semakin ketat seperti sekarang."
Dialog tentang dunia kehutanan nasional pada umumnya dan karakter lulusan kehutanan dikupas tuntas oleh pensiunan Dephut yang sudah malang melintang di beberapa tempat penugasan di seluruh Indonesia.
Menjelang waktu istirahat siang, mereka diajak makan siang di rumahnya yang tidak jauh dari kantor. Setelah maksi dan sholat akhirnya mereka berpamitan dan pak Suaman memberikan amplop kepada Sugiarto.
"Ini gak bayak, tapi cukuplah untuk membantu kegiatan kalian selama di Jakarta dan beli tiket pulang ke Jogja."
Sepanjang jalan dengan mengendarai Taxi, kami kagum melihat gedung pencakar langit dan keramaian Ibu Kota.
"Jan-jane aku ki mikir bahwa dana pembangunan nasional ini kan dari migas dan hasil hutan berupa kayu dari Sabang sampai Merauke to?" Tanya Joko kritis.
"Maksudmu pembangunan hanya terpusat di Jakarta dan tidak merata ke seluruh pelosok negeri?" Tanya Sugiarto yang sering membaca Majalah Prisma terbitan Fakultas Ekonomi.
"Ya betul."
Sesampai di depan rumah yang dituju, ada gerobak jamu. "Kita minum jamu dulu yuk. badan rasanya lungkrah, lemah, dan kurang bertenaga nih," bujuk Parman.
Hari kedua diagendakan mendatangi 3 instansi yang berkantor di Manggala Wanabakti, Gedung kebanggaan rimbawan Indonesia. Acara hari ini pukul 08.00-10.00 bertemu dengan Kapus Humas Dephut, 10.00-12.00 dengan Dirut Perhutani, dan setelah Ishoma dengan Dirut Inhutani I. kami pulang ke Jogjakarta dari Stasiun Pasar Senin pukul 18.30.