Akhirnya bel tanda berakhir test UMPTN tahun 1992 hari kedua berbunyi. "tet.....tet....tet....." Banyak peserta segera mengisi jawaban yang masih kosong dengan gambling, termasuk aku walau tidak banyak. Siapa tahu ada yang benar dari pilihan acak ini.
Beban berat di punggung selama ini bagai telah sirna. Setelah aku serahkan lembar jawaban kepada petugas aku pun berbisik pada-Nya dengan lembut, "Ya Allah, aku serahkan hasil jerih payah dan upaya ini kepada Mu Rabb."
Panitia mengumumkan bahwa hasil test bisa dilihat di beberapa Koran nasional dan lokal masing-masing provinsi sekitar tanggal 8 Agustus 1992. Ini artinya sekitar 1 bulan kedepan hasil ini diumumkan. Di luar ruangan terlihat lalu lalang peserta test keluar dari parkir motor. Tampak ada beberapa wajah ceria dan banyak juga yang masam berseliweran di depan wajahku.
Aku sudah janjian dengan beberapa teman SMA yang lebih dari 1 bulan tidak ketemu semenjak perpisahan di kantin Fakultas Biologi. Udaranya sejuk karena berdekatan dengan pohon-pohon besar yang tidak terlalu luas. Dari kejauhan sambil mengayuh sepeda sudah terlihat teman-teman. Salah satunya Masrukan yang memakai jaket kelas III. A.1. berwarna hijau.
Ternyata sudah ada Eka, Retno, Prihartini, Prasti, Nanok, Hendra, Bambang, Ari dan Masrukan. Kantin sangat ramai dan banyak juga berkelompok yang sepertinya satu almamater. Sambil menenggak es the, aku penasaran teman-teman pada milih fakultas dan perguruan tinggi mana saja.
Azan dhuhur pun berkumandang dari arah barat kantin. Aku dan teman-teman bergegas untuk membayar makanan dan minuman. Ada yang langsung pulang, ada juga yang ke Masjid dekat Rumah Sakit Sardjito. Setelah sholat berjamaah selesai, disambung dengan kultum. Mungkin si Ustadz tahu bahwa jamaah banyak peserta test UMPTN, maka temanya berkaitan dengan tugas manusia untuk berusaha, penentunya tetap Allah.
"Setelah Anda berusaha sangat keras dalam mempersiapkan ujian UMPTN tahun ini sebagai misal. Ingat hanya Allah lah yang punya hak prerogratif untuk menentukan hasilnya. Oleh karena itu, dekatkanlah dirimu kepada Allah sebagai upaya berikutnya," tutup si Ustadz mengakhiri kultumnya.
Setelah sholat dhuhur di Masjid Mardliyah, aku langsung pulang ke kos-kosan di Wirobrajan naik sepeda untuk mengemas barang-barang. Aku sudah pamit Mas Yani tidak balik ke Samirono dan besok pagi mau pulang ke kampung.
Aku pindah kos karena Mas Ermanu sudah ke Malang, Mas Yani pindah ke Samirono dan Mas Erfi kuliah di Fakultas Kehutanan, Univesitas Mulawarman, Kalimantan Timur. Kos baruku persis bersebelahan dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta di dekat perempatan Patangpuluhan, Wirobrajan.
Ibu kos kebetulan orang sekampung dan teman ibu waktu masih muda. Jadi beliau mengganggap aku seperti anak kandungnya sendiri. Aku berkemas barang-barang yang akan ku titipkan pada bu kos sampai pengumuman hasil UMPTN pertengahan Agustus.
"Bu, saya titip kasur, rak buku, lemari plastik, dan sepeda. Besok saya pamit pulang kampung. Kalau diterima di UGM, mungkin mau cari kos-kosan di dekat kampus. Maaf kalau ada salah dan khilaf," kataku.